Chapter 2

131 14 1
                                    

Aku berjalan sedikit lebih didepan gadis itu, untuk memimpinnya menuju tempat dimana aku parkirkan motorku. Kami berjalan dalam kondisi basah kuyup. Matahari sudah terbenam sepenuhnya, satu-satunya sumber cahaya adalah lampu jalan yang terpasang disetiap sudut jalan. Aku harus cepat membawa gadis ini sebelum ia mati kedinginan.

Aku tidak kesulitan menemukan motorku, pantai ini sangat sepi pengunjung. Sepeda motorku adalah satu-satunya kendaraan bermotor yang terpakir di antara sepeda-sepeda lainnya. Sesaat setelah menemukan motorku, aku melihat sebuah helm hitam yang terletak di bagian depan motor, terjepit di antara badan motor. Saat itu juga aku baru ingat kalau aku hanya memiliki satu helm.

Aku mengambil helm tersebut dan memutar tubuhku ke belakang menghadap gadis yang sampai sekarang aku belum tahu namanya. Siapa yang peduli dengan namanya, ya kan? "Pakai ini." Aku menyodorkan helm tersebut dan ia langsung mengambilnya dengan kasar. Ia cemberut kepadaku sebelum memakai helm pemberianku itu. Astaga, wajahnya malah semakin lucu ketika ia cemberut. Meskipun tentu saja, masih kalah lucu dengan mantanku yang satu itu. Siapa ya namanya?

Aku menaiki motor tanpa sepatah kata dan duduk di depan. Ia juga menyusulku untuk duduk di bagian belakang. Saat itu juga aku mencolokkan kunci motorku dan menyalakan kendaraan yang baru jadi milikku beberapa jam yang lalu. Aku bersiap untuk melajukan benda bertenaga motor ini. "Pegangan kalau tidak mau jatuh. Kau juga boleh memelukku." Ucapku sedetik sebelum aku melajukan motor ini dengan kecepatan secepat yang kubisa, sekedar untuk menakuti gadis ini. "Mesum." Aku mendengar samar-samar gadis itu bergumam, yang malah membuatku tertawa dan motorku menjadi oleng. Saat itu juga aku merasakan tangan kecil itu memukulku lagi. "Menyetir yang benar, bodoh! Kau mau kita terbunuh?!" Ia berteriak. "Hmm, boleh juga. Hitung-hitung sebagai ganti dari kesalahan yang tadi aku perbuat di laut."

"Jangan bodoh kau!!" Ia berteriak bahkan lebih keras dari yang sebelumnya.

Wajahnya yang lucu membuat senyumku menyungging lebar, memperhatikan wajahnya dari kaca spion motorku. Aku tidak mengerti dengan gadis ini, bukankah tadi ia mau bunuh diri? Ternyata dia masih takut mati juga? Tiba-tiba kedua tangan kecilnya memegang kepalaku dan mengarahkan kepalaku tepat ke depan. "Menyetir yang benar."Senyumku mengembang lebih besar lagi. Kalau dipikir-pikir, lumayan juga hari ini aku bertemu dengannya. Bisa sedikit menghilangkan kesuntukkanku. Tidak sia-sia aku pergi ke pantai itu hari ini.

Kegelapan menemani perjalanan kami berdua malam ini. Angin dingin mulai membuat tubuhku sedikit menggigil. Ini pasti karena aku basah kuyup.

Sebelumnya aku tidak pernah menggigil. Tiga tahun tinggal di Amerika dengan cuacanya yang dingin membuatku sudah terbiasa dengan suhu rendah seperti ini. Tak berapa lama kemudian, aku bisa melihat sebuah papan nama besar yang bertuliskan 'Johanson Hotel' beserta lampu berbentuk bintang berjumlah lima buah terpampang dibawahnya.

"Kita sudah sampai." Ujarku memecah keheningan yang menyelimuti perjalanan kami sejak tadi. Namun tidak ada jawaban dari belakangku. Aku turun dari motor ini tepat didepan lobby dan mencabut kunci motorku, hendak memberikannya kepada petugas untuk diparkirkan. "Ayo." Ia tak kunjung membalas perkataanku, bahkan ia tidak bergerak sedikitpun. Ia hanya memeluk tubuhnya sendiri dan menundukkan kepalanya, membuat wajah indahnya tertutup rambut coklatnya yang masih setengah basah. Aku maju beberapa langkah untuk menyentuhnya, aku rasa mungkin ia tertidur? Aku mengguncangkan bahunya beberapa kali.

"Hey, nona, kita sudah s-" Ucapanku terhenti begitu menyadar betapa dinginnya tubuh ia saat itu. Astaga, ia pasti sedang mengigil sekarang. Dengan cepat akupun menyentuh dahinya untuk memastikan suhu tubuhnya, dan benar saja, dahinya panas. Ia sedang demam. Bagaimana ini?

"Ku antar kau ke rumah sakit, ya?" Aku berkata seraya bergegas pergi. Kurasa ia tidak boleh naik motor lebih lama lagi, jadi aku akan menggunakan mobilku yang kutinggalkan di parkiran. Aku memang meninggalkan satu mobil di setiap cabang hotel milik perusahaanku, khusus untuk situasi seperti ini. "Mmm.." Gadis itu bergumam lemah sembari menggelengkan kepalanya pelan. Sepertinya ia tidak mau dibawa ke rumah sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang