1.

84.9K 300 1
                                    

"Ibukkk... adekk..." terdengar teriakan kencang dari arah jalanan, seorang gadis berlari tergopoh gopoh, dia bahkan meninggalkan rantang serta topi jeraminya begitu saja.

Gadis itu berlari tanpa menghiraukan kaki nya tertusuk kerikil yang tajam karena alas kaki yang sudah tipis. Dia sudah tidak bisa merasakan sakit karena rasa khawatirnya.

Brugh...

Gadis itu terjatuh tepat lima langkah sebelum mencapai ibu dan adiknya. Di sekitarnya ada beberapa pria besar dengan baju kaos hitam serta seorang pria dengan kemeja putih dan jas hitam tergantung di tangan kirinya.

"Zea..." Wanita yang sebelumnya di seret oleh salah satu pria besar memanggil sang anak yang terjerembab ke atas tanah.
"Kakak... kakak baik baik saja?" pertanyaan dari seorang anak kecil laki laki, dia menghampiri sang kakak dengan air mata yang terus berlinang.

Gadis bernama Zea itu mengangkat wajahnya, lalu tersenyum kepada adiknya, seolah meyakinkan sang adik bahwa dia baik-baik saja meskipun dagunya terdapat luka karena menghantam lantai yang terbuat dari semen atau mungkin Zea tidak sadar jika dagunya berdarah?

Zea beralih menoleh ke pria besar yang sedang memegang ibunya, kemudian dia memperhatikan daerah yang lebih luas dan dia menemukan para warga yang melihat dari kejauhan. Tak satupun dari mereka yang menolong, bukannya mereka tidak ingin tapi mereka semua takut.

Para pria besar itu dipimpin oleh seorang pria yang mengenakan kemeja putih yang digulung hingga ke batas sikunya. Dia adalah Aldrich seorang pria pengusaha salah satu pertambangan yang ada di kota sebelah, karena dia sering mengunjungi lokasi penambangan, dia pun memiliki rumah pribadi. Awalnya dia hanya datang sebagai seorang pengusaha tambang, namun seiring waktu banyak penduduk yang menawarkan untuk menjual tanahnya kepada Aldrich atau meminjam uang dengan menjadikan tanah sebagai jaminan. Aldrich menerima tawaran dari penduduk yang ada di sekitar area pertambangan, bahkan ada beberapa orang dari kota yang berbeda sengaja datang untuk meminjam uang dengan menjadikan tanahnya sebagai jaminan.

Berkat hal itu kurang dari 5 tahun Aldrich sudah mengantongi banyak sertifikat tanah entah itu yang disita karena hutang yang besar dan tidak sanggup membayarnya, atau memang penduduk sengaja menjualnya kepada Aldrich. Dan 5 tahun terakhir dia pun menguasai hampir setengah dari tanah yang dimiliki oleh warga yang ada di kampung ini. Akhirnya, masyarakat sekitar bekerja kepada Aldrich dengan menyewa tanah atau sebagai buruh di ladang atau perkebunan milik Aldrich.

Hal tersebut juga terjadi kepada Zea, lebih tepatnya sang ayah adalah orang yang meminjam uang kepada Aldrich dengan menjadikan rumah beserta tanah sebagai jaminan atas hutang. Awalnya hutang itu tidak begitu besar, namun seiring waktu hutang itu terus bertambah. Bukan karena Aldrich memberikan bunga yang besar, tapi karena Ayah Zea menjadi kecanduan untuk terus meminjam uang, hingga akhirnya mereka tidak sanggup untuk membayar bulanan dari hutang yang telah mereka pinjamkan. Padahal 80% dari uang yang dipinjamkan tak tau kemana, tapi pada akhirnya, Zea dan ibunya lah yang harus membayar, karena ini adalah tanah peninggalan.

"Apa ini anakmu?" tanya Aldrich.
"Kenapa anda menyeret ibu saya?" tanya Zea memotong sebelum sang ibu sempat menjawab.
"Hahaha... kau terlihat lucu ketika marah dengan dagu yang berdarah. Apakah kau masih sekolah?" tanya Aldrich merasa terhibur, walaupun sebenarnya tidak ada yang lucu.
"Jangan mengalihkan pembicaraan tuan!" pekik Zea marah.
"Kau seperti chihuahua peliharaan anakku. Baiklah, akan aku katakan. Kalian sudah menunggak pembayaran selama 7 bulan lamanya. Kalian bahkan mencicil terlalu sedikit untuk hutang yang begitu besar." Aldrich menjelaskan sambil membungkukkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Zea lebih dekat.

Mendengar ucapan dari Aldrich, seketika Zea bungkam, dia menoleh kepada sang ibu. Dia merasa kasihan Terutama ketika dia melihat pergelangan kaki sang ibu yang sepertinya terkilir sebab dipaksa keluar dari rumah.

"Bisakah kita bicara di dalam?" tanya Zea dengan suara serak, dia ingin mencari jalan keluar tanpa harus kehilangan satu satunya aset yang tersisa karena hutang sang ayah.

Untuk beberapa saat Aldrich hanya diam. Namun pada akhirnya dia memutuskan untuk masuk, karen terus mendengar mendengar permohonan dari Zea yang meminta untuk berbicara di dalam rumah. Aldrich Berpikir itu adalah hal yang sia-sia karena hutang yang menunggak sudah terhitung sangat besar, tidak mungkin ada solusi.

"Ibu bawa adek ke kamar, ya. Ada hal penting yang harus dibicarakan. Ini bukan sesuatu yang didengarkan oleh anak 6 tahun." Zea mencoba memberikan alasan paling masuk akal yang bisa dia berikan kepada ibunya agar mengerti dan mau menurutinya untuk membawa sang adik ke dalam kamar.

Meskipun sempat menolak pada akhirnya sang Ibu mengalah karena sang anak sangat bersikeras memaksa ibunya untuk membawa sang adik ke dalam kamar. Zea tidak tahu akan seperti apa pembicaraannya bersama Aldrich nanti, dia tidak ingin adik dan ibunya melihat dirinya yang bersujud memohon kepada Aldrich.

"Jadi?" Aldrich mulai bicara lebih dahulu setelah sang ibu dan adik memasuki kamar. Bahkan di dekat pintu kamar ada pria besar yang menunggu.
"Saya akan membayar lunas hutang kami."
"Bagus. Kalau begitu serahkan uangnya." ucap Aldrich senang.
"Tapi saya butuh waktu."
"Berapa lama? Satu minggu? Dua minggu?" Aldrich bertanya dengan sabar.

Dia mengira bahwa gadis yang ada di hadapan yang ini menyimpan uang dalam bentuk tabungan deposito, tentu ketika menariknya ada waktu tertentu. Namun sayangnya perkiraannya salah.

"Saya tidak bisa memastikan, tapi saya pasti akan membayarnya." jelas Zea mulai gugup, keringat dingin mulai membanjiri dirinya.
"Bagaimana saya bisa percaya padamu? Kalian bahkan sudah menunggak selama 7 bulan. Apakah kau akan memenangkan Lotre?"
"Tidak." balas Zea frustasi sendiri.
"Lalu?"
"Aku... aku akan bekerja di luar negri. Aku telah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan. Aku akan berangkat dalam minggu ini. Jadi aku bisa membayar hutang setiap bulannya." Zea mencoba menjelaskan dengan perasaan gugup dan lidahnya terasa seperti kelu, dia bahkan tidak tahu apa yang telah diucapkan apakah benar atau tidak.

Aldrich memandangi Zea dengan Tatapan yang serius. Kemudian dia menyadari satu hal fakta, bahwa Zea tampak menarik dengan tubuh yang langsing namun berisi pada bagian tertentu dan kulitnya yang bersih terlihat menggoda. bukankah dia sedikit mendekati tipe kami? - batin Aldrich masih memperhatikan Zea.

Setelah keheningan beberapa saat Zea yang menunggu jawaban dari Aldrich akhirnya yang mengangkat kepala ketika mendengar suara dehem Aldrich.

Zea memperhatikan Aldrich, menunggu laki itu memberikan jawaban atas penjelasan yang telah Zea berikan sebelumnya.

"Jika kau akan bekerja di luar negeri, kenapa kau tidak bekerja pada ku saja?"

The Slut [Sang Pemuas nafsu Majikan] 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang