Marvel kesal. Apa sih liat-liat begitu, maklumi saja jika dirinya basah diguyur, namanya juga hujan deras. Maklumi saja matanya sayu dan memiliki kantung mata, namanya juga cape. Maklumi saja dirinya penuh luka darah, namanya juga dipukul kaca oleh bapak.
"Yah, si gila datang lagi ke sekolah, untuk apa coba kalo nantinya juga bakal di drop out. Ke sekolah kok kayak begitu."
"Ew, siapa perempuan yang mau menikah dengannya nanti? Tidak usah berharap jika ia tidak akan mendapat pasangan, karena memang sudah tidak akan dapat!"
Begitukah?
"MARVEL! YA TUHAN BERAPA KALI KAMI BILANG?! CERITA! JANGAN DIPENDAM TERUS! BAHAYA BAGI KESEHATAN MENTALMU, VEL!"
Teriak dua perempuan cantik yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan Marvel, Brigitta dan Michelle, sahabat terbaik Marvel sejak kecil. Marvel tersenyum, berkata, "Tidak apa-apa, aku hanya tergores tadi.", "Kami tidak percaya! Bagaimana mungkin tergores saja bisa membuat pendarahan separah ini?!" Michelle hampir menangis, ia sungguh kasihan melihat sahabatnya yang sangat rendah hati ini harus disakiti oleh bapak biadab tersebut.
Brigitta segera menarik Marvel menuju UKS, diikuti oleh Michelle yang membuntuti dari belakang. Sesampainya di ruang UKS, Marvel diobati dengan perlahan oleh Michelle yang memang pandai dalam hal perawatan medis. "Haduh.. Kok bisa gini, Vel? Cerita!" Ucap Brigitta penuh kekhawatiran. "Jadi gini, nah tamat.", "Serius, Vel!" Teriak kedua gadis perawan tersebut dengan serentak, Marvel sedikit terkejut, lalu mau tidak mau menceritakan semuanya.
"Tadi malam, aku tidak bisa tidur nyenyak, bising sekali di ruang tamu. Ibuk dan Bapak bertengkar tiap hari. Itu alasan aku memiliki kantung mata, kedua, pada pagi harinya aku keluar dari kamar dan melihat Bapak sedang memukuli Ibuk, anak mana yang tidak marah coba? Jadi aku mencoba melawan dengan menghantam Bapak dari belakang. Dan setelahnya Bapak memang sudah tidak menyakiti Ibuk, namun sasarannya berganti ke aku. Ibuk menyuruhku lari ke kamar mandi, lalu aku menurutinya. Aku mengunci pintu kamar mandi dan Bapak terus menggedor pintu menyuruhku membukanya, aku duduk di depan pintu, Bapak semakin kencang menggedor, dan pada akhirnya kaca di pintu kamar mandi pecah lalu mengenai ku. Ketiga, bagaimana aku basah kuyup, ya karena aku lari di tengah hujan." Jelas Marvel panjang lebar.
Brigitta dan Michelle sungguh tak tahan mendengar perlakuan Bapak Marvel. Apa-apaan sih?! Apa masalahnya sampai Ibuk Marvel dan Marvel selalu dipukuli?!.
*Kringg!
"Ah.. Sudah masuk kelas, ayo." Ucap Marvel lirih, Brigitta dan Michelle mengangguk kecil. Mereka pun akhirnya berjalan ke kelas.
Sesampainya di kelas, mereka lega karena guru belum datang. Namun, Marvel melihat mahluk asing yang duduk di samping bangkunya, semua orang dikelas memberikan atensi hanya kepadanya, tak terkecuali Marvel.
"Vel, kami duduk duluan ya." Ucap Brigitta lalu mengajak Michelle untuk duduk. Marvel berjalan kearah bangkunya lalu melihat sosok tersebut lebih dekat.
"Ehm.. hai?" Marvel menyapa dengan sedikit gugup. Pasalnya, ia itu introvert, tidak biasa untuk memulai percakapan. "Oh, hai! Kamu Marvel kan? Yang diceritakan Ayon tadi? Ternyata kau benar teman sebangku ku!" Balas'nya' riang. Marvel lalu duduk dan bertanya pada orang tersebut, "Siapa namamu?" Tanya Marvel, "Namaku Nevin! Maukah kau menjadi temanku mulai sekarang?" Nevin terlihat sangat gembira melihat Marvel, tak seperti ketika ia melihat orang lain.
"Hei, kau memiliki cukup banyak luka, apa yang terjad-" Kata-kata Nevin di potong oleh kedatangan seorang guru. Nevin sedikit kesal namun ia tak bisa membantah, ia di ajari oleh ibunya jangan membantah guru apa lagi yang perempuan. Miss Pie, satu-satunya guru perempuan paling ayu yang ada di sekolah tersebut. Miss Pie melihat Nevin, lalu berkata, "Perkenalkan dirimu, nak." Nevin segera berdiri dan memperkenalkan dirinya, "Perkenalkan, namaku Nevin! Aku pindahan dari sekolah xxx!".
"Tampan.."
"Dia milikku!"
"Dialah tujuan baruku!"
"Ia yang memberiku semangat sekolah, hihi!"
Dan bla-bla-bla Marvel tak peduli, ia ingin beristirahat sekarang juga.
Marvel tertidur.
*kringg!
"Vel, bangun! Ayo istirahat bareng, aku traktir!" Teriak pemuda disampingnya sembari menggoyangkan tubuh Marvel sedikit. "Mngh.. ya.." Desah Marvel, ia berusaha sekuat tenaga mengangkat kepalanya, lalu menghadap kanan. Tidak, Marvel hanya melihat pundaknya, dongakkan sedikit kepalamu, Marvel!
"Apa?", "Ke kantin bersama, yuk! Ku dengar kamu suka martabak kan? Di kantin martabak lagi diskon! Aku yang traktir deh sumpah!" Dengan semangat ia menarik Marvel menuju kantin, tanpa persetujuan dari Marvel, namun Marvel tak peduli. Ia membiarkan dirinya ditarik oleh pemuda pujaan orang-orang tersebut.
Sampai di kantin, Marvel duduk di salah satu bangku lalu kembali meletakkan kepalanya diatas meja, ia masih mengantuk. Nevin pergi memesan martabak dan donat, bangsatnya, ia lupa membelikan Marvel minuman.
"Vel! Nih punyamu!" Ucap Nevin mendekati Marvel, "Ya, omong-omong, tadi aku udah bilang belum kalo aku mau minumannya es teh anget?" Tanya Marvel lirih, the hell?! Nevin lupa!. "M-maaf, Vel. Aku ga ngerti, gak tau kalo ada es tapi anget, sumpah!" Nevin berusaha menjelaskan, sebenarnya menu es teh anget memang tidak ada, tapi itu adalah efek mengantuk dari Marvel, jadi ia belum terlalu sadar dari alam bawah sadarnya.
Ketika makan, Marvel selalu berkhayal yang tidak-tidak, ia berpikir jika 7 tahun kemudian Nevin akan berpisah dengannya, rupanya ia sudah nyaman dengan Nevin, secepat itukah?.
Padahal salah, 7 tahun kemudian.. hanya Tuhan yang dan author yang tau.
• To Be Continued .
Kalian ingat ini gak?
Bagi kalian yang dah baca, makasih banyak! Disini Aul mau lanjut bukunya di akun ini, sumpah demi Marvel aku janji deh.
Dan bagi kalian yang dah baca, itu di bagian bab ketiga, Arvan x Kitten saya ubah ship nya di sini, masih Arvan x Kitten, tapi jadi threesome karena ada Bren. Jadi, Arvan x Bren x Kitten. Okay?
Nah, makasih banyak dah mau baca, saya sebisa mungkin lanjutin book ini sampe selesai di akun ini!
—with love, aul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everyday I Dream About you • Re-write.
FanfictionMarvel tidak tau akan ada lelaki yang terobsesi dengannya. Laki-laki yang dikejar jutaan orang namun hanya ingin mengejar satu orang spesial. Marvel bertanya-tanya, "Nevin, kenapa aku?" lirih suaranya menanyakan hal tidak jelas. Nevin tertawa, "Kare...