Happy Reading !!
***
Aku meraih remote tv dan mulai channel surfing untuk menghilangkan rasa lelah setelah bergelut dengan aktifitasku yang cukup penat. Berharap menemukan hiburan yang tepat untuk menghibur hatiku. Lucunya, aku menemukan suatu hiburan yang cukup menarik perhatianku. Acara tv yang ku lihat adalah acara talk show dimana dalam acara tersebut menampilkan dua bintang tamu yang sangat ku kenal, Dewa Airlangga Mahardhika dan Luna Violetta.Dewa terlihat sangat tampan. Begitu juga dengan Luna yang terlihat sangat cantik dengan gaun pendek berwarna violet. Aku meyakini kehadiran mereka dalam acara talk show tersebut berhasil membuat penonton di studio maupun di rumah baper. Tentu, mereka dikenal dengan pasangan yang sangat serasi. Selain beradu akting di beberapa film dan drama series, aku juga tahu kalau mereka juga menjalin hubungan di kehidupan nyata.
Aku tersenyum tipis, melihat Dewa dan Luna di acara tv. Dan lebih lucunya lagi adalah aku juga mencintai Dewa. Mencintai bukan dalam artian mengagumi sosok Dewa namun aku dan Dewa juga menjalin hubungan. Ya, aku adalah pacar kedua Dewa.
Aku tahu, aku bodoh.
Aku bodoh karena aku mau dijadikan kedua oleh Dewa. Bisa dikatakan aku ini adalah kekasih gelapnya Dewa. Aku mengerti sebagai selingkuhan Dewa, aku harus menjalani ikatan yang tersembunyi ini. Berusaha bertahan meskipun menyakitkan.
Hubungan antara aku dengan Dewa baru berjalan dua bulan. Dan semuanya itu berawal dari kesalahan kami masing-masing.
Kesalahan Dewa adalah menduakan cinta Luna dengan menjalin hubungan denganku sedangkan kesalahanku adalah mau menerima Dewa sebagai kekasihku walau hanya di jadikan selingkuhan. Seharusnya dari awal, aku bisa saja menolak Dewa. Sekali lagi, itu karena cinta.
C.I.N.T.A
Mengapa 5 huruf abstrak itu selalu membuat otakku mati rasa ?Tentu saja, sebagai manusia aku hanya perlu mengatakannya. Maka dari itu, ku ambil langkah sederhana. Menyatakan, kemudian pasrah dan lapang dengan setiap keputusan. Dengan seratus persen harapan, semoga rasaku dapat di amin-kan. Pun jika hal terburuk terjadi, biarkan hati yang mengaturnya.
Sebagai sesama wanita, aku ingin menjaga perasaan Luna. Aku memang tidak pernah bertemu dengannya bahkan aku juga tidak mengenali dia secara detail. Tetapi aku ingin dia tidak tersakiti. Maka dari itu, aku berusaha mengakhiri hubungan terlarang ini dengan menciptakan drama atau sandiwara yang menyakitkan.
Ya, seserius itu aku ingin memutuskan hubungan dengannya. Sialnya, Dewa tidak mau menerima keputusanku ini. Dia tidak mau aku pergi meninggalkan dia. Aku tidak peduli dengan segala ucapan Dewa yang tidak ingin hubungan kami berakhir sampai-sampai dia jatuh sakit dan sempat dirawat di rumah sakit selama tujuh hari.
Kesehatannya menurun drastis sejak hubungan kami berakhir. Dan itu juga tidak berlangsung lama. Ketika aku datang untuk menjenguknya, Dewa memohon agar aku tidak pergi dari hidupnya dan kembali menjalin hubungan. Bohong kalau aku tidak mencintai Dewa. Bohong kalau aku tidak merindukannya. Aku rindu setiap momen kebersamaan dengan Dewa. Dan pada akhirnya, aku memutuskan untuk menjalin hubungan lagi dengan Dewa.
Lagi, aku merasa bersalah pada Luna. Aku meyakini kalau dia jadi pihak yang tersakiti jika dia tahu tentang hubunganku bersama Dewa. Maafkan aku, Luna. Cepat atau lambat, aku dan Dewa akan berpisah. Ya, aku harus mengakhiri hubungan ini. Karena tanpa sadar pun, aku juga menjadi hati yang tersakiti setiap kali aku melihat Dewa dan Luna di acara tv.
Aku begitu bodoh. Hanya karena cinta , aku mau menjadi yang kedua. Ya Tuhan, salahkah bila diriku yang berada di posisi ini ? Aku memang mencintai Dewa tetapi aku juga sebenarnya menyakiti Luna.
Dering telponku mengalihkan perhatianku dari televisi. Nama Dewa berkedap-kedip di layar sentuh milikku berwarna hitam. Tanpa berpikir panjang lagi, aku menjawab panggilan masuk Dewa.
"Hallo, sayang." suara Dewa terdengar lembut seperti biasanya.
"Hallo juga." jawabku senetral mungkin sambil mengendalikan hati dan pikiranku yang kacau.
"Kamu lagi apa ?"
"Lagi liat pasangan serasi yang lagi hangat-hangatnya dibicarakan banyak orang di tv." ucapku menahan sesak di dada.
"Oh ya ? Siapa ?"
"Dewa Airlangga Mahardhika dan Luna Violetta." jawabku yang tidak lagi kuat menahan air mata yang keluar begitu saja dari mataku.
'Oh Tuhan. Jangan biarkan dia mendengar suara tangisanku.'
"Kamu keliatan ganteng banget. Luna juga keliatan cantik banget. Pantesan aja orang-orang menyebut kalian pasangan yang ideal hehehe ..."
Sungguh, ini menyakitkan sekali untuk diriku. Aku tak kuasa menahan air mata yang semakin deras mengalir di wajahku. Semoga Dewa tidak mendengar tangisanku di seberang sana.
"Maafkan aku, Bee." suara berat dan pelan Dewa terdengar setelah kami diam beberapa detik yang lalu.
"Jangan minta maaf ..."
"Sayang, kita pulang sekarang yuk." suara Luna terdengar di seberang sana yang membuat hatiku semakin perih.
"Tunggu sebentar ya. Aku ada pembicaraan sebentar sama temen aku."
"Oke. Aku tunggu kamu di depan ya."
"Oke."
Luna pergi meninggalkan Dewa sendiri. Lalu, Dewa melanjutkan pembicaraan denganku begitu aku meyakini bayangan Luna sudah menghilang.
"Hallo ? Bee ?" tanya Dewa. Berharap sambungan telponnya masih tersambung.
"Lebih baik kamu pulang sekarang. Kamu gak ingin Luna nunggu lama, kan ?"
"Aku rindu kamu, Bee." suara Dewa terdengar berat. Apakah dia sungguh-sungguh merindukan aku ?
"Aku tutup dulu ya. Aku ngantuk. Kamu hati-hati di jalan. Night."
Pembicaraan dengan Dewa berakhir. Air mataku terus saja mengalir tanpa henti menahan kerinduan yang terpendam, juga menahan keperihan di dalam hati.
Kapan semuanya ini berakhir ? Maafkan aku, Dewa. Aku tidak ingin hubungan ini berjalan panjang. Sekalipun, pada akhirnya kamu memilih Luna, aku ikhlas.
Bersambung