Senja nampak begitu indah dengan perpaduan warna yang sangat cantik. Hari ini Alana pulang lebih awal dari yang biasanya. Alana meminta izin pada atasannya di Caffe agar bisa pulang lebih awal karena ia harus menemani sang adik di rumah yang tinggal seorang diri. Sebenarnya Alana tidak akan meminta untuk pulang awal jika adiknya tidak sakit. Bahkan ia akan lebih sering lembur dan pulang paling larut.
Pekerjaannya sebagai Staf Caffe adalah sumber kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah adiknya yang masih menduduki kelas XII. Bahkan ia yang seharusnya masih melanjutkan kuliah harus mengalah dan memilih untuk menjadi tulang punggung sejak kematian ibunya tahun lalu. Gadis dua puluh tahun itu dipaksa kuat dengan keadaan.
Alana tersadar dari lamunannya saat ada sesuatu yang bergetar dari dalam tas ransel di pangkuannya. Bergegas ia merogoh dan menempelkan benda pipih hitam tersebut di pipinya usai menggeser tombol hijau.
"Halo, Keysa."
Mata Alana membulat sempurna dengan perasaan tegang dan panik saat mendengar suara seseorang di sebrang sana.
Alana menepuk cepat kursi pengemudi di depannya. "Pak, kita ke rumah sakit Pusat sekarang."
Supir tersebut mengangguk tanpa bertanya dan memutar balik setir mobil.
Sepuluh menit berlalu akhirnya Alana sampai di rumah sakit. Ia turun dari Taxi dan melangkah sedikit berlari memasuki gedung.
Usai bertanya, Alana kembali berlari menuju ruangan darurat yang ditunjuk wanita resepsionis tersebut. Sesosok gadis remaja yang seumuran dengan Alana tampak berdiri di depan pintu dengan pakaiannya yang minim. Tanpa ingin mengulur waktu, Alana menghampiri gadis tersebut.
"Angel ...." Alana menggoyang tubuh Angel dengan perasaan khawatir. "Mana Keysa? dia baik-baik saja, kan?"
"Al, kamu tenang dulu. Aku belum tau keadaan Keysa, karena Dokter masih menanganinya di dalam," jawab Angel berusaha menenangkan Alana.
"Kenapa Keysa sampai kesini?" air mata Alana mulai bercucur deras. Ia sangat khawatir dengan keadaan Keysa, yang tak lain adalah adiknya tersebut.
"Tadi aku itu ke rumah kalian buat memastikan keadaan Keysa. Tapi setelah aku sampai, Keysa udah pingsan di dapur. Aku langsung membawanya kesini," jawab Angel menggebu-gebu.
Tidak ada yang bisa Alana dan Angel lakukan selain menunggu kabar dari Dokter yang sedang menangani Keysa. Keduanya harap-harap cemas menunggu berita keadaan Keysa.
Sepuluh menit berlalu, suara deretan pintu kaca seketika mengalihkan perhatian dua gadis yang tengah duduk di bangku tunggu.
Alana beranjak dan menghampiri sang Dokter. "Dok, bagaimana keadaan adik saya? Dia baik-baik saja, kan?" tanya Alana menggebu-gebu.
Pria Berjas Putih ke Dokterannya tersebut membuka masker. Ia menghela nafas berat sesaat sebelum berkata, "kondisinya semakin kritis. Jantungnya semakin melemah karena sel-sel darah dalam Jantungnya membeku. Kita harus segera melakukan operasi untuk menyelamatkan Pasien," ucapnya menjelaskan.
"Dokter, apakah tidak ada jalan lain selain operasi?" Alana bertanya penuh harap.
"Kali ini tidak bisa. Jalan satu-satunya memang harus di operasi. Jika di biarkan, maka kemungkinan besar Pasien tidak akan bisa selamat."
Ucapan Dokter tersebut cukup membuat Alana semakin tenggelam dalam penyesalan. Ia sudah cukup kehilangan Meli Suryana, Ibunya. Ayah Alana meninggalkan Sang Ibu dan kedua anaknya karena memilih pergi dengan wanita lain. Itu semua sudah cukup membuat Alana sangat tersiksa selama ini. Jangan sampai ia juga harus kehilangan Keysa. Keysa bagaikan sebagian Jiwa Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SUGAR DADDY
RomanceAlana Auristela gadis remaja yang seharusnya menikmati masa remajanya dengan teman-teman sekolah, namu ia sebaliknya. Alana gadis malang yaang tinggal berdua dengan adiknya yang penyakitan. Bahkan ia harus banting tulang demi mencukupi kehidupan ia...