1. Awal Mula

7 1 0
                                    

Kutulis cerita ini untukmu, sebagai pengingat dan juga sebagai pembelajaran yang barang kali kamu membutuhkan cerita ku. Aku siap membawa mu berlibur dalam hidupku yang campur aduk dan berkatNya aku menemukan pelita itu.

Hari itu semua masih berjalan seperti biasa, aku si supel dan teman temanku yang sangat mendukung sifat ku ini. Disekolah aku terbilang bisa dibilang aku termasuk anak yang populer, Vivi si humle. Hihi begitu mereka mengenalku. Tanpa sadar bel istirahat sudah berbunyi, guruku  meninggalkan kelas dan aku pun merapihkan buku pelajaran kimia kedalam tas. Teman ku Gina dan Sarah menghampiriku. "Kok bisa nya kamu gak ngantuk si Vi pelajaran Pak Atma.." biasa Sarah sudah mulai rewel, aku tebak dia sudah lapar. "Heh jangan disamain Vivi sama kamu Sarah, jelas jelas dari SMP dia selalu juara kelas gak kayak kamu belajar kalau mood doang" Gina membalas celotehan Sarah dengan bercanda. "Udah udah aku kan sekolah emang mau belajar, lagian tadi malam aku juga tidur cukup ngapain ngantuk? Yuk ke kantin, bakso mang jal sudah menunggu" "ayokk" serbu mereka semua

Sarah dan Gina mereka teman sekelas ku dikelas X IPA 1 ini, teman ku yang lain ada dikelas sebelah. Gina memang lebih mengenalku daripada tyang lain karna memang kami dari SMP yang sama. Tiga orang lagi bergabung pas saat kita melewati kelas mereka "woahh  barengan lagi ni keluar kelas nya, yok langsung aja cabut ke makanan paling mewah dikantin, Bakso Mang Jal" Celetuk Adi saat keluar kelas. Spontan Adi membuat kita semua tertawa, bisa bisanya Bakso Mang Jal dibilang mewah ada ada saja. Dia adalah Adi, si supel yang langsung di incar organisasi broadcasting mulai dari masa MOS. disusul lagi Cika dan Rendy yang keluar dari kelas mereka. Kita semua siap kekantin karna lambung yang sudah mereog.

"Mang Jal nambah dua mangkok lagi Rendy kalap!" seru cika, kita semua tertawa "Jangan keras keras napa suara lu cik, ada Andrea lewat." Andrea adalah cewek incaran Rendy dari dua minggu ini, ya Rendy termasuk salah satu cowok ganteng di angkatan kita gak heran kalau minggu ini mereka jadian. 

Makan siang kita di iringi curhatan dan tawa. Selalu seperti itu sebelumnya,  seperti ini toh masa SMA ya bisa dibilang ini salah satu bagian terbaik dalam hidupku. Aku suka teman teman ku, suka sekolahku dan semua kegiatan disini. Hari itu aku berharap semua ini jangan cepat berlalu.

Pulang sekolah kita pun tidak langsung pulang, karena kita janjian mau nemenin Sarah membeli kado ulang tahun ibunya di Mall. Aku pun sudah izin bunda, kata bunda gakpapa tapi jam tujuh harus pulang karena bunda masak lumayan banyak untuk merayakan ayah yang baru saja di promosikan. Dan aku menyanggupinya. Semua ikut kecuali Gina, hari ini jadwalnya les. Tak lupa walau kita sudah SMA kalau ke mall kita sering mampir ke Time Zone, hari itu kita bersenang senang. Aku bisa tertawa lepas jika bersama mereka apa lagi mendengar humornya Rendy dan Cika. Tak terasa sudah masuk waktu magrib aku berpamitan dengan teman teman. "Yah kok pulang sih, padahal kita mau makan bebek goreng yang enak banget." kata Rendy. "Alay bebek goreng aja dibilang enak banget, coba lu traktir Shushi Tei pasti ga pualang tuh Vivi." "Kata siapa bebek goreng gak enak, bebek goreng adalah favorit kita semua. Bukan favorit lu bebek goreng tanpa huruf 'b'" "ih apaan emang?" tanya Cika polos. Aku tertawa duluan, menyusul rendy dan yang lainnya. Cika teriak "IHH RENDY JOROKK" dan aku pulang.

Aku pulang naik ojek online biar cepat, karna aku belum mandi dan sholat maghrib. Sampai dirumah bau masakan langsung menghampiri hidung ku. aku langsung tahu bunda masak ayam betutu, jamur asam manis, sayur capcay, penyetan terong, tempe orek dan tak lupa sambal bajak. wah ini sih favorit ayah semua, aku melihat semua sudah tertata rapih di meja. Aku segera salim dan pamit kekamarku dilantai atas. Cepat cepat mandi dan sholat, lalu aku turun kebawah disana sudah ada anggota keluarga yang lainnya. Aku duduk disamping kakaku, dia baru saja pulang dari kostnya dan berencana untuk menginap. Aku salim "sering sering kak pulang" "Iya ini dah pulang" jawabnya. kakak ku sudah dua bulan ini tinggal di kost dan baru kerumah dua kali, ini yang kedua dan pertama kali nya menginap dirumah lagi. "Adek mana Vi?" tanya bunda. "Masih dikamar kali bun, main game. dipanggil nya nanti aja pass ayah pulang." "Iya deh, gimana tadi sekolah nya Vi.." kami menghabiskan waktu menunggu ayah dengan mengobrol santai. 

Dan ternyata ayah tak kunjung pulang. Sudah jam sembilan bunda berkali kali menelfon ayah yang tidak juga dijawab. Kejadian dua tahun lalu sepertinya akan terulang kembali. Vero adikku yang paling kecil sudah minta makan duluan. Setelah Vero kembali ke kamar, aku dan kak Vena pun makan. Entah bagaimana perasaan ibu. Aku tak berkomentar apapun, ibu mondar mandir di ruang tamu. Dan tiba tiba kakakku pamit untuk kembali ke kost an. 

Aku tau situasi apa ini, aku hanya tidak percaya terjadi diamalam ini. Aku menahan air mataku untuk tidak jatuh. Aku kira malam ini akan menjadi titik terang. Setelah entah berapa kali aku melihat bunda dan ayah saling adu mulut. Melihat kebersamaan mereka yang tenang selama seminggu ini aku fikir semua akan baik baik saja, keluarga kita akan harmonis lagi. Ternyata kau salah. Dengan cepat dan penuh kecewa aku naik ke kamar. Aku menangis sejadi jadinya di kasur. Aku hanya ingin keluargaku tenang menjadi seperti dulu lagi. mereka seperti tidaak sadar ada anak yang sedang tumbuh di keluarga ini. Ada anak yang butuh ketenangan saat belajar, tumbuh dengan kasih sayang dan dukungan di setiap kegiatan mereka. Bukan malah, keadaan yang jauh dari kodusif ini, dengan sering melihat dua malaikatnya bertengkar. Apa kalian tahu ada anak yang terluka? Hati ku sakit, aku hanya ingin ketenangan. dan dalam tangis ku akupun terlelap.

Aku terbangun karena kegaduhan dibawah. Jangan lagi, batin ku. Aku meringis perih. Kenapa aku terbangun aku harap aku tertidur saja. 

"Aku sudah telfon puluhan kali Mas, kenapa gak di angkat?!"

 "Aku bilang aku rapat Hera, hand phone ku tertinggal apa alasan itu gak cukup buat kamu?!" 

"Kamu gak tau aja Mas anak anak semua tadi kelaperan nungguin kamu"

"Aku sudah bilang tadi rapat dadakan yang gak bisa ditunda, coba kamu mengerti sedikit Hera"

"kurang pengertian apa aku mas? ini bukan sekali dua kali. Kamu mencoba kabari saja enggak. mana prioritas kamu. Apa jangan jangan kamu selingkuh Mas?"

"Berani beraninya kamu!" Plak ayah menampar pipi bunda. Aku melihat semuanya, dari tadi aku sudah turun kebawah. Aku berdiri di hadapan mereka tanpa ada yangmenyadari. Aku menangis. "Cukup ayah, Cukup bunda. Vivi gak bisa lagi terima semua ini. Vivi gak tahan tinggal dirumah. Vivi gak bisa lagi menormalisasi semua ini, Vivi pikir mulai seminggu lalu semua akan berubah ternyata enggak. Besok antar Vivi keluar dari sini. Tolong ini demi kebaikan vivi" aku berbalik meninggalkan merka berdua yang memanggilku. Aku tidak menanggapinya dan berjalan menuju kamar. 

Pagi tiba selepas shubuh tadi bayangan tentang nenek menghampiriku, aku ingat nenek pernah berpesan bahwa beliau ingin sekali aku masuk pesantren. Tentu saja dulu aku tidak menanggapinya. Tapi setelah semalaman aku memikirkan mau kemana aku jikaa pergi dari rumah ini, mungkin pesantren bisa menjadi tempat pelarian ku. Nenek ku sudah meninggal dua tahun yang lalu, tentu aku tidak bisa tinggal dirumahnya. Aku teringat nenek pernah memberiku selebaran Pondok Pesantren dari Jatim itu. Aku mencarinya, ketemu. Aku mulai packing se adanya dan tidak lupa membawa uang tabungan ku. berbekal selebaran itua aku turun kebawah disana ada bunda dan ayah yang masih saling tidak menyapa.

 "Yah, bun. Vivi mau masuk pesantren"



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jalan PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang