Happy Reading
──────⊹⊱✫⊰⊹──────
"Agh, sakit..." Lenguhan keluar dari mulut seorang lelaki. Pandangannya perlahan mulai jelas saat ia membuka matanya.
Tangan? Tangan siapa ini?
Lelaki itu menegakkan badannya, mencoba memahami keadaan. Ruangan ini... rumah sakit. Aroma obat-obatan yang khas menyeruak ke hidungnya, lampu putih di atasnya menyilaukan mata. Dia menoleh dan melihat seorang wanita berbaring di ranjang dengan berbagai alat medis menempel di tubuhnya.
"Ugh!"
Rasa sakit menusuk kepalanya tanpa ampun. Ingatan—entah milik siapa—mengalir deras ke dalam benaknya. Seperti air bah yang menggulung tanpa kendali.
Zeyron Alaric Danastara.
Nama itu bergema dalam pikirannya. Gambar-gambar hidup dari masa lalu yang bukan miliknya bermunculan. Rasa sakit, kesedihan, ketidakberdayaan. Beta malang yang dihancurkan oleh takdirnya sendiri.
Seakan ingin melawan rasa sakit yang menyiksanya, lelaki itu menjambak rambutnya sendiri, berharap itu bisa meredakan kepedihan yang mendera.
Pintu terbuka.
Sosok cantik dengan kacamata dan jas putih berdiri di ambang pintu. Dokter. Itu hal pertama yang muncul di kepalanya. Wanita itu tampak terkejut melihat lelaki di ranjang meremas kepalanya sendiri.
"Aduh, Zee! Jangan dijambak begitu dong rambut kamu! Pusing, ya? Nggak gitu caranya kalau mau ngilangin pusing," omel dokter itu sambil berjalan mendekat.
Nama yang tertera di jubahnya: Livita Andriana.
Lelaki yang dipanggil Zee perlahan melepaskan cengkeramannya. Napasnya masih tersengal, tapi rasa sakit di kepalanya mulai berkurang sedikit demi sedikit. Dokter Livita menyodorkan obat sakit kepala padanya sebelum memeriksa pasien yang terbaring di bangsal sebelahnya. Nama yang tertulis di kartu identitas pasien itu membuat dadanya terasa sesak.
Kayrani Danastara.
"Ibumu baik-baik saja. Meski kondisinya stabil, keinginannya untuk sadar masih sangat lemah," ujar dokter itu lembut.
Zeyron hanya diam. Tangannya mengepal di atas selimut. Sorot matanya menyentuh wajah wanita yang tertidur di ranjang itu. Rasa asing bercampur dengan emosi yang belum bisa ia pahami.
Merasa lelaki itu butuh waktu sendiri, dokter Livita pun berpamitan dan keluar dari ruangan.
Sejenak, ruangan itu hanya dipenuhi suara detak mesin medis.
Zeyron menghela napas panjang.
"Jadi... aku bertransmigrasi," gumamnya, seolah baru benar-benar menerima kenyataan ini. Ia terkekeh kecil, tawa yang sarat akan kepahitan.
"Aku menjadi Zeyron Alaric Danastara. Antagonis dengan akhir tragis."
Ingatan yang masuk ke kepalanya memberitahunya dengan jelas bagaimana kisah ini akan berakhir. Zeyron mati dengan cara yang mengenaskan.
"La‐Lalu bagaimana dengan tubuhku di sana? Ah... Pasti sudah mati seperti mereka yang di novel. " Ia tertawa hambar. "Lagipula, aku punya kanker paru-paru! Aku harus merubah nasibku kalau begitu. Untung Zeyron adalah orang yang pintar dan hobinya pun mirip denganku. Semoga keluarga Alteropeda menguburkan ku dengan layak mengingat sikap mereka." Zeyron bermain-main dengan pikirannya.
Sekarang... dia memiliki kesempatan kedua.
Zeyron menatap ibunya—bukan, ibu dari tubuh ini—dengan tatapan lembut. Ada kehangatan aneh yang merayap di dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Posionous Boyfriend's (Sedang Revisi)
RomanceWARNING ADA BEBERAPA ADEGAN RAPE, JADI MOHON BIJAK DALAM MEMBACA BACAAN! Gilza, anak yang sangat menyedihkan. Ia terlahir sebagai anak haram dari keluarga Alteropeda. Keluarga besar di Indonesia yang sangat terkenal hingga ke penjuru dunia. Gilza te...