"Roome, ini semua maksudnya apa?" tanya Chezya bingung, sambil menatap Roome yang sedang mengenakan peci hitam. Ia mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Tanpa bermaksud merendahkan harga diri aku." Roome berkata dengan nada datar, matanya m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Don't forget to follow my wattpad account :)
❤︎❤︎❤︎
♪Welcome To The Other Side - DPR Ian volυмe : ▁▂▃▄▅▆▇▉
❥❥❥
Roome Kalingga atau yang biasa disapa Roome. Cowok tampan berbadan kekar dengan tato di punggung itu keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk sebatas pinggang, mempertontonkan tubuh bagian atasnya. Rambut coklatnya yang masih tampak basah dan berantakan sama sekali tak menurunkan kadar ketampanannya.
Dengan santai, Roome berjalan sambil bernyanyi menuju walk in closet, mencari pakaian apa yang akan ia kenakan malam ini.
Kaos bewarna hitam yang memperlihatkan otot lengan juga body six-pack-nya, dilapisi dengan jaket kulit bewarna senada, dan dipadukan dengan jeans bewarna dark blue menjadi pilihannya. Tak lupa ia menyemprotkan parfum di beberapa titik bagian tubuhnya.
Roome menatap pantulan dirinya di depan cermin, memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah sambil sesekali membenarkan tatanan rambutnya.
"Perfect," pujinya, tampak percaya diri dengan gayanya. Jam tangan mewah melingkar di pergelangan tangannya, dan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya menambah kesan gagah dan cool-nya seorang Roome Kalingga.
Setelah selesai bersiap, Roome meraih ponselnya di nakas, menyimpannya di saku jeans-nya, lalu bergegas keluar kamar usai menyambar kunci motornya.
Di ruang makan, ia melihat mamanya—Sophia, sedang mengambilkan makan malam untuk papanya—Damar. Wanita berusia 45 tahun itu tersenyum dan menyapa. "Anak mama udah ganteng. Mau ke mana malem-malem begini, sayang?"
"Mau kumpul sama temen-temen," jawab Roome datar.
"Nggak makan dulu? Tadi Mama baru aja minta Bi Siti buat anterin makan malem kamu ke kamar," kata Sophia.
"Aku makan malem di luar aja." Roome melirik jam tangannya. Ia berbalik dan buru-buru hendak pergi, namun suara Sophia menghentikannya.
"Padahal Mama udah bikinin Tom Yum kesukaan kamu, lho. Sayang banget kalau nggak dimakan," ujarnya sedikit kecewa.
Damar yang duduk di samping Sophia melirik Roome, melempar tatapan tidak sukanya seperti biasa. "Tidak usah repot-repot menawarkan makan malam kalau dia saja tidak pernah berminat untuk duduk bersama kita di meja makan. Buang-buang waktu saja."
"Mas," tegur Sophia kepada suaminya.
"Memang benar, kan? Anak ini tidak pernah mau makan bersama kita di meja makan. Setiap malam dia selalu minta makan malamnya diantarkan ke kamarnya," pungkas Damar tak menghiraukan teguran istrinya.