Setiap hari ia merasa penuh waspada, apa lebih tepat dikatakan 'kacau karna sikapnya sendiri', Alia tidak mengerti kenapa semua menjadi seperti ini, dirinya baru saja mendapatkan lingkungan baru, meskipun Alia dapat dengan mudah menerima candaan temannya tapi kenapa kepalanya riuh sekali.
"Kau tau kan adik kelas yang ada dibelakang kelas kita?" Seorang perempuan dengan bentuk badan yang sangat ideal dan parasnya yang menawan cukup membuat Alia menatap penuh tanya, mereka sangat dekat mungkin bisa dibilang hanya Wulan yang bisa memahami Alia.
"Ohh si kecil itu? ada apa?" Wulan dengan sangat bersemangat menceritakan sesuatu bisa dibilang topik hangat hari ini, bukannya ini hal yang wajar bagi setiap perkumpulan membicarakan orang lain.
Alia beberapa kali merespon dengan baik percakapannya dengan sahabatnya itu, namun tiba tiba Wulan berhenti berbicara, ia menatap Alia dengan dan menunjuk ke arah pintu masuk kantin.
Ah! Orang itu, dia berjalan santai dibelakang teman temannya, beberapa kali tertawa mengejek dan melihat ke arahku, mengetahui itu telingaku jadi sensitif, aku hanya mendengar bisikan kecil dari gerombolan lelaki itu.
"Sudah ku bilang, dia tidak semenarik itu"
"Hahaha bukankah pilihanku lebih menarik Dion?" Beberapa lelaki itu menatap ke arah Alia dengan tatapan meremehkan, Sahabatnya yang mendengar hal itu mulai mencapai puncak emosi, tiba-tiba mereka beradu mulut dan membuat suasana kantin menjadi suram"Hah?! kau bilang apa? temanku ini tidak menarik! lihatlah drimu sendiri Dion! emang kau semenarik itu? jika bukan karna temanmu itu, kau hanya seorang anak buangan-" Ucap Wulan dengan beberapa kali menunjuk ke arah Dion dan teman temannya
"CUKUP WULAN" henti ku, entah kenapa mulut ini tiba-tiba saja membela orang yang salah.
"Alia apa yang kamu maksud? aku disini membel-"
"Sudah ku bilang cukup Wulan!" aku menarik Wulan pergi dari ruang kantin yang masih riuh karna pertengkaran kecil itu.
Alia masih menggengam tangan sahabatnya itu mereka berjalan melewati lorong kelas dan langkah kakinya mulai berjalan melambat. Perkataan yang di ucapkan teman Dion masih tersimpan jelas di kepalanya. Tidak menarik, siapa yang tidak menarik, aku?!. Lamunanku terhenti saat sahabatnya terus mengoceh di hadapanku.
"Kau masih bodoh ya Alia? siapa yang seharusnya kau bela?!" kata Wulan yang terus mengoceh dihadapanku
"Maaf, aku pikir tidak seharusnya kita bertengkar di kantin seperti itu"
"Kau benar benar masih mencintainya?! setelah semua yang dia perbuat kepadamu?, kau bahkan kemarin sudah melihat dia bergoncengan dengan anak kelas sebelahkan? Hei Alia kau benar benar tidak buta saat itu-" Alia mulai tidak tahan bukan hanya ocehan yang terus terdengar di telinga namun riuh di kepalanya juga membuatnya sangat pusing saat ini.
"Iya iya aku minta maaf seharusnya saat itu aku membelamu maafkan aku"
"Kau hari ini benar benar menghancurkan moodku Alia" Wulan pergi menjauh meninggalkan Alia sendirian sendirian di lorong sebelah kelasnya.
Seperti biasanya pelajaran yang membosankan membuat Alia terdiam menatap kertas putih, dia masih tidak mencerna kenapa secepat ini semua berubah, bukannya dia berjanji akan terus bersamaku?, bukannya dia senang bersamaku. Namun kenyataannya dia menghubungi masalalunya dan setelah dua minggu kita berpisah dia sudah berkencan dengan wanita lain.
Alia tidak habis pikir apakah dia benar benar bodoh atau memang sangat bodoh, Benarkah dia diselingkuhi dua kali disaat bersamaan? kalau tidak?, mengapa dia begitu mudah mendapatkan penggantinya setelah 1 tahun berpacaran.
Lalu bagaimana dengan keluarga kita? bukannya kita sudah mengenalkan satu sama lain, kalau tau akhirnya begini-
Alia mulai meneteskan air mata, hingga semakin lama itu berubah menjadi isakan tangis kecil, teman sebangkunya yang mendengar itu mulai bertanya kepadanya
"Alia ada apa?, heii jangan menangis seperti ini" Dia adalah teman sebangkunya semenjak dikelas 2 SMA, namanya Oca, gadis ini benar benar mempunya sikap keibuan, dia sangat mudah memahami perasaan orang lain.
Oca mencoba menempuk pelan pelan punggungku dan tidak lupa dia menanyakan mengapa aku masih menangis, Oca berusaha membuat setenang mungkin suasana agar tidak mengganggu kelas dan agar pak guru tidak menyadari temannya yang sedang menangis.
Saat ini Alia bahkan tidak bisa menjawab sama sekali pertanyaan temannya, beberapa kali teman satu gengnya berbisik dan bertanya kenapa aku menangis di tengah jam pelajaran.
Alia mulai mengusap matanya dan perlahan berhenti menangis, ia menoleh ke arah belakang seakan akan memberitahukan sepada teman temannya bahwa ia tidak apa apa, ia cukup tersenyum dan saat salah satu sahabat laki lakinya menanyakan kepada Wulan kenapa aku menangis.
"Biasalah Panji, anak itu menangisi kepala adu adu" bisik Wulan ke arah Panji yang berada dibelakangnya, aku tertawa kecil melihat sahabatku yang masih kesal karna kejadian tadi, aku mengangkat jari ku dan membuat pose 'peace'.
•••••
"Kalian taukan minggu depan diadakan konser meriah untuk memperingati hari berdirinya sekolah kita? persiapkan diri kalian sebaik mungkin dan jaga kesehatan kalian ya" Begitulah pelajaran ditutup dengan cepat.
"Kudengar dresscode kali ini cewe kue ya?" Kata Oca, beberapa teman dekatku mulai bergabung didekat kursi kami, seperti ini mungkin yang disebut 'Circle' pada zaman sekarang.
"Ahh gimana aku udah kehabisan baju, Alia kamu besok pakai baju seperti apa?" Tanya Wulan kepadaku, sejujurnya aku belum menyiapkan apapun.
"Kurang tau, coba nanti aku fotokan isi lemari ku" Jawabku, Kamipun mulai membahas satu persatu baju yang akan kita pakai, tidak hanya begitu satu persatu menyampaikan saran dan masukan tentang dresscode yang akan kita pakai minggu depan
Inilah yang Alia inginkan perkumpulan seperti ini, Dulu saat pertama kali masuk bangku SMA, Alia memang mempunya circle yang lain, tapi disana ia dikucilkan karna Alia dibilang terlalu narsis dan alasan tersembunyi yang baru saja dia ketahui karna sahabatku dimasa lampau itu menyukai Panji Sahabatku.
Alia tersenyum mendengar saran beberapa temannya, ia sedikit menengok ke arah perkumpulan lamanya, Ah benar benar suram, kenapa dia dulu berada di sana, tapi ada untungnya karna saat itu Alia menjadi ambis terhadap pelajaran dan menjadi pandai dengan mata pelajaran Kimia yang katanya lebih sudah dari pada Matematika.
Bukannya begitulah kehidupan 'people come and go' aku banyak menerima kedatangan orang baru dan kepergian orang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Kusut (Park Gunwook)
RomanceSaat itu, Alia Shanzana mulai frustasi mengenai kepergian seseorang yang pertama kali berjanji untuk terus bersamanya, namun akhirnya ia menerima ajakan pria asing untuk berkencan dengannya. Pada akhirnya hati yang seharusnya tertutup rapat mulai me...