Aksa Marah

11 1 0
                                    

Raya baru sampai di apartemen sekitar jam 9 malam. Dia merasa santai meski tidak memberi kabar pada Aksa sebelumnya. Ditekannya password pintu apartement. Pintu sudah terbuka dan ia masuk ke dalam. Suasana di apartemen masih gelap gulita, pertanda Aksa belum juga pulang.

Raya segera menyalakan lampu karena ia tidak biasa dalam kegelapan.

"Ke mana saja kamu sampai malam begini belum juga pulang?" Suara Aksa mengagetkan Raya hingga membuatnya menabrak meja ruang tamu.

Aksa tampak duduk di sofa sambil mengangkat kakinya dengan santai. Matanya menatap tajam pada Raya, seakan menuduh Raya telah berbuat dosa besar.

"Kenapa lampunya tidak dinyalakan kalau sudah pulang? Bikin kaget saja."

"Aku tanda kamu ke mana? Bukannya jawab malah ngelantur ngomongnya.'

" Tadi ada undangan dari teman kantor untuk makan malam. Daripada aku makan sendiri, lebih baik ikut aja." jawab Raya berjalan melewati kursi yang Aksa duduk.

"Oh, kamu cemburu sama kejadian kemarin siang pas aku makan sama Kiran? Terus sekarang gantian kamu mau melakukan hal yang sama."

"Kamu mau buat aku cemburu gitu? Huh, jangan ngarep kamu!" ujar Aksa sambil tertawa sinis.

Raya hanya menggelengkan kepala, tidak tahu apa maksud Aksa.

"Cemburu, pada kamu dan pacarmu? Sorry ya, sejak awal menikah aku sudah tahu status kalian. Kenapa cemburunya baru sekarang?"

"Lagian aku makan malamnya nggak sendiri, ada sekitar lima belas orang yang ikut." balas Raya tak kalah sengit, ia tidak rela dituduh sembarangan.

Raya langsung masuk ke kamar tidak mau menanggapi Aksa lagi. Ia sangat kesal dengan sikap Aksa yang arogan. Raya hanya pulang telat sekali tapi kenapa sudah dituduh seenaknya. Sedangkan suaminya itu malah tak terhitung lagi berapa kali pulang telat.

Raya segera membersihkan diri dan beranjak tidur. Rasa lelah membuatnya segera memejamkan mata begitu berbaring di ranjang.

Sementara Aksa masih bergeming di atas sofa. Ia merasa bingung dengan sikapnya tadi. Mendapati rumah masih dalam keadaan gelap dan tidak mendapati Raya di rumahan menjadikannya khawatir. Apalagi sekarang Raya ada di bawah tanggung jawabnya. Kalau sampai terjadi sesuatu pada istrinya, pasti Aksa yang akan disalahkan.

Kepala Aksa terasa sedikit sakit hingga ia memutuskan untuk tidur, seharian tadi ia bekerja di kantor tanpa jeda. Kakek sudah mulai mengalihkan sebagian proyek besar padanya. Mau tidak mau Aksa harus bekerja keras, kalau tidak mau kehilangan warisan seperti yang selalu disampaikan Kakek.

Raya berangkat dengan terburu-buru karena ia bangun agak kesiangan. Saking capeknya Raya beraktivitas seharian kemarin. Setelah membuat sarapan Raya segera berangkat menuju ke kantor. Ia tak tahu apakah Aksa sudah berangkat atau masih di rumah. Namun, ia melihat sepatu Aksa masih rapi di tempat ya. Tanda bahwa Aksa belum berangkat.

Suasana kampus masih lumayan sepi ketika Raya sampai. Meski kesiangan ternyata ia tidak terlalu terlambat. Raya segera memasuki kelas pagi yang harus ia ajar. Mengajar merupakan passion Raya, ia suka berbagi ilmu dengan orang lain.

Dulu sebelum menikah, ketika tidak disibukkan dengan jadwal mengajar Raya suka menulis tentang ilmu yang dipelajarinya. Raya sudah menulis beberapa buku yang berkaitan dengan jurusan ia mengajar.

Waktu istirahat sudah datang, Raya yang merasa lapar bergegas menuju kantin untuk mengisi perutnya yang protes minta segera diisi. Tadi Raya hanya sarapan sedikit, sehingga sekarang merasa lapar.

"Bu Raya sedang lapar juga, ya." sapa seseorang di belakangnya.

Mengejar Cinta Suami #IWZPAMER2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang