Digelapnya penjuru kota dikala malam dan dipelosok jalan tempat orang enggan melangkahkan kaki, disana ada para pekerja yang menjajakan seluruh hidup mereka bertarung tidak hanya dengan harga diri tapi juga nyawa di lembaran tipis berwarna-warni demi bertahan hidup dihari esok ataupun hanya untuk sekedar mewujudkan mimpinya disaat orang tertidur.
Para Pekerja itu asing satu sama lain tidak mengenal tapi mereka tahu mereka senasib dan bukan peran mereka untuk saling menghakimi , seandainya saja salah satu dari mereka terlahir bernasib lebih baik mungkin dia akan menatap yang lain dengan pemandangan merendahkan selayaknya dunia menghakimi mereka di setiap kehidupannya.
Mereka yang beruntung mungkin tidak akan berakhir disini, menunggu pelanggan di kamar-kamar mewah berpendingin dengan tarif yang cukup untuk hidup sebulan lebih dikota kejam yang suhu malamnya menembus kain tipis walaupun pada akhirnya tetap sama saja hinanya.
Berulang kali tangisan diusap diganti dengan senyuman, berulang kali mascara yang luntur dihapus ditebalkan dengan yang baru, berulang kali lipstik yang pudar dipoles lagi, berulang kali tubuh yang lelah harus menerima lagi, dan berulang kali mereka harus berbohong pada diri dan siapapun yang datang.
Ini hidup mereka para pekerja malam. Bibir tersenyum kata-kata pandai merayu memanja tidak punya hak atas penolakan merekalah sosok yang dibeli, kata orang pembeli adalah seorang raja dan raja yang marah bisa menghabisi bawahannya. Hingga para pekerja itu harus berhati-hati takut karena sepatah kata yang salah mentari esok sudah tidak menyambutnya lagi.
Sekedar berpikir sucikah mereka rasanya sudah tidak pantas lagi. sepanjang hidup dijalani dengan penghakiman, ada kalanya mereka dicari dan dibutuhkan, ada kalanya mereka dipuja sampai bertekuk lutut dimahkotai dan diperhiaskan rantai tercantik, dan ada pula yang kejam menyiksanya sampai menangis ingin kabur.
Jika ditanya kenapa mereka bisa berakhir di Pojok jalan gelap sana tidak semua jawaban akan berakhir menyenangkan mungkin disana kalian akan sama-sama menangis, karena dibalik sosok kupu-kupu itu ada seseorang yang pernah menjadi anak kecil suci sebelum dihinakan oleh dunia dan segala tuntutannya.
Apa yang telah terjadi maka terjadilah karena sampai detik ini mereka telah berusaha untuk sekedar menyambung nyawa pikir mereka tanpa sadar bayangan mereka semakin hitam dan membawanya tenggelam. Bukan hanya soal tenggelam dalam keinginan bertahan hidup tapi juga keinginan untuk hidup layak dan berperingkat dalam masyarakat.
Tidak sedikit diantara mereka yang sudah cukup tapi masih ingin meminta lebih terbuai dengan uang instan, tidak sedikit yang kehilangan segalanya saat usia senja karena mereka sudah tidak semuda dulu juga tidak punya keindahannya lagi, dan tidak sedikit yang berakhir tragis mengenaskan dipemberitaan bahkan jika tidak lebih beruntung lagi menghilang tanpa ada yang tahu begitu saja.
Sudah banyak cerita menyakitkan dari mereka, sudah banyak pula hubungan yang hancur karena mereka, sudah banyak hinaan yang mereka terima lantas kenapa pada akhirnya masih ada yang tertarik mengambil jalan seperti mereka?
Karena hidup dan segala sesuatunya bukanlah segala sesuatu yang indah terlalu banyak syarat dan tuntutan untuk hanya sekedar makan dan minum, mereka yang terbekali dan terberkati adalah sosok-sosok yang beruntung tidak akan berakhir harus melakukan pilihan yang menyakitkan sosok kecil di dalam dirinya.
siapapun kamu yang membaca narasi ini, seberat apapun jalan yang kelak kamu ambil dan seberat apapun dunia yang kamu pikul, aku berharap pilihan seperti itu tidak akan pernah datang menghampirimu. Semoga kamu termasuk bagian dari mereka yang menoleh kebawa menatap kekegelapan dan menarik mereka yang telah jatuh kebawah.
My Allah Bless You
KAMU SEDANG MEMBACA
Pojok Narasi
Short StoryHanya narasi-narasi yang lahir dari pemikiran penulis sensitif dan emosional tentang kehidupan manusia yang jauh dari kata sempurna dan penuh penghakiman.