01

52 3 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Di sebuah taman yang sepi terlihat seorang pemuda yang sedang duduk menyendiri sembari melihat bulan yang bersinar terang serta bintang yang membuat perasaanya menjadi tenang.

"Gua cape...."

"Gua juga manusia biasa yang punya perasaan, punya keinginan yang mau gua jalanin"

"Gua bukan robot yang harus nurutin perintah majikannya"

Gumaman lirih itu terdengar dari pemuda tersebut yang tak lain adalah Gaza.

Saat ini gaza tengah duduk seorang diri di taman dekat dengan rumahnya. Dia sedang menenangkan pikirannya sendiri.

Gaza mendongak menatap kearah langit yang memancarkan cahaya bulan serta gemerlap bintang, diiringi dengan air mata yang mengalir deras di pipinya yang chubby itu.

"HAHAHA GUA CAPE ANJING, GUA CAPE"

"Gua udah males buat ngejalanin hari esok lagi, se ngga pantes itu buat gua bahagia? gua harus apa biar gua bisa bahagia. GUA HARUS APA!!!!"

Malam yang sunyi menjadi saksi betapa rapuhnya seorang Gazaniel.

Tanpa gaza sadari sedari tadi ada yang mengawasi bahkan mendengar semua keluh kesah gaza dengan perasaan yang tidak karuan.

Perlahan laki-laki tersebut mendekati gaza dan berdiri tepat di depan gaza seraya mengulurkan tangannya kepada gaza.

"Kana... ini udah malem sayang ayo pulang udara malem ngga baik buat kana" ucap pria tampan dengan nada yang lembut.

Gaza mendongak guna melihat siapa laki-laki tersebut.

"Esaa!" seru gaza seraya berdiri dan mendekap laki-laki yang dia panggil esa.

"Iya kana ini esa. Kana kita pulang ya sayang ini udah malem dingin sayang" perintah esa yang saat ini sedang mendekap tubuh mungil Gaza dengan tangan yang terus aktif mengelus punggung gaza untuk membuat gaza tenang.

"Esa hiks kana cape hiks hiks m-mereka semua ngga ada yang ngertiin kana hiks kana cape esa Kana capeee hikss" bukanya mereda tangisan gaza malah semakin kencang membuat siapapun yang mendengarnya ikut merasakan sakit.

Sedangkan esa a.k.a Mahesa hanya diam membiarkan gaza untuk meluapkan semua apa yang ada di pikirannya.

"Kana bener-bener udah ngga sanggup lagi esa hiks kana juga manusia biasa hiks t-tapi mereka memperlakukan kana seperti robot hiks"

"Esa kana capee boleh Kana istirahat?" tanya Gaza mendongak untuk menatap wajah tampan Mahesa dengan mata sayu serta senyum manis yang terlihat di bibir pucatnya.

"Kana? kita pulang ya sayang istirahat oke" sebelum mengeluarkan suara untuk menjawab perintah Mahes, tubuh mungil Gaza tiba-tiba merosot dari pelukan Mahes.

"Kana!! heh! sayang" Mahes panik ketika menyadari bahwa Gaza telah pingsan di pelukannya.

Mahes yang panik pun langsung membawa tubuh Gaza kedalam mobil, dan memerintahkan sang sopir untuk segera ke rumah sakit.

"Kana sayang, Kana boleh kok istirahat tapi otak cantik Kana jangan pernah mikir buat ngelakuin hal-hal yang dapat membahayakan diri Kana sendiri ya sayang"

"Kana masih punya esa loh. Kalo Kana pengin cerita Kana boleh Dateng ke esa dan ceritain semua apa yang ada di otak cantik Kana"

"Esa mohon ya sayang jangan pernah tinggalin esa, esa cinta sama Kana"

Cup

Mahes memejamkan matanya ketika memberikan kecupan lembut di dahi Kana. Dirinya benar-benar khawatir terhadap Kana. Sang sopir yang melihat bahkan mendengar omongan Mahes pun hanya bisa memandang keduanya dengan sendu. 

___________________________________★

Kana = Gazaniel Kanawut
Esa = Mahesa Suppasit

papay🙌🏻

don't forget to vote and comment!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang