Hentakan alas sepatu berhak tinggi semakin terdengar jelas, terlebih ketika pintu kayu jati itu dibuka dengan sedikit paksaan. Decakan pantofel harga selangit itu mampu menggetarkan udara di sekitar ruangan kaca yang terletak jauh dari tanah. Begitu suara bising itu lepas, pria paruh baya yang sedang menyesap campuran bubuk hitam, gula dan air dengan perbandingan 1:1:1 itu meletakkan cangkir marmer kesayangannya ke atas meja kerjanya dengan hati-hati. Pria itu membenarkan kacamatanya yang hampir terjun bebas dari hidung bangirnya. Sedikit garukan di rambut abu-abunya sama sekali tidak membuatnya senang.
"Ayah! Kita tidak bisa membiarkan semua ini terjadi! Berapa banyak lagi yang harus kita korbankan? Apa Ayah ingin kita jatuh miskin karena keteledoran kita sendiri?"
Ucapan yang terlontar dari mulut pemilik pantofel berhak tinggi itu membuat kepala Si Pria Paruh Baya berkedut. Sudah sekian lama dia hanya berdiam di balik kursi kehormatan itu.
"Lakukan rencana B."
"Apa maksud Ayah?"
"Kau tahu apa yang harus dilakukan, Nak."
"Tapi,-"
Mulutnya seolah terkunci ketika mendapati kedua ujung bibir pria paruh baya terangkat. Senyuman itu selalu menjadi sebuah pertanda sesuatu yang tidak baik alias tak ada yang boleh membantahnya.
Kecuali, kalau kau bosan hidup di dunia.
~~~
1, 2, 3! Show your color~ 안녕 하세요, BLUE 입니다.
1, 2, 3! Show your color~ Annyeong haseyo, BLUE imnida.
(Tunjukkan warnamu~ Halo, kami BLUE.)
Sorak-sorai disertai dengan lampu sorot yang menggantung di atas langit-langit panggung membuka pemandangan lima lelaki dengan pakaian yang cukup mencolok mata. Kemeja satin merah anggur, celana hitam berbahan kulit ketat, sepatu boots tinggi, tak lupa dengan aksesori yang membalut tubuh seperti harness, rantai dan kalung besi, sarung tangan dan jangan lupakan riasan tebal yang menempel pada kulit tampan itu.
Tergabung menjadi sebuah grup idola K-pop pria di era ini cukup memberikan mereka banyak potensi. Terlebih lagi dengan jangkauan dunia maya yang semakin jelas di genggaman tangan, membuat mereka tumbuh menjadi salah satu grup yang menjanjikan di kancah internasional. Tumbuh dengan menunjukkan profesionalitas di berbagai konsep pun membuktikan bahwa masa depan mereka cukup menjanjikan.
Akhir-akhir ini, konsep kuat dan berani menjadi salah satu yang digemari. Hingga benar saja, comeback yang dilakukan dengan bugdet yang minim tetap saja membuahkan hasil apalagi memiliki penggemar yang kuat dan loyal. Cinta dan uang pun bisa mereka dapatkan dengan mudah. Namun, tetap saja, masih ada orang yang menganggap semua pencapaian itu hanyalah sebuah omong kosong.
"Mana? Mana yang kalian janjikan?"
Kertas kelabu dengan bau khas toko percetakan itu melayang terdampar pada salah satu pria yang kepalanya tertunduk. Benda ringan yang bisa menjadi berbobot dengan dijadikan satu terbang bebas menuju karpet.
"Jangan bawa-bawa mengenai penjualan album milik kalian yang hampir meledak itu! Kalian sendiri yang mengatakan akan bekerja keras untuk mendominasi tangga lagu domestik!"
Si Pemilik suara nyaring itu hanya bisa memijit kepalanya yang rasanya mau pecah. "Untuk apa hidup seperti ini jika kalian saja tidak bisa bertahan di kandang sendiri. Memalukan. Karir kalian tidak akan bisa berjalan jika hanya ditopang penggemar, kita butuh pengakuan dari masyarakat setempat juga!"
Begitu ocehan yang tak terhitung berapa kali jumlahnya menyapa beberapa pasang telinga itu dilontarkan, Si Suara Nyaring itu melangkah menjauh dari ruangan besar yang didominasi kaca seukuran dinding yang menempel penuh pada dua sisi ruangan. Meninggalkan orang-orang yang ada di dalamnya dengan sedikit gema dari pintu yang sengaja dibanting. Meninggalkan helaan napas yang sedari tengah ditahan beserta mulut yang sudah siap untuk mengeluarkan makian tidak berisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCREEN [Haobin]
FanficSung Hanbin, salah seorang aktor senior yang terpaksa mengikuti keinginan agensi untuk menutupi skandal yang tengah terjadi. Hingga dia tidak menyangka bahwa hal tersebut melibatkan seorang idol yang sama sekali tidak dia kenal. Dengan adanya hubung...