Chapter 1: (Y/N) atau Nita?

2 2 0
                                    

Downloading extra files... (1,968 MB / 2,023 MB)

Now downloading: data_old.sav

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

"Nita, you have to trust us!"

"T-tapi..."

"For fuck's sake, trust us! Give us the stones!"

"Ayolah Nita, kitaorang kan kawan kau,"

"Nita?"

"Aku sudah muak denganmu (Y/N), berikan kembali apa yang telah kuciptakan,"

"GUA. BUKAN. (Y/-

=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=

-N)!" Nita berteriak, bangun dari mimpinya. Ia bernafas lega setelah mimpi itu berakhir. Belakangan ini Nita mengalami mimpi-mimpi yang lumayan tidak memuaskan baginya. Nita hanya melamun sembari memikirkan mimpinya tadi.

"Nita?" Kei terbangun dari tidurnya pada suara teriakan Nita. Nita menoleh ke Kei. "M-maaf, mimpi buruk," jelas Nita. Kei hanya meng'oh'kan pernyataan Nita, sedikit tidak percaya dengan apa yang ia sampaikan. Kei pun menepuk bahu Nita.

"(Y/N), ceritakan saja," Kei menatap pada mata Nita. Nita hanya merespon dengan menatap ke bawah dan melamun, tidak ingin menjawab. "Mimpi itu lagi?" Kei bertanya, mengetahui bahwa ini bukan pertama kalinya ini terjadi. Nita mengangguk. "Sudahlah, itu gak perlu pikirin, itu hanya mimpi (Y/N)," Kei menenangkan Nita.

"Jangan panggil aku (Y/N)," Nita bersikeras bahwa namanya bukan (Y/N) lagi. "Gua tau penderitaan lu sewaktu kita masih kecil Nita, dan gua akui, keputusan mengganti nama lu itu gak salah, tapi orang-orang yang mengetahui lu akan tetap memanggil lu dengan nama asli lu karena mereka gak tau," Kei menceramahi Nita.

"Itu bukan salah mereka, mereka cuma gak tau doang. Tapi, pasti ada aja yang manggil lu (Y/N) disengaja. Memang menyebalkan, tapi, apa mau buat? Itu kan nama lu (Y/N). Nama yang diberikan oleh bapak dan emak lu, dan lu harus bangga dengan itu, meskipun nama itu yang membawa beban penderitaan lu," lanjutnya.

Nita sepertinya tidak mendengarkan Kei karena melamun. Kei sudah menduga bahwa ini mungkin terjadi. "Jadi gimana Nita? Ceramah gua bagus gak?" Kei bertanya dengan smirk di wajahnya.

"Hm."

"Ih, beneran lah, lu jangan ngambek!" Kei menggoyangkan Nita yang hanya memberikan respon singkat. "Hm." masih dijawab begitu. "Ayolah Nita, jangan ngambek lah..." bujuk Kei. Sepertinya usaha itu tidak mempan. Kei pun berpikir agar Nita mau menoleh kepadanya. Sebuah ide terlintas di pikirannya dan ia keluar dari kamarnya untuk mengambil sesuatu.

Di kamar tidur itu suasananya sunyi, sangat sunyi. Mungkin karena ACnya gak bikin suara sih. Nita berbaring lalu menatap pada langit-langit, memikirkan kembali mimpinya lagi. "Haih, kenapa itu terus mimpi gua?" ia bertanya pada dirinya sendiri. "Siapa keempat orang itu? Kenapa gua merasa kenal mereka? Dan... kenapa gua merasa... mereka teman masa lalu gua?"

*BRAK*

Kei mendobrak pintu kamarnya sendiri dengan sebuah peti "besar" di tangannya. Nita sedikit syok dengan dobrakan pintu tadi. "Nita, gua mau tunjukkin sesuatu," Kei duduk di sebelah Nita dan membuka isi petinya.

Dalam peti tersebut, terdapat sebuat batu berwarna oranye tidak terlalu besar diletakkan di atas kain. Dibawah kain tersebut ada beberapa surat kabar lama, beberapa tulisannya sudah hilang, tetapi masih dapat dibaca.

"Ini batu jiwa, diturunkan dari kakek kakek buyut gua sejak penjaga batu realita pertama. Malangnya, kakek gua mati karena usia tua dan bapak gua mati dalam pertempuran batu realita ini. Gua... gua selalu menyimpan peti ini, menunggu waktu yang pasti untuk tunjukkan ini pada orang lain. Dan orang lain itu kau, Nita," Kei menjelaskan tentang batu pada peti tersebut. Ia mengeluarkan batunya dan menunjukkannya pada Nita.

~The Weird Classroom: Remastered~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang