Hari ini, SMA BINA MUDA melaksanakan ujian akhir tahun bagi kelas sepuluh dan sebelas dan dua belas. Tahun ini tempat duduk akan diacak, sehingga dalam satu kelas bisa berpencar ke tiga ruangan. Hazel mendapat tempat paling belakang di ruang kosong tiga, biasanya bangku paling belakang hanya diisi oleh satu orang.
"Kartunya ditaruh diatas meja semua!" perintah Bu Nadin.
Disisi lain Hazel merasa bingung karena dia baru menyadari jika pensilnya hilang. Hilang atau memang Hazel lupa tidak membawa?
"Tika!" Hazel memanggil teman sebelahnya.
"Apa?"
"Bawa pensil lagi, nggak?"
"nggak lah, gue aja minjem."
Hazel beralih memanggil temannya yang duduk tepat di depannya.
"Lin! Ralin!"
Ralin menoleh kebelakang, "Apa?"
"Ada pensil nggak?"
"Nggak ada, ini aja gue minjem."
"Zel!" Hazel menoleh kearah salah satu kakak kelasnya bernama Rehana.
"Nih pensil." Rehana menyodorkan sebuah pensil kepada Hazel.
"Alhamdulillah, aku pinjam dulu ya, Kak."
"Ini punya Raden, gue cuman disuruh minjemin aja." ucap Rehana. Hazel mencari cari sosok Raden, selama dia sekolah disini, belum pernah dia mendengar nama Raden.
Raden Adrian Azkara, adalah ketua osis SMA BINA MUDA yang terkenal dengan ketampanan dan sifatnya yang dingin. Tak mudah tertarik kepada seorang wanita.
"Kak,yang namanya Raden mana?" tanya Hazel bisik bisik.
"Zel, lo nggak tau Raden? Syok berat gue denger lo nggak kenal Raden. Beneran lo nggak tau Raden? Yang duduk disebelah Aril itu loh." ceplos Rehana dengan suara cemprengnya yang menggemparkan seisi ruangan.
"Rehana, kamu ngapain disitu?" tanya Bu Nadin.
"Ah ini, Bu, lagi minjemin Raden—Eh maksudnya Hazel, saya lagi minjemin Hazel." Kata Rehana, Rehana memang sering salah dalam berbicara. Bahkan hampir setiap hari dia salah dalam menjelaskan sesuatu.
"Minjemin apa kamu?" tanya Bu Nadin.
"Minjemin Raden, Bu," jawab Rehana.
"Eh maksudnya minjemin pensil, Bu." seisi kelas tak henti hentinya tertawa. Apalagi Nola, dia adalah type orang yang tertawa hingga berbunyi ngik ngik. Namun tidak dengan Raden, dia diam sembari melemparkan tatapan datar ke arah Rehana.
"Sudah sudah diam semuanya! Rehana, kembali ke tempatmu!"
Hazel menggunakan pensil mekanik berwarna hitam milik Raden yang dipinjamkan pada dirinya. Hazel memandang sekejap pensil itu lalu beralih menatap Raden yang duduk di bangku paling depan.
"Baru kali ini aku ngerasa di peduliin sama cowok." batin Hazel.
Hazel pun mengerjakan soal soal ujian dengan tenang. Hazel berhasil menyelesaikan satu mata pelajaran selama satu jam.
🎶
Hazel mendapati Raden yang hendak menuju ruang osis. Hazel berlari mengejar Raden untuk mengembalikan pensil.
"Mas Raden!" teriak Hazel yang di dengar oleh Raden. Raden berhenti dan berbalik badan sembari menatap heran Hazel yang berlari ke arahnya.
"Kenapa?"
Hazel mengambil pensil Raden yang dia letakkan di dalam tasnya, lalu memberikannya kepada Raden. "Makasih, Mas, udah minjemin pensil. Ini aku balikin."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASPARAGA
Teen FictionTentang kisah cinta antara Assyifa Davinka Rehazel dengan Raden Adrian Askara di masa putih abu abu