34. The Last Love

6K 619 28
                                    

Beberapa hari ini Amara sudah tidak pernah bekerja lagi di Fiasco kafe. Alhasil, kafe itu tutup. Tapi, hari itu lampu kafe menyala saat Reynov datang, dan yang punya kunci kafe selain dirinya ya cuma Amara.

"Ngapain lagi dia dateng?" Reynov berdecak. Untuk apa Amara datang? Mau lanjut menghakiminya dan mengatainya pembunuh? Ia masuk ke kafe dengan malas dan ia langsung berhadapan dengan Amara.

"Drie mannen (tiga laki-laki)," kata Amara. Ia tampak ketakutan. Ia mengusap hidungnya, kode meminta tolong.

Reynov segera ingat kode itu. Kode antara Amara dan Ali Sandi. Mengusap hidung, berarti "tolong". Ada orang di dalam kafe yang mengancamnya. Dan Amara berkata dalam Bahasa Belanda, berarti orang itu tidak bisa berbahasa Belanda. Maka itu bukan Erik ataupun Robby yang fasih berbahasa Belanda.

"Minggir." Reynov menepikan Amara.

Kalau ada tiga orang, pasti mereka bersembunyi di balik pintu, di balik meja pantry, dan di balik sofa. Haaah... pagi-pagi udah ngajakin berantem. Reynov meregangkan tangannya.

Dan benar saja, laki-laki pertama muncul dari balik pintu. Reynov dengan mudah meninju hidung laki-laki itu hingga jatuh menabrak meja. Melihat rekannya diserang, seorang laki-laki lain datang memukulkan kursi ke punggung Reynov, hingga Reynov jatuh. Laki-laki itu langsung menerkam meninju Reynov. Reynov balas mencekik, hingga laki-laki itu berhasil Reynov gulingkan dan tendang.

Laki-laki pertama tadi kembali maju dan juga memukulkan kursi ke punggung Reynov keras-keras. Reynov sempat mengerang kesakitan tapi dengan cepat ia bangkit mengayunkan tendangan lurus penuh presisi tepat ke ulu hati. Dalam sekali libas orang itu tumbang.

Laki-laki terakhir, botak dan sudah agak tua, tampak ancang-ancang bersiap melawan, tapi melihat Reynov berdiri tegap dengan mata menyala, laki-laki itu mundur teratur. Mereka sungguh bukan tandingan Reynov. Mereka hanya preman kelas teri yang sekadar paham mengamuk, bukan bela diri.

"Lu ... disuruh... siapa? ... Erik?" Reynov bertanya sambil menjitaki kepala si laki-laki tua botak. Setelah ia amati, ternyata itu agent suruhan Erik yang dulu pernah mengikutinya. "Ah... gua inget lu. Si botak suruhan Erik, kan? Dia nggak bayar gaji lu dua bulan, dan justru gua yang bayarin gaji lu. Kenapa sekarang lu malah nyerang gua? Dasar nggak tahu terima kasih!"

"Ampun, Om, ampun! Susah cari kerja, Om. Jadi ya gua ikut Erik!"

"Geblek! Terus ngapain lu di sini?"

"Gua disuruh Erik, Om. Katanya jangan lapor ke Bos kalau dia bocorin banyak rahasia pas mabok kemarin, atau cewek lu gua celakain, Om!"

Rupanya Erik sadar kalau dia telah membocorkan banyak rahasia selama mabuk, dan takut Robby tahu. Makanya ia suruh orang untuk mengancam Reynov dengan cara mencelakai Amara.

"Oh... gitu!" Reynov mengambil bantal sofa, lalu memukulkannya berulang-ulang ke si botak itu. "Lu tahu, dia bukan cewek gua lagi. Gua pacaran cuma dua hari terus putus! Tragis, kan? Jadi lu nggak usah ganggu-gangguin dia lagi, Udin!"

"Halah... Ya udah, Om! Cari pacar lagi aja kali! Repot amat!" Si botak itu masih berani-beraninya menyahut, bikin Reynov makin geregetan.

"Hiiih... Jaka Sembung bawa golok, cakep, nggak nyambung goblok!" Reynov malah berpantun. "Udah sono lu balik ke habitat lu!" Ia menendang bokong agent itu ke luar kafe diikuti kedua orang suruhan lainnya. Mereka berjalan menunduk takut, seperti diplonco senior.

Reynov lalu beralih pada Amara yang masih berdiri di pojok. Ia bergerak mendekat, tapi refleks Amara mundur, takut pada Reynov. Perempuan itu melihat jari Reynov yang lecet berdarah setelah menghajar orang-orang tadi. Ini pertama kalinya ia melihat Reynov yang selama ini selalu berbalut jas rapi dan membicarakan bisnis dengan para pengusaha, kali ini berkelahi berkali-kali dipukuli dan masih bisa berdiri, seperti sudah ratusan kali berkelahi.

Fiasco Kafe (END lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang