01

535 87 14
                                    

Happy reading
Sorry for typo

"Kolan! Kolan! Pak, kolannya?" Pemuda tampan menjerus ke manis dengan pipi gembilnya berteriak kesana kemari menawarkan koran yang ia bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Kolan! Kolan! Pak, kolannya?" Pemuda tampan menjerus ke manis dengan pipi gembilnya berteriak kesana kemari menawarkan koran yang ia bawa. Panasnya terik matahari tidak membuat ia menyerah untuk menjajakan jualannya. Suara cadelnya bahkan membuat orang-orang yang mendengarnya menahan gemas.

"Enggak dek" beberapa dari mereka menolaknya secara halus, takut jika menyakiti si bocah.

"Huft, kalau bukan kalena cuan gw mana mau keliling panas-panasan gini." Keluhnya.

"Semangat alen, demi cuan!" Baru saja mengeluh, mata bulat itu sekarang malah berbinar menyemangati dirinya sendiri.

Satu hal yang harus kalian tahu, dia sebenarnya anak orang yang cukup berada. Tapi karena dirinya tidak diakui, makanya ia rela mencari uang sendiri untuk menambah uang jajan.

Mari kita sebut si dia ini dengan 'Galena', pemilik wajah tampan rupawan yang sayangnya malah menjurus ke cantik. Kulitnya putih bersih, matanya bulat seperti boba membuat orang yang melihatnya pertama kali pasti mengira dia adalah bocah yang polos.

Tapi mari kia tekankan sekali lagi kata-kata "jangan menilai orang dari sampulnya saja". Kata-kata ini sebenarnya sangat cocok untuk galena karena tingkahnya yang sangat berkebalikan dengan wajah polosnya.

Asik-asiknya duduk di kursi trotoar untuk istirahat, galena malah dikagetkan oleh seseorang.

Puk

"Anjing!"

"Heh! Mulutnya!" Peringat seseorang yang menepuk pundak galena.

"Lagian lo kenapa sih pin, ngagetin aja" cibir galena kepada sohibnya itu.

"Alvino! Jangan asal ubah nama gw kecil, lagian lo kenapa lagi sih jualan koran? Kemarin lo jadi manusia silver, terus ngamen, sekarang jualan koran, besok apa lagi!" Omel alvino dengan tampang kesalnya. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah sohib gemesnya ini.

Tadinya sih alvino hanya menatap bosan jalanan menuju sekolahnya. Eh malah disuguhi bocilnya yang sedang asik menjual koran. Gemas karena tingkah galena, akhirnya alvino menyuruh supir yang mengantarnya kesekolah berhenti lalu menghampiri galena.

Ingin rasanya ia mengurung galena dikamar dan mencubiti pipi gembilnya seharian penuh.

"Bial enak tahu manggilnya, pin. Gw bosan pin, lagipula gw kan lagi di skols. Makanya dalipada gw gabut ga ngapa-ngapain, mending gw kelja" iya, makhluk manis ini sedang di skors karena menendang selangkangan salah satu guru pria baru sekolahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possesive CedricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang