Pribumi Daya Langit. Sebuah nama yang terdiri dari tiga kata, tetapi rasanya bermakna seisi dunia. Rena sudah suka pada nama itu sejak pertama kali mendengarnya. Nama itu sederhana, tapi rasanya ada hawa magis yang membuat Rena langsung suka. Rena kerap membayangkan betapa kreatif orang tua yang memberikan nama sebegitu indahnya.
Lantas saat bertemu dengan sang pemilik nama, rasa suka Rena berlipat teramat banyak. Rena pikir Pribumi Daya Langit hanyalah kakak kelas yang akan menjadi kakak asuh kelompoknya selama MOS. Faktanya, dia lebih dari itu. Dia adalah Mas Daya, seorang Pribumi Daya Langit yang sedang berada di akhir jabatannya sebagai ketua MPK. Dia adalah Mas Daya, laki-laki yang lebih tinggi satu kepala dari Rena dan memiliki suara rendah yang lembut.
Sejujurnya Rena tidak tahu pasti apa yang membuatnya menyukai Daya. Mungkin karena memang cowok itu punya wajah manis dengan hidungnya yang bangir. Mungkin juga karena sifatnya yang friendly hingga dikenal oleh banyak orang. Yang pasti, sudah setahun belakangan Rena menyukai orang itu.
Rena yang semula hanya mencuri lirikan pada Daya lambat laun mulai berani menatapnya. Terkadang jika Daya ke kelas Rena untuk memberi pengumuman atau menarik donasi, Rena akan sengaja menegakkan tubuh dan menatap Daya sepanjang waktu. Tapi memang hanya sampai batas itulah keberanian Rena. Rena tidak memiliki nyali lebih untuk berbicara apalagi menyatakan perasaan pada Daya.
Rasa suka Rena terus bertahan hampir setahun lamanya. Dua semester hampir terlewat dan mungkin "kebersamaannya" dengan Daya tidak akan bertahan lebih lama. Daya akan lulus sementara Rena masih harus menempuh dua tahun lagi.
"Eh, tadi goodboy bikin status tahu."
Rena yang semula sedang menulis sesuatu buru-buru menoleh. Dia merangsek ke Juni yang sedang memegang ponsel.
"Mana? Mana?"
Juni memutar bola mata melihat kelakuan Rena. Yah, bagaimana lagi? Sebagai teman terdekat Rena, Juni harus maklum dengan segala perbuatan Rena, termasuk hal-hal menyangkut Daya.
"Ihh, tumben goodboy bikin status ada mukanya gini. Screenshot ya, jangan lupa kirim ke gue."
Juni hanya mengangguk saat Rena mengambil beberapa tangkapan layar di ponselnya. Rena memang suka sekali menyimpan hal-hal sekecil apapun terkait goodboy—nama samaran Daya di obrolan mereka berdua— sampai memori ponsel Juni pun ikut kena getahnya.
"Lo mending chat dia sendiri biar nomor lo disimpen sama dia. Kalau kayak gitu kan lo bisa lihat status goodboy lewat hp lo sendiri."
Rena melirik Juni dengan bibir cemberut, lantas menggeleng.
"Gue kan bukan pengurus OSIS kayak lo! Lo sih enak ada alasan buat disimpan nomornya sama dia. Lah gue? Masa tiba-tiba minta nomornya disimpan?"
"Ya kenapa? Emang nggak boleh kalau adik kelas minta disave nomornya?"
"Ish! Jangan keras-keras."
Rena hampir saja mencubit Juni kalau tidak ingat mereka sedang berada di kelas.
"Sorry, deh," ucap Juni selagi mengambil ponselnya kembali.
Juni segera mengirim foto di galerinya ke nomor Rena. Kalau tidak segera dikirim begini, Rena pasti akan mengejar-ngejarnya.
"Eh, bentar!"
Juni terkejut bukan main saat Rena menepuk pundaknya keras. Belum sempat Juni bertanya, Rena sudah lari keluar kelas. Juni semula hendak berteriak mengingatkan Rena bahwa kelas akan segera dimulai, namun niatnya langsung urung begitu melihat siapa yang baru saja melewati kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Razbliuto
Teen FictionRena pernah jatuh sejatuh-jatuhnya pada laki-laki bernama Daya. Senyumnya, tatapannya, bahkan cara berjalannya, Rena menyukai semuanya. Sayangnya rasa suka itu harus Rena lenyapkan dengan cara paling menyakitkan. Rena tidak ingin lagi jatuh hati pad...