Prolog

1.3K 126 5
                                    

Rena tahun ini sudah bukan bocah lagi. Cewek itu akan masuk ke SMA, jenjang sekolah yang katanya paling indah, paling sulit dilupakan, paling berwarna, dan paling-paling yang lainnya. Segala cerita soal SMA membuat Rena antusias bukan main untuk mengikuti MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi siswa kelas sepuluh.

Rena menatap kertas undian di tangannya. Satu angkatannya belum dibagi perkelas selama masa MPLS, jadi mereka masih digabung dan dipisah jadi kelompok-kelompok tertentu.

"Pribumi... Pribumi?"

Alis Rena mengerut membaca kata di kertasnya.

"Pribumi Daya Langit."

"Lo kelompok ginseng juga?"

Rena menoleh kaget ke arah suara yang berbicara padanya. Rena terdiam melihat seorang kakak kelas yang berdiri di depannya. Cowok yang lebih tinggi itu tampak tersenyum ramah pada Rena.

"Coba lihat kertasnya."

Rena hanya terdiam saat cowok tadi mengambil kertas yang dia pegang.

"Iya lo kelompok ginseng, berarti sama gue."

Laki-laki itu tersenyum pada Rena. Rena masih terdiam di tempatnya. Entah kenapa Rena merasa orang-orang di sebelahnya bergerak lebih lambat. Hanya cowok di depannya yang bergerak normal memakaikan bando kertas bergambar ginseng ke kepala Rena.

"Kamu namanya siapa?"

"Rena," ujar Rena sambil menyalami tangan yang terulur di depannya.

"Gue Pribumi Daya Langit. Lo bisa panggil gue Kak Daya, Mas Daya, Bang Daya, sesuka lo."

Mas Daya?

Ujung bibir Rena terangkat mengingat begitulah cara mama memanggil papanya.

"Ke sana yuk, tadi udah ada kelompok ginseng yang kumpul di sana."

"Iya... Mas Daya."

RazbliutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang