Agil Gardapati; pemuda berseragam SMA dengan rambut memanjangnya yang acak-acakan, menundukkan kepala sangat dalam tak berani menatap kakak laki-laki yang tengah berdiri di depannya dengan raut marah yang kentara.
Plak
Lagi, tamparan ketiga Kevan layangkan di pipi kanan sang adik. Dadanya naik turun menetralkan napas, matanya menggelap, lalu kembali memukul kepala Agil dengan kencang. Saat ini, Kevan sedang dikuasai emosinya. Emosi yang menciptakan penyakit yang membuat dirinya hilang kendali atas dirinya sendiri.
"Udah gue bilang jangan pernah cari gue di sini!"
suara Kevan terdengar sangat lantang, Agil yang sudah terbiasa dengan perubahan sikap Kevan padanya hanya diam dengan kepala tertunduk karena mungkin jika ia bicara sedikit saja akan semakin membuat keadaan semakin buruk. Teman-teman Kevan juga hanya diam menyaksikan pemandangan yang akhir-akhir ini menjadi tontonan baru bagi mereka.
"Yon, nih, katanya lo suka sama adek gue. Lakuin sesuka lo. Lo belok, kan?" Kevan menarik tangan Agil lalu dihempaskan sampai terjatuh tepat dihadapan Rion yang seketika menyeringai lapar, matanya dipenuhi napsu seolah ingin segera melahap tubuh Agil yang sedikit berbeda dari lelaki kebanyakan alias seperti perempuan. Dan fyi; Rion ini gay.
"Kak, tunggu! Gue yakin lo pasti bercanda, kan?!" Agil bangkit, mencoba mengejar kakaknya yang tengah berjalan menuju pintu lalu menguncinya, tangan Rion mencekal pergelangan tangan Agil dengan cepat.
"Kak--lepasin gue!" Pemuda itu berteriak, memberontak semampunya saat dirinya didorong hingga terjatuh di sofa besar.
Seragamnya dilucuti dengan paksa sampai hanya celana dalam yang tertinggal. Badannya ditindih, bibir lalu lehernya di jamah bergantian. Tangisannya pecah namun dihiraukan. Kevan, dan dua temannya sudah keluar entah kemana.
"K-kak plis, stop, gue mohon..." lirih Agil ditengah tangisannya menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, terlebih di hatinya. Ia sangat takut, ini perbuatan yang salah, dirinya laki-laki, begitupun dengan Rion.
"Ssshhttt, lo nggak akan hamil, kok, tenang aja," jawab Riyon sekenanya.
Hingga Agil lelah dengan segala berontak yang ia tau itu tak berguna, tak ada lagi penolakan, Agil memejamkan mata pasrah, air matanya tak henti berlomba-lomba untuk keluar, di bawah kungkungan Rion, ia tak sadarkan diri. Terlampau lemah untuk menahan rasa sakit yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, badannya bagai terbelah.
:
:
:"Alter ego..."
Giovano, seorang dokter kejiwaan itu berkata dengan lirih. Mendengar itu, Derren Gardapati, dengan keras menendang kursi yang sedang Kevan duduki sampai pemuda itu terjatuh.
"Orang sakit kayak kamu itu harusnya nggak usah keluar dan berinteraksi sama orang lain!" teriaknya yang langsung saja ditenangkan oleh Gio yang segera berdiri dan menahan pria itu.
"Tenang dulu, mungkin saja tadi malam Kevan sedang dalam pengaruh minuman atau penyakit itu yang sedang dalam diri--"
"Tapi ini sudah keterlaluan! Dia--bajingan ini membuat Agil dilecehkan!"
Derren kembali mengepalkan tangannya mengingat kejadian semalam dimana dirinya menemukan adiknya diperlakukan dengan sangat menjijikan.
Kaki dengan pantofel nya menendangi perut Kevan berkali-kali sampai yang lebih muda terbatuk hebat.
"Derren, cukup! Kita selesaikan di rumah." Samuel Gardapati, menghentikan pergerakan adiknya. Namun itu makin membuat Kevan bergetar. Ia hanya bisa berharap, besok ia masih bisa melihat dunia. Kesalahan yang ia buat kali ini sangat besar, ia akan lebih merasa tak pantas hidup saat melihat Agil menderita.
Sedangkan di dalam ruangan berbau obat, dengan pakaian pasien rumah sakit, Agil terduduk di ranjang. Badannya bergetar hebat, suara tangisnya terdengar sangat memilukan. Tak ada yang lebih menyedihkan untuknya saat ini, dirinya sudah tak berharga, ia kehilangan semuanya. Merasa sudah hilang harga diri saat semalam dirinya diperkosa oleh sesama lelaki.
Ia menarik-narik rambutnya sendiri dengan kencang, memukuli setiap inci dari tubuhnya yang semalam Rion sentuh. Bahkan, semuanya masih terasa, masih teringat dengan jelas di kepala sampai ia sangat jijik untuk mengingatnya.
Kenapa Kavin tega? Kenapa harus Kavin yang menderita alter ego? Kenapa ia yang harus menjadi korban dari semuanya.
Sekarang rasanya percuma, mempertahankan hidup di saat dirinya sudah tak berharga. Buat apa?
Apa masih ada perempuan yang mau menerimanya? Menerima laki-laki yang sudah berhubungan intim dengan sesamanya.
"G-gue udah kotor, jadi buat apa gue buang-buang tenaga buat jaga diri lagi. Kalo udah abu-abu, kenapa nggak sekalian di bikin hitam? Toh nggak bisa jadi putih lagi, kan."
Dan dari hari itu, semuanya berubah.
Supriiii🎉🎉 aku kembali dengan cerita baru yang ga kalah seru dan pastinya sesuai apa yang kalian inginkan; yaitu adegan yang ehem yahh. Dikit kok. Aman.
Ketik angka 1 kalo kalian mau cerita ini lanjut.
Yang banyak ya....byeeeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
Random"Sampe kapan lo mengkambinghitamkan penyakit lo buat pembelaan diri?" "Sampe adek lo gue bikin gay beneran?" warning:🔞 ini cerita dewasa dan mengandung adegan kekerasan dan bahasa kotor. bijaklah dalam memilih bacaan⚠️ untuk umur dibawah tahun, sil...