Lava diangkat seperti karung beras, pemuda itu tak memberontak.
Setelah sampai di dalam markas para preman. Sangat diluar dugaan, didalam nya begitu bersih, rapih dan cukup nyaman.
Puas melihat setiap inci ruangan, Lava mengalihkan pandangannya pada 'Bos' nya.
"Napa lo liat-liat?."sentak si Bos.
Yang disentak mencibir. "Ga boleh? Mata-mata gue, kok situ yang sewot."
Si Bos dan preman lain agak tersinggung dengan cibiran pemuda itu, ingin sekali mereka pukul tapi disisi lain kasian juga dengan gembel genteng ini.
"Bocah edan."gumam salah satu preman.
Kemudian keadaan menjadi hening, sampai si Bos satu preman kembali membuka suara. "Siapa nama lo? Gue Halilintar,"perkenalannya, lalu menunjuk preman dibelakang. "Dia Gempa, Cahaya, Benshin dan Coki."
"Pftt."buru-buru Lava menutup mulutnya yang hampir menyemburkan tawa. Sedangkan preman dibelakang mendadak masam, agak malu sebenarnya dengan nama mereka.
"Kalo mau ketawa silahkan, gak usah ditahan."ucap Cahaya malas.
Lava menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan. "Nama lo semua aneh banget."ejeknya.
"Heh, bocah. Emang nama lo siapa? Berasa keren lo?."sahut Gempa geram.
"Lava De Gallas. Keren kan?."ucapnya dengan membusungkan dada sombong.
"Sial, keren juga."gumam Benshin mengiri.
Mendengar gumaman Benshin, Lava menjadi besar kepada. Lihatlah, dia bahkan memasang wajah songong yang terlihat begitu menyebalkan dimata mereka.
"Woi, bocah gembel kaya. Duduk dulu, gue tau lo pegel berdiri mulu."ucap Coki.
Lava tersenyum lebar. "Makasih, Bang Coklat."ucapnya, kemudian duduk di sofa sebelah Halilintar.
"Jangan rubah nama gue sembarangan!."Coki mengerutkan keningnya kesal. Lava mengangkat bahu acuh.
Setelahnya, Lava menghela nafas berat. Kemudian memejamkan matanya.
Halilintar yang mendengar helaan nafasnya, mengerutkan kening. "Napa lo? Kek berat benget hidup lo."
"Gue bingung harus cari uang cepet kayak gimana, buat lunasi hutang-hutang gue."Lava berbicara tanpa membuka mata sama sekali.
Sedangkan para preman saling pandang, mengode lewat lirikan mata. Sampai sebuah ide terlintas dibenak Cahaya.
"Kenapa lo ga nyanyi aja? Dengan wajah lo yang begini, gue yakin lo bakal cepet viral."usulnya. Diangguki mereka.
Namun Lava malah menggeleng, tanda menolak. "Gue ga bisa nyanyi, suara gue ga begitu bagus."
"Yaudah lo bikin video random aja, terus diupload. Sayang banget lo ga manfaatin wajah ganteng lo."ucap Benshin.
Lava nampak diam, tak lama dia membuka matanya. "Soal wajah sih gue setuju sama lo, Bang. Tapi kalau u
pload video random gue ga setuju, pasti banyak gerak. Males banget."Gempa memutar bola mata malas. "Ck. Lo jadi gamer sana, ga banyak gerak kan tuh."
"Boleh juga. Kebetulan gue banyak game yang belum dicoba."Lava tersenyum lebar.
"Bagus. Sekarang lo cabut gih."ucap Halilintar.
"Lo usir gue, Bang?."
"Iye, napa? Ga suka?."
Lava mendengus kasar, kemudian dia beranjak dari tempat duduknya. "Yaudah, gue cabut dulu. Entar kalau ada kerjaan, gue kabarin kalian."
"Ga usah, kita lagi kerja nih."tolak Gempa.
"Kerja? Jadi tukang begal, maksud lo?,"Lava tersenyum remeh. "Lo pada emang ga takut polisi, hah? Mungkin kalian ngiranya sekarang aman-aman aja, tapi kita ga tau kedepannya gimana. Bisa jadikan, kalian ketangkep terus di penjara. Emang kalian mau dipenjara?."jelasnya panjang lebar.
Mendengar penjelasan Lava, mereka semua terdiam. Benar juga, selama ini mereka merasa enjoy dan senang dengan pekerjaan di ini, mereka belum memikirkan apapun resikonya.
"Kita ga mau dipenjara."jawab mereka serempak.
"Nah kan, ga mau. Gini deh."Lava kembali duduk, mereka memasang kuping lebar-lebar.
"Bagi-bagi aja. Ada yang bagian edit, terus upload. Ada yang nyari game."ucap Lava.
Coki mengangkat tangan. "Kalau masalah edit-mengedit mah, gue jagonya."
"Gue juga bisa."sahut Benshin.
"Yaudah, gue yang nyari-nyari game."timpal Gampa.
"Lah? Terus kita apa dong?."ucap Cahaya, yang diangguki Halilintar.
Lava berpikir sejenak, kemudian menjentikkan jari. "Khusus buat kalian berdua, kalau gue butuh sesuatu, atau lebih parahnya terjadi sesuatu yang ga diinginkan. Gue bakal hubungi kalian, terus kalian sigap dateng dan bantuin gue. Gimana?."usulnya.
Mereka berdua saling pandang, mengode lewat lirikan. Tak lama keduanya mengangguk setuju.
"Oke, kita setuju."
Lava tersenyum lebar, kemudian meminta nomor telepon Halilintar.
"Oke. Berarti Bang Coki, sama Bang Benshin jadi editor, biar bisa gantian. Bang Gampa nyari game, kalau udah langsung chat gue. Dan lo berdua jadi bodyguard."jelas Lava.
"Pftt, anjir bodyguard."hampir saja Coki kelepasan tertawa, jika Halilintar dan Cahaya tidak menatapnya tajam.
"Deal?."
"Deal!."
"Bagus."diam-diam Lava tersenyum licik, enak juga mempunyai asisten. Meskipun nanti uangnya akan dibagi, yang terpenting dia tak susah-susah untuk itu dan ini.
Tinggal main, dan selesai. Sisanya biar mereka yang urus. Karena dia orangnya pemalas, dia merasa senang sekali bebannya sedikit berkurang.
"Dan, yeah. Meskipun kita tau, buat naik itu ga mudah. Tapi kalau kita berusaha, kita pasti bisa sukses. Iya, kan?."Lava menatap semuanya dengan senyum semangat.
Mereka juga ikut tersenyum. "Ya. Gapapa, kita bagun semuanya dari nol. Selama ada kemauan, pasti ada kemajuan."ucap Cahaya.
"Tentunya, wajah lo ga boleh disia-siakan."lanjut Halilintar.
"Bener juga. Selain skill, wajah pun harus oke. Warga konoha kebanyakan ya begitulah, yang ganteng bakalan cepet viral."ucap Gempa.
"Licik dikit gapapa kali ya?."Benshin tersenyum licik, diikuti mereka. Kemudian tertawa bersama.
"Enggaklah, otak juga digunakan untuk berpikir licik."balas Gempa.
"Bro. Kita bukan licik, tapi cerdik. Kita hanya memanfaatkan sesuatu untuk hal yang bermanfaat, ga ada yang salah kan?."ucap Coki.
"Lo bener, kita itu cerdik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lava De Gallas
Random[Bukan BL] De Lava sesosok laki-laki yang memiliki sifat pemalas, acuh tak acuh, dan tak ingin ribet. Bertransmigrasi ke tubuh laki-laki yang memiliki sifat ceria, bar-bar dan biang onar. Yang memiliki nama Lava De Gallas. Saat tau dirinya telah ber...