01 〰️ Pembunuh

53 16 69
                                    

|happy reading|

Seperti biasa, Gantala melakukan rutinitas paginya setelah mandi yaitu menyiapkan sarapan. Untuk dirinya dan juga Papanya. Menu pagi ini ada nasi goreng dan telur mata sapi. Sebenarnya Gantala tidak pandai memasak, namun semenjak kepergian Mamanya ia jadi terbiasa.

Lima menit kemudian, Haidar keluar dari kamar.

"Pa," Gantala memanggilnya. "Ayo kita sarapan bareng, Gala udah siapin sarapannya," ajaknya pada sang Papa.

Haidar meliriknya sekilas, "Kamu saja, saya sedang buru-buru."

"Tapi seenggaknya Papa sarapan dulu."

Perkataan itu menghentikan langkah kaki Haidar. "Lebih baik saya sarapan di kantor, daripada harus satu meja makan dengan pembunuh!" Setelahnya ia berdecih, kemudian melanjutkan langkah yang tertunda.

Pembunuh, Gantala seperti sudah dilabeli dengan panggilan pembunuh yang seakan-akan tertulis di jidatnya. Entah harus bilang berapa kali untuk meyakinkan Papanya bahwa Gantala bukanlah pembunuh. Ia tidak membunuh siapapun!

Menatap kepergian Papanya yang tertelan pintu, Gantala pun kembali untuk duduk di meja makan. Seorang diri, sangat sepi, suasananya tidak seperti dulu lagi.

Buru-buru Gantala menghabiskan sarapannya. Ia tak mau terlambat datang ke sekolah walau jam masih menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit.

Daripada satu piring nasi goreng yang tersisa itu di buang, Gantala memilih untuk memindahkannya ke kotak bekal.

"Lumayan buat makan siang, jadi gue bisa ngirit duit. Walopun gue bikin ini buat Papa, tapi percuma aja. Dia gak bakal pernah mau makan masakan si pembunuh ini," Gantala sedikit tertawa sarkas.

Menyedihkan sekali.

☄️

Gantala sudah tiba di sekolahnya yang belum terlalu ramai. Setelah memarkirkan motor, ia berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

Lelaki itu duduk di bangku pojok paling belakang, sendirian. Gantala memang tidak punya teman. Semua orang menghindarinya, takut menjadi bahan bullyan jika ikut berurusan.

Tak terasa jam pertama pun dimulai. Di depan kelas guru Matematika berkacamata menjelaskan materi. Sebagian, bahkan hampir seluruh murid memperhatikan dengan malas. Namun tidak dengan Gantala, matanya fokus menyerap ilmu yang di sampaikan. Bukunya penuh dengan coretan angka.

"Baik anak-anak, apa kalian sudah mengerti?" pertanyaan itu di lontarkan seusai menjelaskan materi.

"SUDAH, BU!"

"Apa ada yang ingin di tanyakan?"

Hening.

"Bagus, saya kira semuanya sudah paham. Besok akan ada ulangan harian mengenai materi yang baru saja Ibu sampaikan."

Suasana mendadak ribut dan panik. Tak terima jika ada ulangan mendadak. Guru itu memang suka seenaknya saja.

"Masih ada waktu lima belas menit sebelum pergantian pelajaran. Kalian bisa gunakan untuk menghafal rumus dan pelajari lebih dalam. Sekian untuk pertemuan kita hari ini, persiapkan diri untuk ulangan harian besok. Selamat siang."

Terlontar berbagai macam umpatan yang mengiringi kepergian guru berkacamata itu.

☄️

GANTALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang