BAB 1!

13 1 1
                                    

... 

!!! 


Pagi itu hampir semua murid datang terlambat, jelas saja karna hari itu adalah hari Senin. Semua orang selalu malas beraktifitas dihari itu. Hanya para OSIS yang mendapat tugas untuk menjadi petugas upacara yang datang terlalu pagi.

Aneh, para petugas upacara itu kenapa rajin sekali? Padahal saat upacara dimulai mereka hanya menjadi cacian dan dumelan para siswa.

Tapi mengingat adanya hukuman apabila tidak mengikuti upacara pagi, para siswa-siswi berbondong-bondong menuju kelas mereka untuk meletakan tas dan berniat untuk segera pergi kelapangan, ya walau banyak juga yang lebih memilih untuk bolos.

Begitupun dengan rombongan kelas XII IPS 1 mereka berjalan cepat menuju kelas. Saat sampai orang yang paling depan segera membukakan pintu kelas, tapi saat orang pertama masuk, giliran orang yang selanjutnya akan masuk terhenti. Terdengar suara jeritan, dan itu berasal dari orang yang pertama masuk.

Yang lain saling pandang heran, kemudian ikut menerobos masuk. Dan lagi jeritan mereka keluar dan tertular ke orang-orang lainnya.

Dian orang yang pertama masuk terlihat sedang terduduk menangis, tubuhnya bergetar. Para siswi yang masuk juga ikut menangis, ada juga yang berlari keluar, ketakutan. Para siswa juga syok, mereka ketakutan tapi sambil mengumpat.

Suasana menjadi riuh, bahkan karna rombongan itu, anak-anak dari kelas lain menjadi penasaran dan ikut melihat. Lagi, suasana menjadi semakin tidak kondusif.

"Ada apa?" Sang ketua kelas datang terlalu siang, setelah membelah kerumunan dia bertanya karna merasa keheranan.

Alu yang menjawab, "Sia! Lo harus liat ke dalam!" Mendapat jawaban seperti itu membuat Sia segera melihat lebih jauh. Dia membelah kerumunan dengan mendorong orang-orang yang menghalanginya.

Ya dia berhasil melihat apa yang menjadi pusat kehebohan, Sia syok, matanya membola terkejut, perutnya mual. Dia jijik. Pemandangan didepannya sangat horor tapi juga menjijikkan. Disana terdapat mayat, dari siswi kelas mereka, sosok itu tergantung dengan tali. Wajahnya pucat, mulai membiru. Dari kedua tangannya terus-menerus meneteskan darah yang keluar dari bekas sayatan, apakah dia menyakitkan dirinya sendiri sebelum memilih gantung diri? Sia menggeleng, agak panik tapi berusaha tetap tenang.

Menutup mulutnya, Sia mengalihkan atensinya kearah siswi yang masih menangis lalu melihat kearah mayat itu kembali sebelum melangkah pergi. Di depan kelas Sia hanya melewati Alu yang menatapnya dengan senyuman.

Tujuannya adalah ruang guru. Dia anak kesayangan wali kelas mereka, karna citranya adalah si ketua kelas terbaik.

Dijalan bibirnya terus berkomat-kamit, "Rana. Rana. Rana." Lalu saat mengingat lewat mayat itu berada, Sia menelan ludahnya. Itu tepat diatas mejanya ...

•••

Setelah guru dipanggil, para guru dengan sigap langsung menelepon polisi dan ambulans. Suasana benar-benar menjadi kacau. Kegiatan kelas dihentikan digantikan dengan sesi interogasi.

Semua siswa-siswi kelas XII IPS 1 bergantian dipanggil ke ruang guru untuk diintrogasi, mereka terlihat panik dan pucat.

"Gue gak tau apa-apa, kenapa tiba-tiba Rana bunuh diri?" Dian orang yang pertama melihat mayat itu membuka suara. Suasana diantara mereka terlalu hening.

"Kok Lo keliatan panik?" Alu bertanya balik.

Mendengar pertanyaan itu, Dian menjawab "Jelas gw panik! Gue yang pertama liat! Gue masih syok."

"Lo mau jawab apa kalau diintrogasi nanti yan?" Rati bertanya.

"Ya ... gue jawab gak tau apa-apa! E- emang aslinya gue juga gak tau si Rana kenapa ..." Dian menjawab dengan cemas.

REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang