hembusan angin meniup dahan pohon hingga berbunyi, saling bertabrakan antara satu sama lain menimbulkan harmoni tentram yang menyejukkan telinga untuk mengawali pagi. namun langit tak menunjukkan warna yang bersahabat, gelapnya abu menenggelamkan sang mentari yang pastinya saat ini sudah bangkit dari ufuk timur. menimbulkan hawa dingin yang menusuk tubuh, hingga membuat satu-satunya gadis yang saat ini terduduk di atas motor nya dengan jaket yang sudah terkancing hingga di bawah dagunya bergemetar. giginya bergemeletuk menggigil, tangannya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghangatkan tubuhnya dengan ia usap-usapkan di lengan atasnya.
bibirnya yang bergetar tetap mengalunkan makian-makian untuk seseorang yang tengah ia tunggu sedari tadi. kepalanya ia tolehkan dengan cepat saat mendengar suara dari pintu yang terbuka, dahinya mengernyit jengkel saat melihat siluet tubuh manusia yang tengah berdiri tepat di depan pintu. tengah memasang sepatu nya dengan buru-buru sebelum berlari ke arah pagar dan menghampiri nya.
"hehe... lu dah nunggu lama ya?"ucap laki-laki di hadapannya. menyengir dengan lebar seraya memakai helm yang berada di tangannya.
"haha hehe haha hehe, gua kena hipotermia elu yang jadi jaminannya ya anjing."jawab gadis di atas motor itu, melepas genggamannya pada setir motor dan membiarkan laki-laki di hadapannya memegang kendali. bergerak mundur agar temannya itu bisa duduk di hadapannya dan segera mengendarai motor nya untuk berangkat ke sekolah yang gerbangnya akan di tutup sepuluh menit mulai dari sekarang.
"santai dikit lah, lagian baru ini juga gua minta nebeng motor lu soalnya si joreng lagi masuk bengkel."sang pemilik motor mendengus, "udah gua bilangin jual aja tu motor rewel. beli yang baru aja, nyesel gua ngeiyain permintaan tebengan lo. telat nih gua."
sang beban pun hanya tertawa.
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
"Ota tumben telat?"gadis dengan rambut berwarna hitam legam di atas bahu itu menoleh, ekspresi datarnya sama sekali tak berubah menatap kedua temannya yang saat ini berdiri di sampingnya. menyaksikannya berdiri di depan bendera yang berada di aula akibat telat masuk sekolah sekaligus basah akibat hujan.
kepalanya ia tolehkan kesamping saat mendengar kekehan dari suara berat yang berasal dari biang kerok ia di hukum di aula saat ini. rambut coklat laki-laki itu terlihat semakin gelap akibat terkena air hujan, baju putihnya melekat dengan kulit sawo matang nya hingga sedikit terlihat dari balik seragamnya yg kini tembus pandang.
"Ota telat gara-gara gua minta nebeng."teman-teman 'Ota' yang mendengar itu membuat suara 'owh' lalu menghadap kembali ke arah gadis itu.
"bawa seragam cadangan ga? jaket lu basah banget Ta, gua yakin seragam putih lu pasti juga basah banget. rok lu juga nih."tunjuk salah satu temannya, membuat Viota mendengus.
"ya menurut lu aja lah? gua juga ga kepikiran kalo bakalan kehujanan di tengah-tengah berangkat sekolah."ucapnya dengan menatap laki-laki di samping nya itu sinis. sang empu yang di tatap seperti itu hanya tersenyum lebar, "hari ini ada pelajaran olahraga. gua yakin Lo pasti ga bawa baju olahraga karena tau bakalan hujan hari ini. Lo mau pinjem baju gua? ini gua bawa di tas."
Viota menaikkan sebelah alisnya, "terus lu pake apa?"yang di tanya hanya menaikkan bahunya tak peduli, namun senyuman lebarnya tetap ada di sana. "buat Lo aja, Lo lebih krusial. gua bisa minjem baju Bimo."
gadis dengan rambut pendek itu diam sejenak. memang ia tau jika seragamnya saat ini sangat basah, bahkan lantai dimana ia berdiri sekarang sudah digenangi oleh air yang menetes dari seragamnya. jangan salahkan ia nantinya jika ada yang terpleset di sana, karena guru BK mereka tetap memaksa hukuman untuk hormat di dalam aula dengan seragam basah kuyup.
lamunannya buyar saat suara berat itu kembali mengalun dari bibir laki-laki di sampingnya itu.
"jadi...? Lo mau make engga?"
Viota menganggukkan kepalanya dengan cepat.
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
di dalam kamar mandi siswi di lantai dua, yang tadinya hanya tenang-tenang saja saat ini berisi dengan alunan tawa mengejek dari kedua gadis yang saat ini tengah menertawakan salah satu temannya di sana.
Viota, yang sebenernya tak kecil-kecil amat itu saat ini tengah tenggelam dalam baju olahraga temannya, Oktar. yang dengan senang hati meminjamkan baju olahraga nya sendiri agar Viota tak perlu masuk kelas dengan seragam yang basah kuyup.
"gua baru kali ini liat Viota kayak bocil yang pake baju lungsuran kakaknya."Viota menatap salah satu temannya itu dengan kesal. "diem deh Niel! seenggaknya ga tembus pandang kayak tadi, ya kan Yas!"Tyas hanya mengangguk, namun tetap tertawa akibat suara tawa Niel yang semakin keras.
yang di tertawai hanya mendengus, "udahlah, udah mau jam delapan nih. buruan masuk, pasti guru-guru dah pada jaga di kelas."Niel pada akhirnya pun berhenti tertawa, jemarinya ia gunakan untuk menghapus air mata tawanya.
"iya-iya bocil. ini otewe masuk kelas kok." Viota dengan cepat mengangkat tangannya, sudah siap untuk memukul punggung Niel yang dengan cepat berlari keluar dari kamar mandi dengan tawa yang menggema di lorong.
"duh! dasar! pagi-pagi udah bikin jengkel aja si Oktar sama Niel!"gerutu Viota ke arah Tyas yang masih setia menunggu nya. memang dirinya dan Tyas berbeda kelas dengan Niel, namun tentu saja Niel tetap dengan setia menunggu dan menemani mereka kemana saja.
Viota yang baru saja akan mengeluh lagi terdiam saat Tyas kembali mengeluarkan suara nya, "Kira-kira Oktar udah ganti baju belum ya, Ta? tadi bajunya nerawang banget."
di sisi lain, tepat di sebelah kamar mandi siswi. di kamar mandi siswa pun terdapat dua laki-laki yang tengah berbincang di sana, obrolan keduanya sempat terputus saat mendengar gema dari tawa Niel yang berlari melewati kamar mandi laki-laki.
"itu Niel ga sih? temen Viota."tanya salah satunya yang berkacamata, mengintip sedikit dari pintu kamar mandi seraya menunggu temannya itu selesai berganti baju.
yang di tanya hanya bergumam, menjemur seragamnya yang basah kuyup di salah satu gantungan baju yang ada di sana. ia menghela nafasnya panjang, "bakalan lembab sama bau sih ni seragam."Bimo, menoleh. melihat Oktar yang tampak sedih menatap seragam yang ia gantung di sana. suara tetesan air dari baju itu menggema pelan di dalam kamar mandi.
"relain aja Tar, buruan. Bu Ani ga bakalan bukain pintu kelas kalo lu lama-lama di kamar mandi."Oktar mengangguk, menata rambutnya yang basah agar terlihat rapi sebelum mengajak Bimo keluar dari kamar mandi.
senyum lebarnya kembali terukir saat melihat siluet yang amat sangat ia kenali.
"Viotaaa!"
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
check sound dulu boleh lah ya (;ŏ﹏ŏ)
KAMU SEDANG MEMBACA
V I O K T A R
Teen FictionViota yang menolak sadar dan Oktar yang menolak merubah hubungan mereka