"'Cause karma is my boyfriend
Karma is a God
Karma is the breeze in my hair on the weekend
Karma's a relaxing thought
Aren't you envious that for you it's not?
Sweet like honey, karma is a cat
Purring in my lap 'cause it loves me
Flexing like a goddamn acrobat
Me and karma vibe like that"Suara dentuman musik mengalun kencang di sebuah kelab malam, memutar lagu Karma milik Taylor Swift yang dimainkan dengan sangat apik bersama irama tambahan oleh seorang Disc Jockey, membuat tak sedikit orang-orang yang berkunjung di sana menari gembira memenuhi lantai dansa, meninggalkan sejenak rasa penat dari hiruk pikuk ibukota. Tak ada lagi kepelikan yang dirasa sebelumnya saat bekerja, pertengkaran hebat dengan orang tua yang membuat siapa saja ingin melenggang pergi dari rumah, atau hubungan asmara yang di ambang kehancuran, semua terasa sirna sejenak bersama ritme musik yang semakin menggila. Orang-orang melompat senang dengan segelas minuman di tangan, mengabaikan bau alkohol yang menyeruak di mana-mana seakan sudah bersatu dengan suasana malam yang semakin menegangkan.
Sementara di antara ramainya kelab malam itu, seorang gadis lebih memilih untuk mengasingkan diri jauh dari lantai dansa dengan duduk sendirian di bar, ia menatap gelas cocktail ketiganya malam ini yang sudah kosong senada dengan sorot matanya, seakan pikirannya telah membawa gadis itu ke tempat lain, bahkan alkohol dan dentuman musik itu masih belum mampu meredam rasa kalutnya malam ini.
Tak sedikit dari pria-pria yang berkunjung di kelab itu menatapnya penasaran, karena sangat jarang nampaknya seorang gadis duduk di bar sendirian, berkutat dengan pikirannya sendiri sembari menenggak habis tiga gelas cocktail namun masih nampak sangat sober entah memang pintar minum atau memang sedang dalam masalah besar. Alana, namanya, tak sekali dua kali ia memijit pelipisnya sendiri, gadis itu masih terpaku dengan pikirannya sendiri, pertengkaran hebat dengan ayahnya tadi siang cukup membuatnya ingin pergi jauh dari rumah, lagi-lagi masalah yang sama, ayahnya yang sedang mengalami puber kedua itu membawa wanita ke rumah mereka dan mengatakan kalau wanita itu adalah istri barunya dan akan tinggal dengan mereka. Tentu saja Alana tidak terima, pertengkarang terjadi cukup sengit hingga membuat gadis itu memutuskan untuk keluar dari rumah, ayahnya lebih memilih membela wanita itu bahkan disaat tanah di makam ibunya masih belum kering.
"Udah pernah nyobain Aunt Roberta, belum?" Sebuah suara dari samping membuyarkan lamunannya yang berkecamuk, gadis itu salah saat merasa ia duduk sendirian di bar itu, ia menoleh perlahan tanpa merubah ekspresi wajahnya, kemudian mendapati seorang pria tengah duduk di sebelahnya, entah sejak kapan, yang ia tau pria itu kini tersenyum miring seakan tak begitu berniat untuk tersenyum, dan bodohnya, di tengah kekalutan ini, wajah sang pria nampak sangat tampan, seperti sinar mentari di musim dingin, bahkan cahaya yang remang tak mengindahkan betapa tampannya si pria yang tak ia ketahui namanya itu.
"Ngomong sama siapa?" Tanyanya, nampak bodoh kemudian melihat ke sekitar karena sejak dua jam yang lalu ia berada di sana, hanya pria itu yang berani mengajaknya bicara.
"Sama kamu lah, sama siapa lagi? Di sini cuma ada kita." Pria itu terkekeh lalu menenggak habis secangkir tequila miliknya yang tadinya hanya tersisa seperempat, jika dilihat-lihat nampaknya pria itu langsung ke sini setelah pulang bekerja, dapat dipastikan dari kemeja putih lengan panjangnya yang digulung sampai siku memperlihatkan alroji terbaru milik Hublot di pergelangan tangan kirinya, kemudian dua kancing atas kemejanya yang dibiarkan terbuka dan jas kantor yang diletakkan sembarang di atas meja bar, namun entah mengapa masih terlihat rapi dan bersih, juga jangan lupakan kalau pria itu sangat wangi, mungkin karena gadis itu dengan jelas dapat menghirup wangi Y Le Parfume milik Yves Saint Laurent meskipun jarak mereka tidak terlalu dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
August
Short Story"Permainan yang paling sia-sia itu ya main-main sama hati, lu gak bakal dapetin apa-apa selain rasa sakit hati yang gak berujung, mending lu nyerah, deh, Al. He's gonna break your heart." Andai saja Alana mendengarkan kata-kata Nadine waktu itu, ap...