1

6.1K 18 0
                                    

Tidak akan kaget lagi warga di sekolah melihat penampilan Silmia yang dapat dikategorikan sebagai 'perempuan banyak neka-neko'

Rok kekecilannya selalu mengundang tatapan ingin dari murid-murid lelaki.
Dia pun tidak keberatan, karena memang itu tujuannya. Ia butuh uang tambahan untuk segala perawatan kecantikannya.

Pagi ini, ia ada janji dengan temannya. Alih-alih menuju kelas, kakinya justru melangkah ke gudang yang berada di lantai empat.

Sesampainya di sana, terlihatlah Jorgi yang menunggunya dengan senyum.

"Kok nggak dibuka gudangnya?" tanya Silmia, ketika melihat gudang masih terpasang gembok.

Sementara Jorgi duduk manis di kursi tepat di depan pintu. "Di gudang panas, mau cari sensi yang kalo mendesah dapet angin dari luar."

Silmia tertawa kecil. Gila, tapi menantang juga. "Jadi mau main di kursi maksud Lo?" Jorgi mengangguk. "Di depan gudang?" Diangguki lagi.

Silmia mendekat dengan raut konyol, ini terlalu lucu. Kalau orang lihat bagaimana. Mentang-mentang lantai empat hanya melulu gudang.

Jorgi menurunkan sedikit celana abu-abunya, mengeluarkan batangnya yang sudah mengacung tegak. Silmia duduk di pangkuan Jorgi setelah memposisikan miliknya.

"Ahh..." Desahan pertama keluar dari mulut keduanya saat milik mereka saling bertemu.

Silmia bergerak menggesek pinggulnya. Sedikit menggoda Jorgi dengan kecupan di bibir pria itu. Sedangkan lelaki yang tengah ia duduki itu menatapnya penuh hasrat.

Lama Jorgi terdiam, dia bergerak cepat, kasar, memompa milik Silmia yang selalu nikmat baginya.

"Makin hari makin longgar," celetuk Jorgi ditengah aktivitas memompanya.

Silmia menyambar bibir Jorgi yang mulai berkomentar. Saling mencecap lidah sampai pelepasan pertama mereka sampai.

"Longgar-longgar gini, tiap hari Lo booking." Silmia mencibir lelaki bertindik di hadapannya.

Silmia, pengalaman pertamanya dalam bercinta. Meski mereka bercinta atas dasar jual beli, sejujurnya Jorgi selalu melakukannya dengan sepenuh hati.

"Minggu ini Lo main sama siapa aja?"

"Heh! Itu privasi tau."

Jorgi terkekeh. Dasar pelit.

Fakta tentang Silmia yang open terhadap lelaki manapun yang mau membookingnya membuatnya sedikit sedih, perempuan yang ia kagumi dalam diam sejak menduduki bangku SMA itu rupanya tidak sepolos pandangannya.

Jorgi membuka kancing seragam Silmia, mengeluarkan dua buah gundukan yang selalu menjadi favoritnya.

"Kalau misalnya sehari ada lima orang yang mau main sama Lo, gimana?" tanya Jorgi sembari menghisap gundukan itu bergantian.

Silmia menggesek pelan pinggulnya, menikmati sensasi tongkat menari pelan dalam lubangnya. "Ya gue jabanin, lah. Duit woi, itu."

Lama-lama, Jorgi menghisap kuat gundukan milik Silmia, menciptakan rasa nikmat bagi wanita itu sendiri. Merangsang kembali mereka untuk melanjutkan ronde ke dua.

Bunyi berisik mereka tidak terkontrol. Jorgi bergerak brutal, segala tenaga ia kerahkan untuk melampiaskan hasratnya pagi itu.

"Lubang udah di coba banyak lelaki gini mah emang maunya di kasarin!" katanya memompa kuat.

Nikmat serta sedikit sakit Silmia rasakan. "Yeah... Kasarin, Gi!" perintahnya membuat lelaki itu semakin membabi buta. Hasratnya menggila.

Pada akhirnya keberanian muncul saat mereka sekelas saat kelas sebelas. Jorgi dengan berani bertanya pada wanita pujaannya di pojok kelas, lalu membawanya ke apartemen saat pulang sekolah.

Sejak saat itu hingga kini dua bulan berlalu, Jorgi selalu menjadi pelanggan setia Silmia.

***

Sampai di kelas, Jorgi disambut pelukan manja Nia, kekasihnya. Dari tempat duduknya Silmia curi-curi pandang, heran pada rekan langganannya itu, padahal dia punya kekasih yang sangat nampak agresif, tapi justru malah memilih 'beli'.

Pelukan keduanya terurai saat seorang guru lelaki datang membawa tiga buah buku tebal. Nia kembali ke kelasnya yang berada di samping kelas Jorgi dan Silmia.

"Pagi ini saya ingin kalian mengerjakan tugas dengan cara berkelompok, masing-masing kelompok berisikan tiga orang."

Pak Joko ini orangnya to the point. Dia tidak suka berbasa-basi, kelompok pun murid bebas memilih sendiri ingin berkelompok dengan siapa. Yang terpenting adalah tugas selesai tanpa kegaduhan.

Jorgi menghampiri meja Silmia, gadis yang duduk satu meja dengan Silmia mengerutkan kening.

"Lo duduk di hadapan gue, gue di sini." Jorgi memberi tahu Nita, teman sebangku Silmia.

Memang dasar anaknya kalem, Nita langsung pindah duduk di hadapan mereka yang bersebrangan dengan meja.

Diskusi di mulai. Mereka berbagi tugas, Silmia mencari di buku, Nita mencatat serta menyaring kembali, Jorgi memahami materi, karena saat presentasi nanti Jorgi yang diberi tugas untuk berbicara lebih banyak.

Di tengah fokusnya Nita serta Silmia mengerjakan tugas, tangan Jorgi merayap pada rok Silmia. Mengusap-usap pelan paha wanita itu.

Silmia terbelalak. Dia menatap Jorgi yang tak memandangnya sama sekali. Seolah-olah di bawah sana bukan ia pelakunya.

Makin lama tangan besar Jorgi makin tak karuan, dia mengusap kemaluan Silmia, menurunkan sedikit celana dalam wanita itu.

Silmia melebarkan kakinya, sedikit mengangkat bokongnya untuk memudahkan tangan Jorgi.

Matanya memejam sebentar saat jari tengah Jorgi memasuki lubangnya. Memaju mundurkan lambat tapi dalam, makin lama makin bertambah tempo.

Suasana kelas hening, semua fokus pada tugas sebab pak Joko mengawasi dari depan sana. Jorgi dengan tenang menikmati permainannya.

"Ini meja kok gerak-gerak, sih? Tulisan gue jadi nggak rapi," celetuk Nita menekan meja agar tidak goyang.

Silmia menggigit bibir. Padahal sebentar lagi... Ah.

"Kaki Lo jangan gerak-gerak, Jorgi!" Pura-pura Silmia memukul tangan Jorgi.

"Lanjut, Nit." Silmia pura-pura membuka buku.

Tangan Jorgi bekerja lagi, kali ini dia memainkan lubang Silmia dengan hati-hati tanpa mengurangi kenikmatan untuk Silmia sendiri.

Beberapa menit kemudia Silmia memejamkan mata. Sesuatu keluar dari dalam lubangnya, hangat, berdesir deras, dan itu sangat nikmat.

Jorgi bangun dari duduknya, dia pamit ke toilet, tak lama kemudian Silmia juga mengikuti Jorgi, diperbolehkan oleh pak Joko tanpa rasa curiga sama sekali.

Tanpa dilihat seorangpun guru, keduanya masuk ke bilik yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mari Bersenang-senang!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang