Knight 11

67 13 4
                                    

Rosaria memantau pembangunan waduk sejak tadi, hari ini semuanya berjalan dengan baik, jika berjalan baik maka harusnya akan selesai dalam waktu tiga sampai empat hari.

Kini dirinya juga sedang melakukan patroli sore bersama Jayden yang tubuhnya sudah bau keringat dan debu karena melakukan pekerjaan berat.

"Apa kau ini bermain tanah saat bekerja tadi?" dengus Rosaria sambil menghapus noda tanah di wajah Jayden. "Kenapa bekerja walau ini bukan jadwalmu? Kau bisa kelelahan nanti."

"Aku tidak lelah."

"Sedang banyak pikiran?"

Jayden menengok pada Rosaria yang kini tengah memperhatikan desa. Pria itu selalu merasa takjub pada bagaimana wanita disampingnya ini mampu menebak isi pikirannya.

Selain Adelaide, sang Ibu, Rosaria adalah orang kedua yang mampu melakukan hal itu.

"Tidak."

"Sejak kapan kau suka berbohong begitu?" balas Rosaria sambil menatap Jayden. "Ya, tidak mau cerita juga tidak masalah."

"Aku mimpi buruk..." Jayden membuka mulutnya dan menghentikan langkahnya, membuat Rosaria juga ikut berhenti dan menengok ke belakang karena Jayden sudah berhenti sejak dirinya masih melangkah. "Mimpi itu terus berulang dengan potongan-potongan yang abstrak."

"Mimpi apa?"

"Teman-temanku ... para kesatria ... mereka semua mati."

Rasanya jantung Rosaria berdegup dengan begitu kencang saat Jayden mengucapkan kalimat tersebut. Mimpi Jayden itu sama dengan kejadian di tiga tahun mendatang jika perang pecah.

"Itu hanya mimpi," Rosaria tidak mengerti kenapa Jayden bisa memimpikan hal itu atau itu mungkin semacam pertanda untuk Rosaria bahwa tak ada yang akan berubah di tiga tahun mendatang.

Rosaria menjadi takut.
Takut kalau semuanya, termasuk orang-orang di sekitarnya, menderita karena kembalinya dia ke masa lalu.

Jayden menggeleng, menutupi setengah wajahnya dengan frustasi dan mencengkram rambutnya. "Itu terasa sangat nyata ... gundukan tanah dan pusara yang tak layak itu..."

"Jay--"

"Di mimpi itu, ada dirimu ... berdiri di sebelahku, tapi aku takut. Takut jika mimpi selanjutnya justru kau yang tertidur di gundukan tanah itu... bahkan Ayah ... dan Paman Oliver--"

"Aku disini," Rosaria mendekat pada Jayden memegang tangan pria itu. "Itu hanya mimpi. Jay, tak apa."

Ini adalah kali pertama Rosaria melihat Jayden seperti ini, ketakutan dan frustasi. Pria yang selalu tampak kuat dan kokoh itu, kini malah terlihat begitu rapuh dan bisa hancur kapan saja.

Jayden menghela nafasnya panjang dan menggenggam tangan Rosa yang tadi memegang tangannya. "Berjanjilah padaku ... jangan pergi dari sisiku."

"Jay..."

"Jangan terluka ... jangan mati, Rosa..."

Rosaria tak bisa menjanjikan apapun dan rasanya dia tak boleh menyepelehkan takdir begitu saja. Rosaria tak bisa memprediksi apakah dia mampu mencegah perang pecah dan dibunuh oleh Jake yang sampai sekarang pun masih belum diketahui olehnya apa alasan pria itu membunuhnya di kehidupan lalu.

Rosaria hanya bisa berpegang teguh pada rencananya untuk membuat Jake bergantung padanya agar tidak membunuhnya di masa depan, namun tak bisa memegang janji pada Jayden agar tidak mati.

"Rosa."

"Aku tidak akan mati," balas Rosaria dengan senyum getir. "Aku ini kuat, Jay. Aku tak akan mati semudah itu."

Princess Knight | EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang