Apakah kalian tau apa itu rumor? Iya, dirumorkan bahwa sang male lead itu bekerja di suatu perusahaan yang terlihat biasa saja namun aslinya dirty. Iya, kamu tidak salah mendengar. Sini aku perkenalkan...
Madara Mikejima, lelaki gagah yang memiliki sifat sangat bersinar layaknya matahari. Namun, apakah kamu tau, ada sesuatu yang menyeramkan dibalik senyumnya? Haha. Kau akan mengetauinya nanti, sweetheart.
Langit malam terlihat jelas, tak ada penggangu putih yang menutupi langit itu. Angin malam dengan nakal memainkan rambut Madara yang tengah bekerja. Selain sebagai idol, ia bekerja sebagai seorang mafia. Membunuh satu persatu tanpa belas kasih, dibantu oleh rekan sakuranya, Kohaku.
"Madara-han! Ada telfon!"
"Oliver?"
Madara mengangkat telefon itu. Siapa Oliver? Hayoo penasaran. Tatapan dingin Madara kini menjadi hangat kembali setelah mendengar suara sang istri.
"Iya sayang, mama bentar lagi pulang kok :3!!"
Kohaku hanya menghela nafas melihat rekannya yang sibuk sendiri dengan permata miliknya.... Milik Madara seorang dan tak boleh ada yang menyetuhnya selain Madara Mikejima.
"Kohaku, kita harus selesaikan ini secepatnya"
"Pasti karna istrimu"
Madara hanya mengganguk sebelum masuk kedalam gedung tak terurus. Puing puing bangunan ada dimana mana,sesosok bayangan kini berada dibelakang mereka...
BUK
Namun na'as, takdir berkata lain. Sebelum tongkat baseball anak buah dari mafia lain berhasil menyentuh kepala Madara. Madara atau yang biasa disebut Mama menembakkan peluru tepat di jantung anak buah tersebut.
"Wah wah wah, lihatlah ini. Sepertinya Mikejima telah datang"
Suara yang familiar terdengar dengan jelas. Sesosok pria bersurai hitam kini menampakkan dirinya. Sakuma Rei, seorang idol yang sama dengan Madara yang kini telah pensiun. Pensiun kok jadi maf-.
Tatapan sengit antar satu sama lain. Layaknya ada listrik perselisihan diantara kontak mata itu. Rei hanya menyeringai dan dengan santai memerintah bawahannya untuk membunuh mereka. 50 vs 2, who win?.
Dengan berbekal pistol dan aim yang bagus. Madara berhasil mengalahkan setengah dari mereka sedangkan Kohaku menyelesaikan sisanya dengan senapan jarak jauh. DF kok dilawan, cemas kau dec-.
Hanya tersisa sang vampire atau kita sebut saja, Rei. Bukannya takut ia kembali menyuruh anak buahnya untuk memberikan hadiah kepada Madara.
"Terimalah hadiah ini... HAHAHAHA! Mikejima, lihatlah wanita dihadapanmu ini. Bukankah ini permata milikmu?"
"Jangan berani berani kau menyentuhnya, sialan!"
Rei tertawa keras dan anak buahnya segera membawa wanita itu kesebuah bak mandi berlava. Belum sempat menyeburkan sang harta berharga, Madara dengan satu kedipan mata ia membunuh semuanya tanpa ampun sekalipun. Kohaku hanya mengehela nafas melihat rekannya kehilangan kontrol.
"Mudah sekali dia lost control..."
Ini bukanlah Madara yang kita kenal. Bukanlah Madara penyayang dan juga periang. Namun sisi asli Madara sendiri. Menghabisi anak buah Rei satu persatu tanpa ampun, bahkan ia sempat menembak kepala Rei dan hampir membunuhnya jika Rei tidak segera kabur.
"...Sayang, bangun!"
"Mhn... Madara? Kita dimana?"
"Dihatiku"
Kohaku kembali menghela nafas, hampir saja ia ingin melemparkan barang kearah kepala Madara jika tidak Oliver cegah.
"Aku hanya bercanda, kita ada dimana itu rahasia. Tenang, kamu aman selama Mama ada disini :3! Oh iya... Kohaku"
Hanya dengan panggilan nama Kohaku kembali ke realita dimana tangannya kini dipegang oleh permata Madara. Yang seharusnya tak ada seorangpun yang boleh menyentuhnya.
Kohaku segera melepaskan genggaman itu dan memundurkan dirinya. Sesaat ketika Oliver kembali menatap Madara, ekspresi dingin Madara kini tergantikan dengan senyum manisnya.
"Mari kita pulang! Nanti mama mau masak daging loh!"
"Daku ditinggal?"
Mari kita Timeskip. Seminggu setelah kejadian itu, Madara menjadi semakin posesif. Bahkan ia tak membiarkan Oliver memasukki ruangan kerjanya. Gak posesif sih, cuman Madara ngambil foto Oliver terus ditempel ditemb-.
Saat Madara pergi untuk bekerja, Oliver yang bosan karna tugas rumah sudah diselesaikan Madarapun, ia langsung menuju ruang rahasia. Saat terbuka, Oliver terkejut tatkala melihat berbagai barang barang aneh. Banyak fotonya yang tertempel di dinding, bahkan banyak sekali koleksi jari seseorang yang telah berani menyetuh sang wanita.
BRAK
Sebelum sang wanita keluar dari ruangan itu. Madara mengkabedonnya di tembok, nafasnya terngengah engah, matanya sangat berbeda dari Madara yang ia kenal...
"Sayang... Mama sudah bilang bukan, jangan kesini"
Tatapan cinta, ah tidak itu tatapan terobsesi. Madara memeluk tubuh mungil istrinya dan mengecup bibirnya lembut dalam 3 detik. Apa? Mau lama? Gak dulu.
"Kok bisa..."
"Mengapa kamu bertanya? Bukankah ini sudah jelas sayang? Kamu cantik, kamu lucu. Mama suka... Mama suka Oliver... Hanya Oliver"
"Kenapa kamu jadi gini?!?!"
"Sstt, kamu milikku okay? Be a good girl, my precious wife..."
Madara menggendong Oliver ala bridal style untuk keluar dari ruangan terlarang itu. Madara menutup pintunya menggunakan kaki. Anjir bisa gi-.
Madara berjalan ke ruang tamu dan membuat Oliver duduk dipangkuannya. Mendusel ndusel dirambutnya layaknya kucing. Seakan akan, kejadian tadi ialah ilusi semata....
Jangan pernah berani menyentuh permata kesayanganku jika kau tidak ingin merasakan hidup tanpa jari...
-Madara Mikejima.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita untuk kamu
RandomHanya sebuah cerita, dengan berbagai tema. Mulai dari romance,sad hingga horor. Karena saya pemula, jadi jika ada kesalahan saya mohon maaf ©Thorny890