Cerita Sang Ratu

7 0 0
                                    


Sang Putri menggigit apel merah dan tertidur. Sementara si Ratu yang jahat dan penuh iri menghilang setelah terjatuh kedalam jurang. Pangeran tampan mendatangi Putri cantik dan membangunkannya dengan ciuman. Mereka pun menikah dan hidup bahagia selamanya.

Tidak ada yang bisa lebih menggelikan lagi daripada narasi itu. Cerita ini tidak seperti itu, dan ini adalah kisah dari si Ratu.

"Oh, betapa cantiknya dirimu! Tiada yang bisa menandingi kesempurnaan yang terukir di wajahmu!"

Aku melihat mereka dari kejauhan. Sepasang manusia yang sedang berdekatan di tengah kebun istana itu tenggelam dalam percakapan mereka. Cukup canggung melihat anak tiriku berpacaran di depan mata dengan pemuda yang tidak kuketahui. Padahal aku hanya berniat berjalan-jalan melihat keindahan bunga.

Aku mendatangi mereka berdua, bagaimanapun aku harus tau tentang orang yang mendekati anakku. Hanya untuk memastikan saja.

"Hai, siapa ini?" Aku menyapa. Mereka menoleh kepadaku. Pemuda itu kelihatan terkejut melihatku. Putriku dengan semangat memperkenalkannya.

"Ibu! Perkenalkan, dia seorang pangeran yang sedang mengelana! Aku baru saja bertemu dengannya dan aku menyukainya! Pangeran, kenalkan ini ibuku sang Ratu!"

Aku menelusuri pemuda itu dari atas sampai bawah. Pangeran katanya? Sejauh ini aku tahu tentang semua pangeran di benua ini. Tentu saja, sebagai Ratu aku melakukan delegasi ke berbagai negara. Tapi aku tidak ingat pernah melihat pemuda ini.

"Apa kamu datang dari jauh? Dari kerajaan mana?" Aku sedikit meragukannya. Tidak menutup kemungkinan dia anak gelap raja. Tapi, kenapa pangeran yang mengelana mengungkapkan identitasnya semudah itu?

Dia terlihat gugup. Aku menyipitkan mata, merasa ada yang aneh darinya.

"Hormat, baginda Ratu. Saya hanya pangeran dari negara kecil yang jauh dari sini. Saya mengelana untuk menambah ilmu dan belajar dari negara lain."

Aku melihat putriku yang menatapnya dengan kagum. Meskipun aku meragukannya, selama putriku senang aku tidak terlalu memikirkannya. Kukira putriku hanya merasakan cinta sesaat. Aku pun berpamitan dengan mereka dan kembali ke istana.

Saat sedang mengerjakan dokumen, aku membaca berita hilangnya wanita muda dari berbagai negara. Pelakunya belum diketahui dan kasus ini menjadi heboh di seluruh benua. Menurut beberapa korban yang selamat mereka bertemu pemuda dan jatuh cinta padanya, namun mereka tidak ingat apa-apa. Apalagi setelah diselamatkan, mereka tidak ingat kenapa bisa menyukai pemuda itu. Sungguh mencurigakan.

Aku teringat dengan pemuda yang ditemui putriku dan meminta suruhanku menyelidikinya.

Aku mengawasi putriku yang setiap hari menemui pemuda itu. Semakin hari dia terlihat semakin menyukai pemuda itu. Bagaimana kalau pemuda itu menipunya? Aku tidak mau menyakiti putriku. Dan aku lebih tidak mau lagi pemuda itu menyakiti putriku.

Kemudian aku mendapat laporan kalau gerak-gerik pemuda itu mencurigakan, dia tinggal berpindah-pindah dan bersembunyi dengan baik sampai suruhanku sering kehilangan jejaknya. Ini tidak beres, sebaiknya aku mengamankan putriku terlebih dahulu

"Putriku, bagaimana kalau kamu berlibur di pondok kita?" Itu pondok yang terletak di tengah hutan, aku sudah mengirim pemberitahuan ke kurcaci yang mengurus rumah disana untuk menjaga putriku.

Untungnya putriku menyetujuinya setelah aku bersusah payah meyakinkannya, aku menyiapkannya diam-diam agar pemuda itu tidak tahu dimana putriku sebelum aku selesai menyelidikinya.

Selama beberapa hari, aku terus melihat pemuda itu mendatangi istana mencari putriku. Pengawal bilang dia sudah membuat janji, yang tentunya bohong. Karena putriku tidak ada disini. Sampai akhirnya aku mendatangi dan bertanya tujuan aslinya.

"Putriku tidak ada disini. Kenapa kamu terus mencarinya?"

"Dia adalah wanita tercantik yang pernah kulihat! Rambut sehitam arang, kulit seputih salju, bibir semerah darah. Tidak ada yang sesempurna dirinya!" Pemuda itu menjawab dengan semangat.

"Apa kamu menyukainya? Bagaimana kalau aku mencarikan gadis cantik lain?"

Dia terlihat ragu-ragu, tapi kemudian menjawab "Tidak! Tidak ada lagi gadis secantik dirinya!"

Pernyataan yang tegas. Tapi dia tidak mengatakan dia menyukainya. Sekarang aku benar-benar curiga. Selanjutnya aku hanya basa-basi dan mengusirnya dengan cara halus. Ini tidak bagus, kurasa dia berniat buruk pada putriku.

Aku berjalan ke ruangan rahasia istana. Tidak ada yang tahu ruangan ini selain aku. Aku berencana memberitahu putriku setelah dia dewasa. Disini terdapat cermin ajaib yang diturunkan secara turun-temurun. Cermin ini bisa menjawab semua pertanyaan dengan menampilkannya di cermin, dan itulah yang aku butuhkan. Cermin ini jarang digunakan karena mengambil energi kehidupan, hanya anggota kerajaan terlatih yang bisa menggunakannya.

"Wahai cermin, tunjukan padaku gadis tercantik di dunia."

Aku berniat membawakan gadis lain ke pemuda itu.

Tapi walaupun sudah kuduga, wajah yang perlahan-lahan terbentuk di cermin membuatku terkejut. Tentu saja itu putriku. Sial, aku tidak bisa membawa gadis lain ke pemuda itu karena putriku sudah menjadi gadis paling cantik.

Aku yang kehabisan tenaga kembali ke ruang kerjaku dan mendapati sketsa pelaku kejahatan yang menculik gadis-gadis. Kurasa petugas sudah mengumpulkan pernyataan saksi. Ada beberapa wajah, namun salah satunya membuatku kaget.

Itu wajah pemuda yang mendekati putriku.

Kurang ajar. Sudah kuduga, matanya memancarkan niat buruk. Tidak bisa begini, aku tidak akan membiarkan putriku jatuh ke perangkapnya.

Aku mencari cara untuk membuat putriku yang polos menjauhi pemuda itu tanpa tersakiti. Kalau aku langsung menyuruhnya menjauhi pemuda itu, putriku akan tersakiti atau malah menolak perintahku. Aku butuh solusi yang lebih pasti.

Kemudian aku menemukannya.

Apel yang terlumuri ramuan tidur dan hanya dapat terbangun dengan ciuman. Namun, membuat orang yang terbangun membenci orang yang menciumnya.

Bagus ini rencana yang luar biasa. Kalau aku bisa membuat putriku memakan apel ini dan menghasut pemuda itu, semua akan berakhir bahagia. Masalahnya adalah, putriku tidak suka apel. Jadi aku menyusun rencana untuk membuat putriku yang baik hati mau memakannya.

Dengan menyamar sebagai orang tua miskin, aku membawa apel dalam keranjang dan berjalan menuju pondok tempat putriku berada. Aku mengetuk pintu kayu itu dan mulai berakting. Putriku keluar setelah menyahut dengan bahagia. Dia dikelilingi oleh hewan-hewan mungil seperti burung dan tupai. Aku tersenyum dalam hati melihat putriku disukai para hewan.

"Nona cantik, tolong belilah apel ini. Aku belum makan selama berhari-hari."

Wajah kasihan yang ditunjukan putriku membuatku merasa bersalah, tapi aku menguatkan hati. Ini demi putriku.

"Baiklah. Dengan senang hati." Meski dengan wajah sedikit ragu, dia tetap mengambil apel dan memberikan koin padaku.

"Terima kasih, Nona. Bisakah nona mencobanya dan memberikan pendapat?"

Dengan perlahan dia mendekatkan apel itu dan menggigitnya. Aku menatapnya dengan penuh penantian. Tak lama kemudian dia terjatuh, atau tepatnya tertidur. Aku menyuruh para kurcaci membantuku membawanya ke kasur. Sekarang tinggal melakukan tugas terakhir.

Aku mendatangi pemburu dan memberinya misi untuk membawa si pangeran palsu itu ke pondok putriku. Aku menyuruhnya mengatakan kalau sang Putri terkena kutukan penyihir dan hanya bisa bangun dengan ciuman. Dengan sekantung koin, pemburu itu melaksanakan misinya dengan senang hati.

Aku kembali ke istana untuk mengawasi putriku dari cermin. Setiap detik aku menggunakan cermin itu, kehidupanku terkuras. Aku menunggu lama, sampai bernapas pun terasa sakit. Kemudian aku melihatnya di cermin. Pemuda itu datang dan menciumnya.

Itulah adegan terakhir yang kulihat sebelum napas terakhirku.

Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang