Prolog

74 8 14
                                    


Ting!

Suara dering ponsel terdengar nyaring. Russia mencoba untuk menghiraukan bunyinya dan menutup kedua matanya guna kembali kedalam mimpi indah walau hanya sesaat.

Sayang sekali, dering ponsel itu tidak membiarkannya melanjutkan sebuah alur cerita dalam angan-angan nya, Russia pun meraih ponsel itu dan menyalakannya.

Astaga, sebuah pesan grup membanjiri notifikasi ponselnya. Dia menatap layar ponsel dengan datar serta sang ibu jari yang menggeser ribuan pesan yang terlewatkan.

DRINGG!!

Panggilan grup masuk, dengan segera dia mengangkat panggilan itu,

"WOY, GIMANA GES!?!!" suara cempreng yang memekikkan telinga terdengar dari ponsel, Russia reflek menjauhkan wajahnya dari ponsel itu.

"GATAUU, AKU NGIKUT KALIAN YO" ikut apa? Mereka sedang membicarakan hal apa?

"Apa yang sedang kalian bicarakan..?" tanya Russia. Dia baru saja mendapatkan separuh dari nyawanya yang pergi meninggalkan tubuh itu berbaring semalaman, karena hal itu dia tak dapat membaca keseluruhan text pesan yang para 'Monyet' bicarakan.

"MAKANYA BACA GRUP, TOLOL!" Maki salah satu 'Monyet' nya. Russia memutar bola mata Sapphire indah miliknya tak peduli,

"Gw baru bangun amejing" balasnya.

"LU!"

"WOY, Gausah berantem yaa para monyet-monyet, sesama monyet harus saling menghargai~" ucap salah seorang temannya secara blak-blakan di sela-sela peperangan.

Russia yang merasa kesal itu pun mematikan panggilan tersebut, ia mendudukkan dirinya dipinggir ranjang mengumpulkan tenaga dan niat untuk berjalan.

Ia mengusap kasar wajahnya sebelum melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi.

------- ☕︎ -------

"Mendaki?"

"Iya! Besok kita libur bukan? Bagaimana kita bertujuh pergi mendaki saja? Anggap saja sebagai refreshing dari para skripsi bajingan ini." usul Singapore, kedua matanya tak luput memandang buku yang ia pegang.

"Refreshing apa kabur? Tapi bagus juga ide lo, tumben. Eh, emang semuanya libur ya?" timpal Indonesia di sebelahnya.

Singapore memutar bola matanya tak peduli, "Ya gatau, tapi setuju gak?" tanyanya.

"Nggak tau, tunggu yang lain dateng lah." ucap Netherlands seraya membawa seporsi mie di tangannya.

"MAU MIE!"

"Beli sendiri bocil."

Tak menunggu waktu lama, salah satu pemuda yang mereka tunggu-tunggu pun menghampiri mereka.

Ia menarik sebuah kursi di dekat Netherlands, "Maaf lama, dijalan macet." ucapnya.

Mereka bertiga pun mengangguk paham, wajar saja sih dia terlambat, jalanan kota memang ramai.

"Oh iya Rus, besok kita libur kan? Singapore ngusulin mau mendaki, gimana?" tanya Indonesia.

"Aku ngikut saja." jawabnya.

"Baiklah, sisa Ame, Ger, sama N.K ya." ucap Neth, ia pun mengambil sesendok mie untuk ia makan, namun keduluan ke makan Indonesia disebelahnya.

ᎪᎷϴΝᏀՏͲ - ᏟϴႮΝͲᎡᎽᎻႮᎷᎪΝՏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang