01 'Pertemuan Tak Terduga'

25 3 0
                                    

Happy reading!!!
And sorry for typo°_°


Eliora yang berusia 10 tahun baru pulang dari ia mencari uang. Eliora sangat ketakutan dan berharap Ibu Agatha tidak memukulmya lagi hari ini

"Apa yang kamu pikirkan, huh?! Selama ini aku memberikanmu tempat tinggal, makanan, dan pemdidikan, tapi apa yang kau lakukan?! Kamu tidak mampu mendapatkan satu sen pun? Bagaimana aku bisa mempertanggungjawabkannya pada keluarga yang mendukung panti ini?" Marah Ibu Agatha

"Maaf, Bu... saya telah mencoba semampuku. Tapi, sulit bagi saya untuk mendapatkan pekerjaan dengan usia dan keterbatasan saya."

"Keterbatasanmu? Keterbatasanmu hanyalah pembenaranmu yang lemah! Lihatlah anak-anak lain dalam panti ini, mereka dapat mencari cara menghasilkan uang, bagaimana denganmu?!" Hina Ibu Agatha atas perkataan Eliora

"Saya meminta maaf, Bu, jika saya tidak bisa seperti mereka. Saya berjanji akan mencoba lebih keras lagi." janji Eliora

"Apa gunanya janji-janji kosongmu? Aku tidak butuh janji, aku butuh hasil! Jika kamu tidak dapat memberikan kontribusii apapun, maka kamu tidak ada gunanya disini!" Kata Ibu Agatha sambil menatap Tajam Eliora

"Maafkan saya, Bu... saya akan mencoba sebaik mungkin lagi." Kata Eliora sambil menunduk sedih

"Cukup! Kata-katamu sudah tidak berarti bagi aaya. Jika kamu tidak mampu menghasilkan uang, maka kamu tidak berharga bagi panti ini. Mungkin saatnya kamu menemukan tempat lain untuk tinggal." Kata Ibu Agatha dengan dingin

"Hiks, tapi... panti ini adalah satu-satunya tempat yang saya punya..." kata Eliora sambil menangis

"Bukan masalah saya. Kamu harus belajar mandiri dan bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. Hentikan tangisanmu yang menyebalkan itu dan temukan solusinya sendiri. Sekarang, pergi dari hadapanku!" Acuh Ibu Agatha sambil jalan meninggalkan Eliora sendiri di ruang tengah

Hati Eliora terasa teriris oleh kata-kata tajam yang dilontarkan oleh ibu panti tersebut.

Dalam kesedihan yang menyelimuti hatinya, Eliora memutuskan untuk pergi keluar dari panti pada malam itu. Ia merasa bahwa dia perlu mencari penghasilan lebih banyak agar dapat memberikan makanan dan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Dengan langkah kecil yang terhuyung-huyung, Eliora menjelajahi jalan-jalan gelap kota.

Takdir mengarahkannya melewati gang yang jarang dilalui oleh orang-orang. Di tengah kegelapan, Dia tiba-tiba melihat siluet seorang anak lelaki yang tergeletak dengan terluka. Hati Eliora penuh empati dan katakan pada dirinya sendiri bahwa ia harus membantu anak malang ini.

Eliora menghampiri anak itu dan bertanya

"Hei apakah kau baik-baik saja?" Tanya Eliora sambil mengecek badan anak tersebut

Melihat tidak ada respon Eliora mencoba menggoyangkan pelan badan anak tersebut

"Hei  kau masih sadar kan?!" tanya Eliora sedikit agak keras

"Sshh, berisik." balas anak itu dengan sedikit ringisan yang keluar dari mulutnya

"Wahh syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Sepertinya luka kamu lumayan parah, ayo aku bantu kamu ke puskesmas dekat sini." Lega Eliora

Anak tersebut tidak merespon perkataan Eliora

"Huh! Dasar sok dingin!" Batin Eliora kesal

Karena tidak mendapatkan balasan maka tanpa ragu, Eliora mengangkat dan membopong anak laki-laki itu dan membawanya ke puskesmas terdekat. Ia tidak tahu persis apa yang terjadi pada anak itu, tetapi dirinya ingin memastikan bahwa ia mendapatkan pertolongan medis yang tepat. Selama perjalanan, Eliora merasa tanggung jawabnya semakin bertambah dan rasa iba untuk anak yang terluka semakin tumbuh.

"Anak ini berat juga tapi kasian juga." Batin Eliora sambil sesekali melihat anak laki-laki tersebut memastikan kalau dia masih sadar

***

Setibanya di puskesmas, Eliora bergegas menghubungi salah satu anggota keluarga anak laki-laki tersebut dengan hp yang ia temukan di saku baju anak itu. Eliora membuka hp nya yang untungnya tidak dikunci dan segera mencari salah satu nomor yang ada di kontaknya.

"Tumben kau menelpon." Kata orang yang disebrang sana

"Ah maaf, aaya mau memberitahu kalau sekarang yang punya hp ini sedang terluka dan berada di puskesmas." Kata Eliora memberikan penjelasan

"Beri saya alamat lengkapnya." Balas orang yang disebrang

"Baik, alamatnya di puskesmas *****." Kata Eliora dengan memberikan alamat lengkap puskesmas

Eliora memberikan informasi tentang tempat di mana mereka berada, serta keadaan cedera anak tersebut. Ia berharap dengan segenap hati agar anak tersebut segera mendapatkan bantuan yang ia butuhkan.

Setelah menyelesaikan panggilan telepon, Eliora merasa harapannya semakin cerah. Meski mereka bukan keluarga kandung, Eliora merasa bertanggung jawab untuk tetap berada di sisi anak tersebut sampai keluarganya tiba. Namun, Dia juga menyadari bahwa tanggung jawabnya sebagai anak asuh di panti juga tak boleh diabaikan.

"Semoga kau lekas sembuh ya anak sok dingin." Batin Eliora sambil memerhatikan wajah anak tersebut dan menaruh hp yang tadi ia pakai di nakas samping ranjang

Dengan kehangatan hati dan harapan yang ia simpan, Eliora mengumpulkan keberanian dan mengucapkan doa dalam diam. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa tidak peduli betapa sulit hidupnya, Dia akan selalu berusaha untuk membantu mereka di sekitarnya dan memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Dengan mengendap-endap, Eliora meninggalkan puskesmas dengan perasaan lega dan hati yang penuh harapan. Perjalanan hidupnya mungkin penuh dengan rintangan, tetapi ia tidak akan menyerah. Tepat saat ia menapaki langkah-langkahnya yang menuju kehidupan bernasib baik yang ia idam-idamkan, sebuah cerita baru dimulai.




Tbc

Just ElioraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang