Bab dua

26 2 0
                                    

Holllaaaa
Apa kabar readers ku sekalian. Pasti baiklah, buktinya mampir buat baca. Maafin ya kalau ada typo yang bertebaran.
Selamat membacaaa😊

22.00

Ferita berjalan keluar dari restoran yang sudah tutup dengan beberapa karyawan lainnya. Ferita berjalan menjauh dari yang lain setelah pamit pulang duluan. Dia memang tidak sedekat itu dengan semua karyawan resto, makanya tak heran jika di kontak hpnya tak sebanyak gadis pada umumnya.

Kini ferita sedang menunggu grab yang sudah di pesan dari aplikasi , karna jika ia terus menunggu angkutan umum mana ada yang akan lewat jam segitu.

"Neng ferita ya" tanya seorang grab yang berhenti tepat didepan ferita.

"Iya mang" sahut ferita sambil menganggukkan kepala nya.

"Baru pulang kerja ya neng, sesuai aplikasi kan neng?" Tanya abang grabnya.

"Iya mang" ucap ferita singkat.

Tak ada lagi percakapan yang terjadi antara ferita dan mamang grab. Hanya terdengar hembusan angin disepanjang perjalanan menuju rumah ferita. Grab itu memasuki kawasan perumahan yang terbilang bagus dan tentunya aman dari jangkauan maling.

"Makasih mang, ini uangnya. Kembaliannya buat mamang aja" ucap ferita memberikan uang selembar 50 ribu, Lalu masuk kedalam rumah.

Jika dilihat dari luar mungkin semua orang akan menganggap bahwa penghuni rumah itu adalah keluarga cemara yang selalu di inginkan setiap anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika dilihat dari luar mungkin semua orang akan menganggap bahwa penghuni rumah itu adalah keluarga cemara yang selalu di inginkan setiap anak. Namun kata jangan pernah menilai dari penampilan memang nyata adanya. Karna dibalik rumah impian bagi semua orang nyatanya hanyalah neraka bagi ferita.

Saat ferita membuka pintu, ia sudah melihat sosok sang ayah yang berdiri dengan tatapan nyalangnya.

"Darimana kamu hah, jam segini baru pulang.?" Marahnya.

"Huuuufh. Untuk apa ayah tahu tentang aktivitas fe? Ga penting." sahut ferita tanpa menghiraukan ayahnya.

"Makin kesini makin ngelunjak kamu ya" marah ayah tak lupa dengan mata elang nya.

"Sini kamu" ucap ayah lagi sambil menyeret ferita kearah pintu belakang rumah.

Ferita yang memang sudah cape pun hanya bisa mengikuti langkah sang ayah.

"Tidur kamu di luar ga usah masuk" ucap sang ayah seraya mendorong ferita keluar dari rumah dan setelahnya mengunci pintu.

Kenapa semuanya jadi seperti ini bun? Adek rindu bunda lirih ferita.

Kenapa semuanya jadi seperti ini bun? Adek rindu bunda lirih ferita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang