'We need to go.'
'Now?'
'Yes.'
'Are you sure they're the one who threat me?'
'I already checked it, sir.'
'Don't 'sir' me, Forest.'
'Gimme time'
'Ok. But, I will arrive at your apartment in hour, Blue'
'So get ready.'
'I hate you, Varsha. Really.'
'I love you too, boss.'
'It will be though, but after this everything will be okay.'
June, atau yang memiliki codename Blue, menghela nafas, sebelum kemudian melempar ponselnya ke atas ranjang. Kepalanya seketika pening, karena ini benar-benar diluar ekspektasinya. Memang, seminggu yang lalu ia mendapat ancaman pembunuhan, yang sebenarnya memang sudah sering ia dapatkan. Namun, bedanya kali ini dilayangkan langsung ke apartemennya, tempat ia dan pacarnya tinggal.
Seharusnya memang ia tidak menjalin hubungan dekat dalam bentuk apapun dengan orang diluar organisasinya, karena itu akan berbahaya. Namun, ia sudah jatuh hati pada Christ sejak pertama pertemuan, dan membuatnya 'sedikit' berbohong akan identitasnya. Keduanya sudah menjalin kasih sejak setengah tahun lalu, dan mulai tinggal bersama sejak 3 bulan kebelakang.
June menghela nafasnya sekali lagi, kemudian melirik ke arah kamar mandi sejenak. Ah, Christ pasti masih lama, batinnya. Sehingga, ia putuskan untuk menata barang-barangnya ke dalam koper, sambil memikirkan alasan apa yang harus ia buat untuk Christ.
"Babe?"
Christ yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut tentu saja melihat kekasihnya sedang sibuk menata pakaian ke dalam koper. Karena hari ini harusnya mereka memiliki janji untuk menonton film bersama, sebagai kompensasi karena Christ sedang agak sibuk beberapa hari ke belakang.
Namun, June yang terlalu fokus tampaknya tidak menyadari jika Christ sudah menatapnya dengan bingung.
"Hei, kamu ngapain?"
Kali ini Christ bertanya sambil menyentuh pundak June dengan lembut, yang membuat June tersentak kaget.
"Huh?"
"You will go? Where?"
June terdiam. Tenggorokannya seketika terasa kering.
"Christ.." June berucap, berjeda sejenak untuk mengambil nafas. Bagaimanapun, ia tidak bisa hilang tanpa berpamitan, meski ia tidak boleh membeberkan alasan sesungguhnya.
"I need to go."
"Where will you go?"
"I can't tell you, Christ"
"Why?"
Tidak ada jawaban sama sekali dari June. Lelaki itu hanya diam, sambil tetap menata baju-bajunya di dalam koper.
"June."
Christ kembali berkata, kali ini tangannya meraih pergelangan tangan June, membuat yang satunya jelas tidak bisa melanjutkan aktivitasnya.
"Kamu kenapa sih?" tanyanya.
June tetap diam, wajahnya menunduk. Sebenarnya ia bisa aja menghempas tangan Christ, mengingat kemampuan bela dirinya yang diatas rata-rata. Namun ia tidak ingin membongkar identitasnya, tidak di depan kekasihnya. Karena selama ini yang June 'kenalkan' pada Christ adalah sisi feminimnya, yang tentu tidak bisa berbuat hal-hal kasar.
YOU ARE READING
Auf Wiedersehen (BibleBuild AU)
FanfictionJune harus meninggalkan Christ dalam misinya, yang entah sampai kapan, karena tidak ada yang tahu. Sementara Christ, harus rela melepas June yang setelah keluar dari unit apartemennya, tidak bisa ia hubungi. June pergi tanpa ada salam perpisahan. A...