Bagian 1 | Syra

34 4 1
                                    

Hai👋 terimakasih sudah mampir. Boleh vote dan komennya, donk. Biar tambah semangat..
.
.
.
.
.




Ruangan yang sunyi meskipun di luar terdengar begitu ramai kicau burung bersahutan. Gadis dengan muka bantal dan rambut yang acak acakan masih duduk di tepi ranjang melamun. Entah apa yang ada dipikirannya tapi sudah hampir satu setengah jam ia duduk di sana. Untuk kesekian kalinya ia memejamkan matanya erat..




Tangan kekar itu....





Hembusan nafas itu...





Suara detak jantung itu..





Kenyamanan itu...




Wajah orang itu....??


"Akh!"

Bugh..

Bugh..

Dengan penuh frustasi gadis tadi memukul wajahnya dengan bantal.
"Susah banget! Cuma pengen liat mukanya Ya Tuhan!"

Sembari menggertakan giginya ia menyeret kakinya bangun dari tempat tidur menuju jendela kamar.

Srek..

Ia menarik tirai jendela dengan asal, masih terlihat jelas wajah jengkelnya di sana.

Drrttt..

Ia menoleh, ponselnya berdering dan layarnya menampilkan ada panggilan masuk. Dengan malas ia meraih ponselnya.

"Halo?"

"Syra,"

"...."

"Ra?"

"Iya, apa? Ngomong aja,"

"Anterin aku mau gak?"

"Kemana?"

"Ke toko buku. Buku ku udah selesai baca semua, mau buku baru,"

"Dasar kutu buku. Ayo, ketemu dimana?"

"Beneran mau? Nanti aku ke tempat kos mu aja,"

"Hm,"

"Ya udah aku siap siap dulu, kamu juga. See you!"

"Oke,"

Gadis itu bernama Syra hanya Syra, ia baru saja lulus Sekolah, sekarang dia adalah mahasiswi. Syra adalah gadis yang pendiam, lebih tepatnya tidak banyak tingkah, terlihat cuek tapi tetap peduli pada siapapun. Tingginya 160, ia sudah masuk ke kategori cewek tinggi dengan badan yang sedikit berisi dan kencang, ia adalah idaman untuk para laki laki. Rambutnya hitam lurus dengan panjang diatas pinggang, kulitnya sawo matang dan terlihat sehat, matanya indah bulu matanya pun juga, hidungnya kecil dan mancung, garis bibirnya sempurna. Secantik itu Syra, tetapi tidak ada satupun laki laki yang mendekatinya, itu karna ia terlihat cuek dan garang.

Ia senang berpakaian simpel, seperti sekarang, setelah mandi ia hanya mengenakan celana pendek sepaha, kaos putih polos, sneakers, tas slempang favoritnya dan mengikat rambutnya asal. Ia tidak memakai make up, cukup krim wajah dan liptint sudah cukup membuatnya terlihat lebih cantik.

"Syra!"

Syra membuka pintu kamar kosnya, matanya terlihat sedikit melebar dan alisnya mengkerut heran melihat temannya.
"Kamu mau ke toko buku atau fashion show?"

"Ih, aku mah normal. Kamu tuh mau keluar apa mau mapan tidur?"

Syra merotasikan bola matanya sembari menggeleng lalu mengunci pintu kosnya. Ia merangkul temannya dan mengajaknya beranjak dari sana.
"Yang penting wangi, Sha,"

"Ih, jangan jangan kamu belum mandi!" Gadis mungil itu mendorong pelan badan Syra.

Syra menarik temannya dan kembali merangkulnya, sangat mudah karna badannya kecil, bahkan tingginya hanya sebahunya saja.
"Udah, lah, makanya bau wangi."

"Pake rok, kek, atau seenggaknya catokan."

Syra menggeleng lagi, ia memperhatikan teman mungilnya yang memang sangat wah jika hanya untuk pergi ke toko buku, memakai dress motif bunga, rambut curly hasil catokan, make up tipis, tas mewah, belum lagi kukunya yang di cat sedemikian rupa. Namanya Shasha, sifatnya benar benar beda 180° dengan Syra. Itulah mengapa mereka berteman dekat.

.

.

"Sha?"

"Kenapa?"

"Cariin buku tentang mimpi donk,"

"Buat apa?"

"Udah tiga hari, Sha, aku mimpi di peluk seseorang tapi gk prnh inget mukanya setelah aku bangun,"

"Itu, mah, karna kamu gak pernah baca doa sebelum tidur, makanya dipeluk jin,"

'Anjir, ni, anak!'

Batin Syra sambil begidik ngeri.
"Yang bener, Sha. Itu ngeganggu sekaligus bikin kepikiran tau,"

"Iya, coba kamu baca doa dulu sebelum tidur,"

"Oke, deh," pasrah Syra.

"Yok, aku udah dapat tiga buku,"

"Serius, Sha, sesuka itu baca buku?"

"Em, sebenernya, sih, karna abang kasirnya ganteng aja," Shasha meringis menunjukkan sederet giginya.

Syra mengernyit menatap Shasha berjalan menuju kasir.
"Pantes, sering baca tapi gak pinter pinter."

Selepas membayar buku Shasha sekaligus melihat kegenitan Shasha pada tukang kasir. Mereka meninggalkan kasir, Syra berjalan sembari masih menatap abang kasir, masih mencari letak kegantengan yang Shasha maksud.

"Liat jalan, Ra. Aku tau kamu juga terpesona,"

Setelah mendengar kalimat Shasha, Syra menggelengkan kepalanya dan menyudahi  menatap abang kasir, namun saat ia memalingkan wajahnya.

Bugh..

Waktu seolah berhenti saat ia menabrak dada seorang pria. Sialnya, pria itu juga mendekapnya dengan satu tangan karna ia kehilangan keseimbangan.










Dekapan ini.....



















Cerita ini gak cuma tentang romansa lho, tapi juga misteri di balik mimpi Syra.

Masukin ke reading list kalian, ya, biar tau kalo cerita ini update lagi.

Jangan lupa follow, see you!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHO | mimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang