Final

1.5K 107 11
                                    

Jimin duduk dengan lemas di sofa ruang tamu. Menatap pintu apartemen yang tak kunjung terbuka menampakkan sesosok orang yang sangat ia cintai. Pikiran berkecamuk dengan imajinasi terburuk yang bisa saja terjadi saat ini juga.


Jimin mengantuk, sungguh. Tapi ia tetap menunggu, melawan kelopak matanya yang terasa semakin berat seiring waktu berjalan.

Dan ia terkaget.


Dia sudah kembali.


Jimin berlari memeluk kekasihnya, Taehyung, yang baru saja kembali entah darimana. Ia lega. Semua kecemasan dan rasa khawatir hilang seketika dan ia merasa aman.

Tapi rasa aman itu tidak bertahan lama sampai Taehyung melepaskan pelukan Jimin dengan paksa dan mendorong tubuh kecilnya kearah dinding dengan keras.


Jimin terperangkap diantara dinding dan Taehyung.


Jimin menutup kelopak matanya. Menunggu rasa sakit yang selalu ia rasakan tiap malam saat Taehyung kembali. Air mata mulai mengalir menuruni pipi yang tirus itu.


Dan isakan tangis menyedihkan lepas dari bibir Jimin.

Taehyung menyeringai. Ia menggores pisau nya lebih dalam melewati leher Jimin.


"Kau tidak berguna. Kau tidak pantas hidup."


Taehyung mencium bibir Jimin dengan kasar, memaksa Jimin untuk membuka mulutnya dengan menekan pisau dileher Jimin lebih dalam. Ia menggigit bibir bawah Jimin dengan kencang.


Jimin memberontak, mencoba untuk melepaskan diri dari perlakuan kejam orang yang ia sayangi.


Jimin mendorong dada Taehyung dan menendang kakinya, dan ia berhasil melepaskan diri.


Ia berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu dengan rapat.

Satu langkah mundur, dua langkah, tiga langkah, dan Jimin terjatuh ke lantai sambil menangis pilu.


Dia mengharapkan sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Kecupan manis di pipinya, ramyun keju yang masih hangat untuk dimakan bersama, dan kalimat cinta yang membuatnya merasa berharga.


Bukan sebilah pisau, baju piyama yang dihiasi bercak darah, sebuah ciuman yang terpaksa, dan hatinya yang hancur.


"Aku datang untukmu, Park Jimin!"


Dan dia menangis diatas genangan darahnya sendiri.


Countless Days | VMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang