Bab 13

316 74 18
                                    

Ibu Elina sedang mondar-mandir gelisah di ruang tamu. Ponsel putri bungsunya itu tidak bisa dihubungi sejak tadi siang. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, langit sudah menampakkan kelamnya ditambah deru guntur bersahutan yang menandakan tak lama lagi akan turun hujan.

"Elina ke mana sih astagfirullah, bikin orang tua cemas saja kerjaannya," keluh sang ibu sambil meremas kedua tangannya gusar.

"Anak itu benar-benar bikin malu! Papa tidak menyangka dia sudah berbuat kelewatan begini. Sebenarnya apa yang dia pikirkan?"

Ayah Elina adalah sosok yang jarang sekali marah. Sejak Andres dan Elina kecil hingga sekarang, mungkin hanya satu atau dua kali sang ayah menunjukkan amarahnya. Namun kali ini, ekspresi jengkel dan kecewa terpeta nyata di wajahnya yang sudah memiliki kerut penuaan di beberapa bagian.

Pria 54 tahun itu tidak akan percaya dengan tindakan yang dilakukan putrinya kalau saja si sulung tidak memberikan bukti otentik. Bukti yang tidak bisa disanggah lagi kebenarannya. Akhirnya mereka sekeluarga mengetahui cikal bakal dari perubahan sikap Elina yang sangat aneh.

Beberapa saat lalu, sang ayah memanggil Andres untuk menanyakan hasil diskusi pria itu dengan adiknya kemarin malam. Ayahnya merasa perlu mengetahui masalah sang anak agar dia bisa membimbing dan kalau memberikan solusi untuk masalah yang Elina hadapi. Hati orang tua mana yang tak gelisah dikala melihat putri kesayangannya murung setiap hari.

Elina yang biasa ceria dan senang bercanda dengan ayahnya mendadak jadi pendiam dan terkesan mengisolasi diri dari keluarganya sendiri. Ayahnya khawatir, jika keadaan itu terus dibiarkan bergulir maka masalah yang lebih besar bisa saja terjadi.

Firasat orang tua memang tidak pernah keliru, apa yang ayah Elina khawatirkan ternyata benar-benar terjadi. Mendengar cerita Andres tentang Elina yang berkonflik dengan Sharla, membuat pria paruh baya itu tak percaya. Mereka kenal baik siapa Sharla, sempat berkomunikasi juga dengan orang tuanya yang sering menitipkan Sharla pada mereka.

Apalagi saat Sharla SMA, setiap dia berkunjung ke rumah Elina, maka malamnya dia akan bercerita pada orang tuanya. Detik itu juga orang tua Sharla langsung menghubungi orang tua Elina, meminta maaf karena Sharla selalu merepotkan mereka. Sekaligus berterima kasih karena keluarga Elina sudah memperlakukan putrinya dengan sangat baik.

Jika ditilik dari riwayat hubungan harmonis kedua keluarga itu, rasanya mustahil masalah seperti ini bisa muncul. Apalagi Elina dan Sharla itu sahabat baik yang tak pernah terpisahkan sejak mereka SMA. Orang tua Elina sangat mengutuk tindakan putrinya sendiri. Mereka tidak pernah mengajarkan hal semacam itu tapi kenapa Elina bisa senekat ini hanya karena seorang pria?

Kedua orang tua Elina sudah tahu persis tentang masalah Elina yang memfitnah Sharla dan menyebarkan berita buruk di sosial media. Ibu Elina sampai meneteskan air mata melihat sejahat apa ketikan Elina terhadap Sharla.

Ibunya saja sakit hati, entah sehancur apa perasaan Sharla setelah tahu bahwa semua kata beracun itu lahir dari sahabatnya sendiri. Ya, ibu Elina membayangkan itu. Dia merasa iba pada Sharla sekaligus miris melihat kekalutan putrinya.

"Meskipun anak kita bersalah, mama harap Papa tidak terlalu keras padanya," pinta sang ibu, dengan emosi yang sedang membakar hati suaminya saat ini, ibu Elina waswas hal itu justru akan menambah luka pada hati putrinya.

"Semua ini nyata kan, Andreas? Informasi yang kamu sampaikan tadi tidak keliru, kan?"

Hati kecil ibu Elina masih ingin menyangkal, meski kemungkinan baiknya nyaris tidak ada.

"Iya, Ma, aku menyelidiki akun bodong penyebar hoaks itu sendiri. Aku memeriksa alamat IP dan titik koordinat perangkat yang digunakan pelaku, hasilnya adalah Elina pelakunya."

The Way You Love Me (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang