Prolog
Senja dating melahap sisa-sisa siang yang kabur dalam persimpangan hari, di ujung tombak yang menyala, matahari perlahan mengundurkan diri dari ceirita ini, di Antara 4 jembatan yang saling terhubung, ada seorang manusia yang tampaknya heran dengan pemandangan yang tak pernah ia lihat selama hidupnya, begitu tenang.... Sunyi...... damai..... , "Hey ayo pulang, ini sudah hamper malam." Suara lelaki memanggil anak itu. Anak itu tampak bingung dengan apa yang ia hadapi, "kursi roda?, ada apa dengan kakiku?" katanya bertanya Tanya. "sudah cukup mainnya, besok lagi, ayo, ayah, ibu pasti sudah menunggu kita" lelaki itu datang lalu mendorong kursi rodanya. Sesampainya di rumah seorang anak lelaki itu sepertinya tidak lagi mempertanyakan di sekelilingnya maupun keadaannya, mereka makan malam, bermain dengan keluarganya di dalam rumah yang hangat dan sejuk, dia tertawa bahagia, entah bagaimana dahulu kehidupannya sehingga dia begitu menikmati kehidupaan yang saat ini. Ke esokan harinya ia kembali ke sisi jembatan itu, memandang mengapa ada 4 sisi jembatan, semua jembatan itu bertuliskan urutan/nomor jembatan itu sendiri, kabut tebal mulai datang dari kejauhan, seseorang tampak berjalan di balik kabut itu, anak lelaki itu tampak takut dan mencoba menjalankan kursi rodanya ke belakang namun roda rodanya seolah tidak dapat berputar. Keluarlah seseorang itu dari kabut tebal dari ujung jembatan tersebut, ia seorang wanita paruhbaya dengan mengenakan baju jaman dulu, dengan menggenggam tongkat yang seperti nya sangat menyeramkan, perlahan lahan ia datang mendekati anak laki laki tersebut, " kamu hanya bias memilih salah satu dari jembatan ini, tidak ada alasan untuk apa dan bagaimana, yang pastinya pilihlah salah satu dari ke empat jembatan ini."
"aku tidak tahu harus memilih apa, aku kebingungan apa yang terjadi, kaki ku mengapa? Mereka siapa? Kau siapa? Tolong jelaskan maksud semua ini apa!"
"sudah aku katakana tidak ada alasan untuk menjelaskan semuanya" lalu kabut tebal langsung menyelimuti diri perempuan itu, dan lalu menghilang.
Anak laki laki itu tampak begitu bingung sekali, tetapi dia tetap memilihnya, ia mendorong kursi rodanya ke jembatan nomor 2, setelah dia melewati jembatan itu, dia kembali ke tempat semula, di tempat ia pertama kali melihat senja lagi, dan suara laki laki itu terdengar, rasanya seperti déjà vu , mereka ke rumah nya, makan, bermain main. Sepertinya lagi ada persta di dalam rumah itu, ramai sekali orang orang yang berkunjung, orang orang itu mengenakan pakaian yang modern dan bagus sekali, lalu ada bapak bapak melihat anak laki laki itu, lalu mengatakan " Hey kamu, aku ingin bertanya sesuatu kepada mu" , " aku? Silahkan pak, apa yang anda ingin tanyakan?" , seketika semuanya hening menunggu pertanyaan bapak itu. " apa kamu sudah mati?" kata bapak itu. " saya tidak mati pak, saya hidup dengan sehat hahaha." Sambil tertawa terbahak bahak, seketika rumah itu menjadi ramai kembali dan berisik, saat anak laki laki itu bermain di luar dengan teman temanya, perempuan itu datang lagi dan menjemputnya, lalu berkata "Sudah waktunya, ayo" , tanpa curiga sedikitpun dia mengikuti perempuan itu kembali ke jembatan, orang orang yang ada di rumah itu tampak diam melihat mereka berdua perlahan pergi, tidak ada satupun yang berani memanggil mereka.
Setibanya di jembatan, perempuan itu bertanya "apa kamu sudah mengatakan ke mereka bahwa kamu sudah mati?", sekujur tubuh anak itu bergemetar dan tampak dia amat kaget sekali, perlahan lahan air matanya keluar, ia menangis sejadi jadinya "Bagaimana aku bisa mati, jelaskan padaku, ada apa dengan diriku sebenarnya" , ia menangis terus terusan sampai kabut melahap mereka berdua lalu menghilang.
YOU ARE READING
Ternyata Aku Mati
Mystery / Thrillercerita yang begitu sulit untuk di pahami, bahkan untuk penulisnya sendiri