|BAB I. Pertemuan|

4 2 0
                                    

Seorang gadis sekolah berambut coklat tergerai sedang berjalan-jalan sembari bersenandung kecil dan melihat sekelilingnya. Dengan kemeja putih dilengkapi rok pendek kotak- kotak berwarna coklat kehitaman. Rambut panjangnya begoyang ke kanan ke kiri karena tertiup angin sepoi-sepoi yang berhembus. Kaki jenjangnya yang putih membuatnya kelihatan sangat cantik.

"Hei kau," ucap seorang pemuda berseragam sekolah dengan sebatang rokok di tangan kanannya.

Gadis itu kemudian menoleh ke sebuah gang sempit karena merasa terpanggil.

"Kemari," ucap pemuda yang bername-tag Zidan Dirgara. Zidan adalah seorang ketua geng Birosa yang sangat disegani di sekolahnya. Bahkan guru pun takut untuk menegurnya karena bukan hanya kebrutalannya yang tidak mengenal lawan ia merupakan keponakan kepala sekolah SMA Internasional Bima Negara. Bersama kedua temannya dan beberapa anak buahnya, mereka sering kali membuat onar di sekolah maupun dengan sekolah lain.

"Kenapa?" tanya gadis itu.

"KUBILANG KEMARI YA KEMARI, BRENGSEK!" Zidan melempar sebuah kaleng bekas ke arah gadis itu.

*Prangg

Gadis itu dengan gesit menghindarinya kemudian berjalan menuju ke dalam gang sempit itu.

"Ada apa?" tanya gadis itu dengan berani.
"Berikan uangmu," Sekarang adalah seorang perempuan berpakaian agak ketat dengan name-tag Giselle Fresisca yang berbicara.

"Tidak ada," ucap gadis itu dengan ketus.

"Jangan bohong!" Giselle berdiri dari duduknya kemudian menarik rambut belakang gadis itu.
"Mana mungkin kau tidak punya uang, sepatu saja sepatu bermerk,"

"Lepaskan tangan kotormu dari rambutku," ucap gadis itu.

"Beraninya kau!" Giselle menguatkan genggamannya pada rambut gadis itu.

"Lepaskan dia," ucap Zidan yang sedari tadi menonton perdebatan antara dua wanita itu.

"Tapi-"
"KUBILANG LEPASKAN!" Dengan tidak puas hati Giselle pun melepaskan genggaman nya dari rambut gadis itu.

Di detik berikutnya Zidan bangkit dari duduknya dan membuang puntung rokoknya sembarang kemudian menghampiri gadis itu. Tangannya meraih sebuah liontin yang bertengger di leher gadis itu.

"Jika kau tidak punya uang, pasti kau mempunyai sesuatu yang lebih berharga,"

Raut wajah gadis itu berubah seketika, matanya memancarkan aura membunuh. Zidan bergidik ngeri ketika menatapnya.

"Hey kalian! Lepaskan gadis itu!" teriak seorang pemuda yang menggunakan seragam yang sama dengan ke tiga berandal itu. Alhasil semua orang yang berada di dalam gang itu pun menoleh bersamaan. Pemuda itu adalah Arion Verlanda.

Dengan buru-buru Arion berjalan ke dalam gang tersebut kemudian menarik lengan gadis itu.

"Apakah kalian tidak malu mengganggu anak sekolah lain?" ucap Arion dengan berani. Padahal dalam hati ia tidak berhenti merutuki perbuatan sok pahlawannya itu.

"Wah apa ini? Sampah ini sedang berlagak menjadi pahlawan," ucap Zidan dengan senyum meremehkan. Zidan menghampiri Arion kemudian mencengkram kuat pipinya. Peluh tidak berhenti mengalir dari dahi Arion.

"Hahaha, kau saja ketakutan begitu," Gelak tawa keluar dari mulut Zidan. Ia melepaskan cengkramaannya dari pipi Arion. Ia mundur beberapa langkah dan bersender di dinding dengan bersedekap dada.

"Arlan habisi dia!" Merasa dipanggil seorang pemuda yang sedari tadi memperhatikan perkelahian empat orang di depannya pun bangkit dan langsung menghampiri Arion.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VILLAIN or HEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang