Chapter 1

97 7 6
                                    

***
Elle meminum teh di gelasnya yang telah dibuatkan oleh Luke.
"Maafkan aku Elle, aku tidak bermaksud untuk mengingatkanmu kepada hal itu." Luke menundukan kepalanya.

Elle hanya melihatnya dengan tatapan kosong. "Ya. Tak apa, aku maafkan."

Setelah beberapa menit diliputi keheningan, akhirnya Elle pun angkat bicara.
"Aku, aku sebenarnya juga ingin menghilangkan hal yang selama menimpaku. Sungguh, aku ingin sekali percaya kepada perkataan orang-orang yang bilang bahwa aku hanya berhalusinasi. Aku mencoba untuk mempercayainya. Namun, aku bukanlah anak kecil yang menjadikan semua perkataan orang menjadi pedoman hidup. Aku tidak berhalusinasi mengenai ini Luke. Sungguh, aku benar-benar melihatnya." Elle memberi jeda sejenak. Lalu melanjutkan ucapannya lagi. "Aku tahu, mungkin kau memang tak percaya bahwa ini nyata, maka dari itu kau memberikanku polaroid itu bukan?." Elle tergelak.

Namun Luke menjawabnya dengan gelengan cepat. "Tidak, tentu tidak Elle, justru aku melakukan ini karena aku percaya dengan ucapanmu. Ku akui bahwa ini memang aneh. Namun, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin Elle. Semuanya mungkin saja terjadi, meskipun diluar akal sehat manusia. Aku percaya padamu, maka dari itu aku memberikanmu kamera polaroid itu. Itu akan berguna untuk membantumu melihat apa yang sebenarnya kau lihat. Jika kau melihat makhluk itu lagi, kau bisa saja langsung mengambil gambarnya, setidaknya kau punya bukti kepada orang-orang bahwa kau tidak berbohong atau pun berhalusinasi. Percayalah Elle, ini semua nyata Elle." Jelas Luke.

Elle tergelak dan membuang muka "kau berkata seperti itu bagaikan kau berada di posisi yang sama sepertiku Luke." Namun Luke hanya terdiam memandang gadis di hadapannya itu.
"Percayalah padaku Luke, melihat makhluk aneh yang sangat mengganggu dan menyeramkan tidaklah semudah yang kau pikirkan. Aku harus pergi sampai berjumpa besok."

***
Elle P.O.V
Aku hanya memandangi kamera polaroid pemberian Luke itu. Warnanya putih, terlihat simple. Sungguh, aku ingin sekali menghilangkan kemampuanku melihat hantu, bukan hantu namun makhluk aneh, entahlah aku tidak tahu apa namanya itu.

Aku hanya gadis berusia 18 tahun yang hidup sederhana bersama ayahku. Mengapa aku harus memiliki kemampuan tidak jelas seperti ini?. Akhir-akhir ini aku dapat melihat sesuatu yang seharusnya manusia tidak dapat lihat. Ayahku awalnya berpikir bahwa aku hanya mengarang cerita atau berhalusinasi, namun sungguh aku tidak seperti itu. Namun sekarang ayah sudah mulai membantuku untuk tudak perlu ketakutan setiap waktu. Aku tahu, bahwa sebenarnya ayah tidak terlalu percaya kepadaku. Namun, ia mencoba untuk peduli kepadaku dan aku hargai itu.
Begitu juga dengan Luke. Luke Hemmings, ia adalah anak dari teman ibuku dulu. Kami memang sudah bermain sejak kami masih kecil. Namun saat pertama kali aku memberi tahu kepada Luke mengenai ini semua, Luke terlihat begitu percaya denganku bahkan ia mendorongku untuk tetap melihat para makhluk aneh itu, ia bahkan memberikanku kamera polaroid ini.
"Elle? Kau didalam?." Seseorang memanggilku dari luar kamar.
"Ya! Masuklah ayah." Ujarku. "Tidak, turunlah sayang, ayah sudah membeli makan malam untukmu. Ayah tunggu dibawah." Ucapnya

Aku pun keluar dari kamarku dan hendak menuruni tangga. Namun langkahku terhentikan saat melihat makhluk itu lagi dihadapanku. Dada ku sesak, mulutku terbuka lebar namun tidak dapat mengungkapkan 1 patah kata pun, keringat dingin mulai turun dari dahiku, aku memejamkan mataku, dan mencoba untuk teriak. Namun hanya suara lenguhan kecil dari mulutku.
"Elle?! Elle? Kau baik-baik saja? Elle? Buka matamu!." Suara ayah mulai mengisi gendang telingaku.
Aku pun membuka mataku perlahan dan langsung memeluk ayah yang beraa di hadapanku. Aku seperti ingin menangis namun tidak ada satu tetes air mata pun turun.

"Hey! Hey, semuanya baik-baik saja hanya ada aku disini. Mari kita makan malam."
Alex-ayahku-menuntunku untuk turun dari tangga.

***
"Pagi Elle, apakah kau sudah mau berangkat sekarang?." Tanya ayah saat aku baru saja menuruni tangga.
Aku menuangkan susu di gelasku lalu meneguknya perlah sambil mengangguk untuk menjawab pertanyaan ayah. "Kau tahu, hari ini aku ada ulangan fisika dan aku belum belajar sama sekali dan fisika adalah pelajaran pertama, menurutmu apa yang harus aku lakukan ayah?."
Alex hanya menggelengkan kepalanya. "Entahlah, mungkin kau harus berpura-pura sakit, atau bolos sekolah atau semacamnya. Aku berangkat dulu Elle. Nikmati hari-hari mu." Ucapnya lalu mengecup dahiku singkat. Aku hanya tersenyum dan berjalan mengambil sepatuku.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Mencari-cari keberadaan Luke. Hari ini aku memutuskan untuk membawa polaroid yang ia berikan. Jujur, aku masih bingung harus aku apakan polaroid ini. Tidak mungkin kan aku diami saja dirumah?. Namun aku juga belum siap untuk me-
"Elle?." Aku pun menoleh mencari sumber suara yang familiar itu. "Hey Luke Hemmings." Aku mengankat kedua sudut bibirku membentuk senyuman.

"Elle, apakah kau ikut dalam ujian fisika itu?." Tanya Luke. Aku tergelak meremehkan. "Yang benar saja Luke, lebih baik kita pergi ke perpustakaan kota. Bagaimana?." Luke menjawab dengan sebuah anggukan antusias.

***
"Luke, semalam aku melihatnya lagi, dia berada di dekat tangga rumahku."
Luke mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya.

"Bagaimana rupanya? Apa dia berkata sesuatu?."
Namun aku tidak menjawabnya. Perhatianku teralihkan setelah melihat makhluk itu lagi yang berada dia antara rak-rak buku dibelakang Luke.

Mataku terbuka lebar, keringat dingin mulai jatuh lagi dari keningku. Lalu aku memejamkan mataku, dan meremas erat tangan Luke.
Dengan bersusah payah aku membuka mulutku untuk mengatakan "Luke, dibelakangmu."
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

POLAROID   {l.h}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang