- 22 -
"Mengapa kamu pergi ke menaiki bukit di hari yang begitu dingin?" Zhang Ji mendengus dan mengikuti di belakang Zeyu.
"Aku ingin melihat matahari terbenam." Meski pelipisnya basah kuyup oleh keringat dingin, Zeyu tidak menyerah pada setiap langkahnya untuk menaiki anak tangga.
Hari ini Zhang Ji dan Zhang Zeyu menaiki seratus anak tangga lagi untuk menyaksikan matahari terbenam, jelas ini adalah ide Zeyu, jadi Zhang Ji hanya bisa mengikutinya.
Setelah keduanya mencapai puncak bukit, mereka segera duduk di atas kepingan salju dan menggosokkan kedua telapak tangan mereka dari waktu ke waktu.
"Dingin sekali," keluh Zeyu, lalu meringkuk.
"Sudah kubilang pakai mantel yang lebih tebal," protes Zhang Ji, melepas mantelnya, dan mengenakannya pada Zeyu.
Zeyu hanya tersenyum canggung, dan melilitkan mantel Zhang Ji erat-erat ke tubuhnya. "Jam berapa sekarang?" Zeyu bertanya pada Zhang Ji.
"Matahari akan segera terbenam." Zhang Ji hanya menjawab singkat.
"Mengapa kamu sangat ingin datang ke sini hari ini?" Zhang Ji menatap Zeyu, tetapi Zeyu tidak menoleh padanya.
"Karena aku ingin mengulang kejadian saat itu menjadi menyenangkan." Zeyu masih sibuk menatap langit.
Sepertinya Zhang Ji mengerti kemana arah pembicaraan ini, yang di maksud Zeyu ketika mereka berdua datang ke tempat ini, Zeyu mengatakan bahwa dia juga memiliki perasaan terhadap Zhang Ji.
Namun saat itu persoalan di antara keduanya belum terselesaikan, sehingga keduanya belum bisa memutuskan langkah apa yang akan diambil.
Sekarang berbeda, sudah berakhir, mereka memilih satu sama lain. Zeyu memilih Zhang Ji, dan Zhang Ji memilih Zeyu.
"Aku mencintaimu, Zhang Zeyu." Kata-kata ini tiba-tiba keluar dari bibir tipis Zhang Ji, membuat Zeyu tersipu malu.
"Apakah kamu serius?" Zeyu bertanya, kali ini beralih menatap ke arah Zhang Ji di sampingnya.
Zhang Ji mengangguk dengan antusias, dia menegaskan perasaannya dan dengan serius mengatakan bahwa dia mencintai Zeyu.
"Kalau begitu aku juga, aku mencintaimu, Zhang Ji." Entah kenapa, begitu dia mengatakan ini, Zeyu merasa geli dan sedikit malu.
Zhang Ji menatap bibir pucat milik Zeyu karena musim dingin, dan mendekatkan tubuh nya perlahan.
"Boleh?" Zhang Ji menatap Zeyu dengan memohon, ingin meminta izin.
Sudah sangat dekat, Zeyu tidak berani menolak, dan sedikit mengangguk untuk menyatakan persetujuannya.
Namun tepat saat bibir mereka hendak bersentuhan, Zeyu merasa ada yang tidak beres. "Tunggu." Zeyu menghentikan gerakan Zhang Ji dan melirik ke sebuah pohon besar tidak jauh dari sana.
"Ada apa?" tanya Zhang Ji mengerutkan dahi nya.
"Keluar," perintah Zeyu yang awal nya tidak di mengerti Zhang Ji.
Seseorang keluar dari balik pohon, itu adalah Zhang Junhao dan Mu Zhicheng, mereka menundukkan kepala dan saling memandang dengan sinis.
"Kamu sih tidak bisa diam," keluh Zhicheng yang langsung mendapat serangan balik dari Junhao.
"Siapa suruh terlalu banyak protes."
Zhang Ji menghela nafas jengah, melihat kedua pemuda yang masih setia berdiri sembari melemparkan tatapan kebencian.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Zhang Ji bertanya dengan suara rendah.
"Kita bukan satu-satunya yang berada di sini." Zhicheng melipat tangannya di depan dada.
"Apa maksudmu?" Zhang Ji mengangkat alisnya.
Benar apa yang di katakan Zhicheng, tidak lama kemudian munculah Zhu Zhixin, Yu Yuhan, dan Tong Yukun yang baru saja mencapai puncak.
Melihat ekspresi Zhang Ji yang rumit, Zeyu tersenyum kecil, menganggapnya sangat lucu.
"Wow, sepertinya kita mengganggu kencan seseorang." Yuhan bertepuk tangan, seolah dia baru saja melakukan sesuatu yang membuatnya puas.
Semua ini adalah rencana Yu Yuhan, awalnya dia mendengar percakapan antara Zhang Ji dan Zhang Zeyu di telepon, Zeyu mengajak Zhang Ji pergi ke bukit seratus tangga untuk melihat matahari terbenam.
Sejak saat itu, ide yang menyenangkan muncul, dan akhirnya Yuhan mengundang Zhixin, Junhao, Zhicheng, dan bahkan Yukun, mengganggu kencan keduanya untuk bersenang - senang.
Zeyu terkekeh kecil. "Bagaimana? Sepertinya kencan kita sudah berakhir," gurau Zeyu.
"Ini gila." Zhang Ji masih tidak bisa menerimanya, tetapi dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
Pada akhir nya mereka melihat matahari terbenam bersama - sama, walaupun tidak benar - benar bisa menikmati, karena Zhicheng dan Junhao yang terus berdebat dan Yuhan yang terus menggoda Yukun, berbeda dengan Zhixin yang hanya menatap dengan tercengang.
Kisah mereka berakhir, dengan indah nya senja matahari yang setia menemani mereka, memancarkan kehangatan di atas keping salju yang dingin.
- Enough -
- End -
📌 Holaaa : Awal nya aku bikin cerita ini karena gabut buat isi waktu luang. Dan akhir nya cerita amburadul ini tamat juga (〒﹏〒), makasih banyak banget buat kalian yang udah baca, vote, comment dari awal sampai akhir. Dan maaf kalau ending nya (mungkin) gak sesuai ekspetasi.
Ada gak sesuatu yang pengen kalian sampaikan buat cerita ini?
(づ ̄ ³ ̄)づ
Oya, see you in the next story💐.
KAMU SEDANG MEMBACA
Survive In Chess - [Zhang Ji x Zhang Zeyu] [END]
عشوائيPertempuran batin antara Zhang Ji dan Zeyu, dengan keduanya yang seolah - olah menjadi bidak catur. Menutupi perasaan dengan kebohongan belaka yang hanya ingin sekedar untuk di percayai. [COMPLETED] • • • Pair : JiYu Ji dom Yu sub BxB area • • •...