Malam baru saja menuntaskan tugasnya mengantarkan hari ke suatu pagi. Cepat sekali rasanya malam tadi, baru tidur sebentar, matahari telah beranjak terbit. Kiara mengucir rambut hitam panjangnya sambil menatap jam dinding. Tepat pukul tujuh pagi. Ponselnya dari tadi bergetar, notifikasi pesan dari grup kelas berlomba-lomba muncul memenuhi layar. Seharusnya hari ini ada jadwal kelas pagi, tapi semalam dosen mengabarkan kalau kelas kosong dan diganti tugas.
Ibu jari Kiara bergerak menyentuh layar ponsel sembari membaca seksama setiap pesan di grup. Beberapa waktu lalu Pak Galen juga pernah mengabarkan kalau kelas kosong, tapi besoknya beliau mengabarkan lagi kalau akan datang ke kelas. Tentu saja hal itu membuat semua teman sekelasnya kelabakan. Apalagi bagi mereka yang rumahnya jauh dari kampus. Syukurlah kali ini info Pak Galen kredibel, beliau bahkan sudah membagi kelompok dalam bentuk file PDF.
Setelah mendapat informasi yang dibutuhkan, Kiara kembali menaruh ponsel dan mulai merapikan tempat tidur. Rumahnya kosong pagi ini, semua orang sudah berangkat beraktivitas. Ibunya berangkat membuka kedai roti setelah mengantar Nabila berangkat sekolah.
Kiara hanya tinggal bertiga di rumah bersama Ibu dan adik perempuannya. Ayahnya sudah meninggal sejak Kiara duduk di bangku SMA. Semenjak Ayah meninggal, Ibu menekuni hobinya menjadi sebuah bisnis. Tabungannya digunakan untuk membeli kedai roti yang tak jauh dari rumahnya.
Kiara mengaduk jus alpukat yang baru saja ditambahkan susu cokelat. Ini jus yang semalam ia beli, tidak habis lalu disimpan ke kulkas. Tangan kanannya masih memutar sendok walau susu telah larut, sementara tangan kirinya memegang ponsel dan kembali mengecek grup kelas. Baru saja membuka layar, tiba-tiba ada pemberitahuan Kiara telah ditambahkan ke grup baru. Tugas Audit Kelompok 2, namanya. Cepat-cepat ia membuka file yang tadi dikirimkan Pak Galen. Ingin melihat apa tugasnya dan siapa saja kelompoknya.
Kianara Marhen.
“Bara lagi, Bara lagi.”
Kiara berdecak heran sambil menatap kolom kelompok dua bertuliskan namanya, Bara dan tiga teman lainnya. Hingga semester tiga ini, sudah tak terhitung berapa kali Kiara dan Bara satu kelompok. Sekilas Kiara mencari nama Fiona, ternyata kawan akrabnya itu di kelompok satu.
Teman sekelompok Kiara sibuk berdiskusi kapan dan dimana tugas mereka akan dikerjakan. Nanti malam tugas itu harus segera dikumpulkan lewat sistem. Kiara terus menyimak tanpa ada niat menimpali, hanya ikut saja apapun keputusannya. Irfan mengusulkan di kampus saja tapi akhirnya mereka memutuskan untuk mengerjakan di café, katanya Irma dan Bara bosan dengan suasana angker kampus.
Selesai berdebat panjang menentukan café mana yang akan didatangi, kelompok dua sepakat kumpul pukul sebelas siang. Sebelumnya mereka ingin mengerjakan sore hari saja, namun setelah menimbang kalau hanya Kiara dan Irma yang bisa diandalkan, anggota cowok pun khawatir tidak bisa menyelesaikan tugas jika dikerjakan mepet waktu. Apalagi banyak hal yang harus diriset dan diketik.
Kiara menjadi orang ketiga yang datang di café. Faisal dan Irfan sudah sampai duluan. Dua cowok itu sedang duduk berhadapan, asyik mengobrol. Mereka melambaikan tangan, menyapa Kiara.
“Serius mereka cerai?” mata Irfan membulat. Ketinggalan berita rupanya.
“Iya, lagi proses hukum.” Jawab Faisal tangkas. "Emang dia tuh artis problematik sih."
“Padahal istrinya spek idol K-pop gitu.” Faisal mengarahkan layar ponselnya ke pandangan Irfan yang langsung dibalas anggukan setuju.
Kiara tidak tahu tepatnya siapa yang dibahas, akhir-akhir ini terlalu banyak berita perselingkuhan artis. Cewek itu pun lebih memilih membuka file tugas di laptopnya. Tak lama kemudian, tiba-tiba datang seseorang dengan pakaian serba putih. Dahi Kiara dan Irfan serempak mengerut, tidak tahu siapa orang di depan mereka. Baru setelah orang itu melepas tudung jaketnya, mereka mengenali orang tersebut. Irma.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVOCADO
Teen FictionAwalnya, hari-hari berjalan normal. Tiap orang dalam cerita ini memiliki hobi dan watak yang berbeda. Hingga waktu berlalu dan setiap kejadian mengalir begitu saja, tiap-tiap individu ini mulai mengukir cerita. Sampai akhirnya, sesuatu yang menyimpa...