Chapter 2

116 2 2
                                    

Suasana pagi yang dimulai dengan kedatangan pasien kecelakaan, dokter dan perawat bergegas untuk memberikan pertolongan. Rumah sakit Antonio Galvao menjadi rumah sakit tersibuk karena hampir semua orang ingin berobat di sini. 10 menit yang lalu terjadi kecelakaan beruntun di depan kampus Harapan Bangsa, ada banyak yang terluka mulai dari ringan hingga kritis dan harus dioperasi.

"dr. Joe dan dr. Elora ambil alih operasi di ruang 3."

"Siap dok!"

"Tahan sebentar ya bu, jangan panik dan percayakan pada dokter yang memeriksa." Ucap perawat pada salah satu korban kecelakaan.

Wanita itu mengerang kesakitan dan selang beberapa detik darah keluar dari sela kakinya. Salah satu perawat membuka jaket yang wanita itu kenakan dan mereka terkejut.

"Ya Tuhan.."

"Sa-sakit!!!"

"Siapkan ruang operasi!"

Terdengar suara kesakitan dan tangis dari wanita itu, ia tidak melepas tangan dokter yang membawanya keruang operasi.

"Percaya pada saya bu, semua akan baik-baik saja."

"dr. Jesselyn Grisella Davis lakukan apapun dan selamatkan anak yang ada dalam kandungan saya.."

***

Jesse keluar dari ruang operasi dengan wajah lelah, sudah pukul 9 malam dan ia sangat merindukan kasur empuk nya.

"Dok, minum dulu makanan nya masih di perjalanan."

"Makasih ya Chris, saya mau pulang juga ke apart jadi buat kalian aja makanan nya."

"Oh ya, jadwal untuk dr. Jesse sudah saya kirim ke email, kalau ada yang mau di tukar atau pindah hari konfirmasi ya dok."

"Dalam minggu ini saya punya day off gak?"

"Lusa dok, di kasih 2 hari."

"Syukurlah, makasih banyak dan semangat jaga malam ya!"

"dr. Jesselyn hati-hati pulang nya."

Elora dan Yuki menghampiri nya, wajah mereka tidak kalah kusut dan kusam sepertinya.

"Udah gak ada operasi lagi kan? Monyet si Joe udah pulang duluan dari jam 7."

"Biasa mau membucin."

"Gue kira udah putus dia sama Dian."

"Bucin gitu gimana mau putus."

"Hahaha benar juga."

"Ngomong-ngomong ibu hamil yang kecelakaan tadi pagi gimana? Setelah kalian masuk ruang operasi kita juga dapat pasien darurat dan belum dapat kabar."

"Syukurnya selamat ibu dan calon bayi, cuma masih stay di rumah sakit karena sempat pendarahan."

"Dok." Chris menghampiri mereka.

"Perasaan gue gak enak." ujar Elora.

"Bau-bau ada operasi dadakan." tambah Yuki.

"Maaf dok, tapi ruang operasi 7 butuh 3 dokter dan kebetulan masih ada di sini semua."

"Ya Tuhan.."

Jam sudah menunjuk pukul 11 malam, Jesse dan kedua sahabat nya keluar dari ruang operasi.

"Pulang kerumah langsung tidur aja, gue gak sanggup makan apalagi mandi." ujar Elora.

"Besok jam 7 ada operasi, sanggup gak ya gue?"

"Harus sanggup karena gue ada operasi jam 5 pagi hehe."

"Yang benar aja lo Jesselyn??"

"Gapapa, lusa gue dapat day off juga 2 hari huehehehe."

"Monyet!!!"

"DOK!!!"

Ketiga nya menoleh karena terkejut, Novera menghampiri mereka dengan wajah panik.

"Kenapa Nov?"

"Dok, pasien kamar nomor 5-"

Jesse terdiam dengan raut wajah yang sulit di jelaskan, Elora dan Yuki menyentuh pundak nya. Terjadi lagi ketika ia kehilangan pasien yang ia rawat.

"Bukan salah lo Jesse, emang udah waktu nya." ujar Yuki.

"Sebelum menghembuskan napas terakhir, Okta menitipkan ini pada saya katanya tolong beri ini untuk dr. Jesselyn, yang selama ini merawat Okta."

Jesse mengambil secarik kertas itu, mata nya sudah berkaca namun ia berusaha tidak menangis, apalagi di depan keluarga besar Okta.

"Saya minta maaf pak, bu karena tidak bisa menolong Okta."

"Dokter jangan bicara seperti itu, bahkan sebelumnya Okta hanya bisa bertahan 1 bulan, tapi selama dengan dokter dia bisa bertahan selama 4 bulan. Ini sudah jalan nya dok, Tuhan sayang pada Okta dan tidak ingin dia sakit lebih lama, saya sudah ikhlas dengan kepergian Okta."

Jesse melipat surat yang Okta tulis, sebulir air mata jatuh begitu saja. Bayangan 4 bulan lalu terlintas, Okta termasuk pasien yang tidak pernah lepas dari pengawasan Jesse, namun hari ini dia kehilangan gadis cantik itu.

"Maaf, harus nya aku gak boleh sedih ya Ta. Setelah baca surat ini aku jadi paham, mau sesakit apapun kita tapi gak boleh lupa untuk berbuat baik. Kamu udah gak sakit lagi sekarang, bahagia di sana ya sampai jumpa ketika aku sudah di panggil pulang nanti."

Tanpa makan atau tidur, Jesse kemudian bersiap menuju ruang operasi karena sudah pukul 5 pagi.

"dr. Jesselyn gak pulang tadi malam?" tanya Chris.

"Gak ada, setelah dapat kabar pasien nya meninggal dr. Jesselyn bantu-bantu keluarga untuk pulang ke rumah duka, setelah itu dr. Jesselyn cuma duduk diam di depan ranjang pasien.." ujar Novera.

"Udah jangan di bahas lagi, gak enak sama dr. Jesselyn sebaiknya kita siap pulang sekarang, Angga dan Terre udah siap gantikan piket kita."

Jesse membawa mobilnya membelah sepinya kota dalam kecepatan sedang, jam sudah menunjuk pukul 3 pagi dan ia tidak tahu arahnya kemana.

***

Hallo pembaca ada yang dari twitter gak hihi, semoga kalian tetap mau baca walau dalam versi narasi seperti ini ya. Untuk up itu bakal menyesuaikan Waktu ya, kemungkinan bakal slow update karena ada kesibukan lain. Jaga Kesehatan dan Bahagia selalu ya, sending love.🤍

Cathy Jayden🫶🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

•Samudera Jesselyn•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang