01. Quee-nya Seberuz

786 45 15
                                    

Seorang gadis mengendarai motor sport dengan kecepatan penuh, menyalip kendaraan sana-sini. Bahkan hampir menyerempet pengendara motor lain, tapi gadis itu terlalu handal mengendarai motor membuat hal yang tidak diinginkan tersebut tidak akan terjadi.

Namanya Shaki Dwi Sabhita, seorang gadis yang menjadi anggota geng motor bernama Seberuz. Sebuah geng yang terkenal suka membuat onar dan meresahkan orang-orang, enam motor mengikut di belakang Shaki. Hingga akhirnya Shaki memberhentikan motornya di sebuah pasar.

"Stop!" Cimol mengulurkan tangannya agar temannya yang lain ikut berhenti.

Shaki melepas helm nya membuat rambut hitam kecoklatannya seketika terurai dengan sempurna. "Udah siap semua?!"

"Siap!" sahut Budi.

"Kurang kompak!" Suara Shaki terdengar lantang.

"Siap Bu Bos!" Baik Cimol, Budi, Yanto, Kasman, Cecep, dan Jono menyahut.

Keenam orang itu bukanlah inti Seberuz, melainkan hanya anggota biasa yang dijadikan Shaki partner dalam memalak.

"Seberuz?!" Shaki ingin mendengar motto yang menjadi ciri khas geng Seberuz.

"Go! Go! Go! Sapyyy go!" sahut Cecep.

"Seberuz anjir, kenapa jadi sapy?" timpal Jono membenarkan.

"Lo kata Raju-nya Upin Ipin." Budi benar-benar tak habis pikir.

Shaki menurunkan jagang motornya, gadis cantik itu turun dari motor lalu menatap galak para anak buahnya. Siapa yang berani dengan Shaki? Walaupun hanya sebatas bendahara, tapi gadis itu adalah queen-nya Seberuz sekaligus sahabat dekat ketua geng mereka.

"Maap Bu Bos, Cecep ngeblank tadi." Cecep menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Kebanyakan nonton Upin Ipin sih lo." Yanto menggeplak kepala Budi yang terbalut helm.

"Jangan geplak sembarangan, entar kepala gue gelinding gimana coba?" Cecep tentu saja tidak terima.

"Udah diem!" Aura galak semakin menambah kecantikan Shaki. "Gue ulang lagi, Seberuz?!"

"Go! Go! Go! Seberuz go!" Keenam lelaki itu menjawab dengan kompak.

Shaki tersenyum puas. "Bergerak sekarang!"

"Siap Bu Bos!" Cimol memberikan hormat. "Ayo kita beraksi."

Keenam orang itu mulai berjalan di belakang Shaki, cara jalan Shaki hampir sama seperti preman. Sementara keenam laki-laki di belakang Shaki tampak seperti berandalan, saat keenam lelaki itu beraksi Shaki sedikit menjauh dan menonton aksi mereka.

Bos itu turun tangannya belakangan, jadi Shaki memberi kesempatan anak buahnya untuk maju duluan. Kalau anak buahnya bermasalah, baru Shaki membantu. Itulah yang dilakukan Shaki biasanya, memalak sudah menjadi rutinitasnya.

"Serahin semua duit lo!" ujar Cimol.

"Hari ini masih laku sedikit Mas." Seorang wanita paruh baya berusia lanjut kini tampak ketakutan.

"Gue nggak peduli!" sahut Budi.

"Lo nenek-nenek nurut aja sih, jangan bangkang!"

"Serahin duit lo atau gue obrak-abrik nih tempat. Sekalian kalau perlu rumah lo gue obrak-abrik!"

"Kita kan nggak tahu rumah tuh nenek anjir."

"Ya udah sih nyet, orang cuma ngancem."

"Ini dia uangnya." Cecep memasuki paksa lapak nenek itu dan mengambil semua uangnya.

"Mas jangan, itu uangnya buat makan saya sama cucu saya."

Shaki menikmati suara-suara itu yang mengalun indah di telinganya, tidak ada belas kasih karena hati gadis itu sudah mati. Yang paling penting bagi Shaki ada dua, uang dan bersenang-senang. Selebihnya, Shaki tentu saja tidak peduli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ustadz Idaman Vs Akhwat Akhir Zaman [Tersedia Di Fizzo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang