SATU (RENCANA)

30 1 0
                                    

Waktu menunjukan pukul 09.30 pagi. Vitrase putih menjuntai menutupi jendela besar yang tingginya setara dengan langit-langit lantai dua, tak dapat menghalau sinar matahari untuk masuk dan menerangi rumah putih besar, nan mewah itu.

Burung-burung yang sedang asik berkicauan di perpohonan rindang, diinterupsi oleh suara bel pintu yang berbunyi. Kevandra, si pemilik rumah yang tengah tertidur pulas di kasurnya yang besar pun tersadar. Biarin deh, ada Bibi ini yang bukain pintu, pikirnya setengah sadar. Ia pun melanjutkan tidurnya, tanpa peduli siapa yang datang.

Tak lama berselang, bel kembali berbunyi. Kevandra masih mengacuhkannya. Kemudian bel kembali berbunyi, kali ini bukan satu kali, melainkan berkali-kali. Tamu yang datang sepertinya sudah tak sabar ingin bertemu sang pemilik rumah.

"Bibi kemana sih?! Kenapa gak bukain pintu?!" gerutu Kevandra yang mulai merasa terganggu dengan suara bel yang terus berbunyi, berharap si pemilik rumah segera membukakan pintu. Ia pun kesal, dan bangun dari tidurnya. Dengan napas dan langkah cepat yang menggebu-gebu, Kevandra keluar menuju pintu utama rumahnya. Rasanya ia ingin memaki tamu yang datang, karena telah mengganggu tidurnya.

Sesampainya diambang pintu, ia membuka pintu dengan kasar, dan disambut dengan oleh letusan conffeti yang membuatnya terkejut setengah mati. Nyawanya terkumpul seketika.

"SURPRISE! HAPPY BIRTHDAY KEVAN!" Teman-teman Kevandra berdiri di depan pintu sambil memegang kue ulang tahun yang bertuliskan Happy 20th Birthday lengkap dengan lilin-lilin kecil yang menyala, serta beberapa balon yang bergambar wajah-wajah konyol Kevandra.

Kevandra membuang napas kasar, dan menatap mereka satu persatu dengan tatapan tajam. Wajah mereka pun berubah, saat melihat ekspresi Kevandra. "Kok lo gitu sih ekspresinya? Gak ada seneng-senengnya gitu," ucap Sheena, perempuan cantik, imut, putih, berambut panjang sepinggang, yang sangatlah lugu dan polos itu, dengan bibir yang melengkung kebawah, dan mata yang menunjukkan kekecewaan.

"Siapa yang ulang tahun?" Kevandra bertanya dengan wajah datar yang sudah menahan kesal sedari tadi, sambil menyandarkan dirinya di daun pintu, dan melipat kedua tangannya di dada.

"Kok lo malah nanya sih? Udah jelas lo yang ulang tahun." Driga berkata sambil menatap Kevandra dengan tatapan tanya, bingung, dan aneh. "Lagian kalo yang ulang tahun Ibu gue, gue gak bakal kesini," lanjutnya.

Kevandra menghela napas kesal, dan berkata, "Ulang tahun gue masih lama, bego. Masih seminggu lagi. Kalian itu ganggu gue tidur AJA!"

"Hah? Seminggu lo bilang? Ulang tahun lo itu, HARI INI!" Driga mulai geram dengan kebodohan Kevandra. Driga adalah laki-laki yang bisa dibilang tampan. Namun, sifatnya seperti remaja tantrum, hiperaktif, pembuat onar dan bersumbu pendek. Persis seperti Kevandra. Itulah mengapa mereka selalu dijuluki sebagai Tom&Jerry, karena mereka selalu saja bertengkar dan pertengkaran mereka baru saja dimulai.

"ENGGA! Ulang tahun gue masih lama! Gue yang ulang tahun, kenapa lo yang NGOTOT? Hari ini baru tanggal 30 Maret!" Kevandra masih mengelak pernyataan temannya itu bahwa ia berulang tahun hari ini. Entah ia benar-benar lupa atau pura-pura lupa.

"Tanggal 30 darimana sih Kevandra? Sekarang udah tanggal 5 April, ulang tahun lo," ucap Arka dengan penuh penekanan. Ia pun mulai geram dengan Kevandra.

Arka diibaratkan sebagai 'pangeran' di antara kedua temannya yang lain. Wajahnya yang tampan, badannya yang tinggi dan tegap, serta sikapnya yang kadang menenangkan dan bijaksana, membuatnya menjadi idola di kalangan kaum hawa. Ia pun terkadang dianggap sebagai 'Bapak' dari teman-temannya itu. Namun, dibalik itu semua, banyak yang tidak tahu bahwa Arka memiliki sifat yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kedua temannya, Kevandra dan Driga. Meskipun tidak separah mereka berdua. Ia juga hanya akan nyaman menunjukan sifat aslinya pada orang-orang terdekatnya saja.

Escape.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang