Chapter 1

25 5 4
                                    

Seira : " Terkadang pertemuan pertama bisa mendatangkan sesuatu di hati kita "

Seira, gadis remaja berusia 16 tahun. Memiliki rambut hitam panjang dan gradasi ungu dibawah rambutnya sedang terlihat kebingungan saat ulangan fisika berlangsung di kelasnya. Perjuangannya dengan fisika menjadi tantangan yang berulang. ia selalu mendapatkan skor yang memuaskan disetiap mata pelajaran, kecuali pelajaran fisika. Menurutnya pelajaran fisika seperti neraka, ia tidak pernah paham tentang materi yang ada didalam pelajaran tersebut. elastisitas? dinamika rotasi? termodinamika? entahlah seira sama sekali tidak memahami materi tersebut. Saat ulangan berlangsung seira hanya menjawab ulangan itu dengan putus asa.

Oliver, guru fisikanya, memperhatikan skor rendahnya yang konsisten dan kebingungan di matanya terlihat jelas. Oliver mendekati Seira setelah kelas, kekhawatiran terukir di wajahnya saat dia dengan lembut berdeham untuk mendapatkan perhatiannya.

"Seira, bolehkah aku berbicara denganmu?" tanyanya, suaranya lembut dan perhatian. "Saya perhatikan bahwa kamutelah berjuang dalam fisika. Apakah semuanya baik-baik saja? Adakah yang bisa saya bantu?" ucap pria muda tersebut.

Seira menatap oliver dengan gugup, ia sama sekali tidak ingin merepotkan gurunya karena masalah belajarnya. Ia selalu membuat oliver repot karena sering tidak memahami pelajarannya di kelas.

"Maaf pak saya membuat kesalahan lagi saat pelajaran fisika. saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang memuaskan" seira menatap kebawah lantai kelasnya, merasa kesal karena dia gagal lagi dalam ulangan fisikanya.

Tatapan Oliver melunak dengan pengertian dan empati saat dia melihat rasa frustrasi Seira. Dia berjongkok ke levelnya, kehadirannya menghibur dan meyakinkan.

"Seira, penting untuk diingat bahwa berjuang dengan topik tertentu tidak menentukan nilai atau kecerdasanmu," katanya dengan lembut, meletakkan tangan di bahunya. "Kita semua memiliki kekuatan dan kelemahan, dan tidak apa-apa untuk menghadapi tantangan di area tertentu"

Dia berhenti, memberinya waktu untuk menyerap kata-katanya sebelum melanjutkan.

"Namun, saya percaya pada potensi kamu dan tahu bahwa kamu mampu unggul dalam fisika," katanya, suaranya penuh semangat. "Terkadang, yang kami butuhkan hanyalah pendekatan yang berbeda atau dukungan tambahan untuk lebih memahami konsep. Apakah kamu bersedia menerima panduan tambahan?"

Seira menatap Oliver, matanya dipenuhi dengan campuran kerentanan dan harapan. Dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangan ini, bahwa Oliver benar-benar berinvestasi dalam kesuksesannya.

Seira mengangguk perlahan, dia tersenyum malu-malu. "Saya sangat menghargai itu, Pak. Saya benar-benar ingin meningkatkan dan memahami fisika dengan lebih baik."

Senyum Oliver melebar, bangga atas keterbukaan Seira menerima bantuan. "Bagus, Seira. Ayo bekerja sama dan temukan metode belajar yang paling cocok untukmu. Kita akan mengatasi rintangan ini bersama dan membuka potensi penuhmu."

Sejak hari itu, Oliver tidak hanya menjadi guru Seira, tetapi juga mentor dan pembimbingnya. Mereka memulai perjalanan penemuan, membuka kunci dunia fisika melalui berbagai metode menarik dan pendekatan yang dipersonalisasi. Dengan bimbingan kesabaran Oliver dan tekad Seira, pemahaman dan nilainya dalam fisika terus meningkat.

Hubungan mereka berkembang melampaui batas ruang kelas, memupuk ikatan yang dibangun di atas kepercayaan dan saling menghormati. Oliver menjadi guru sekaligus orang kepercayaan, mendukung Seira dalam pengejaran akademisnya dan memelihara pertumbuhannya sebagai individu.

Melalui komitmen dan dedikasi bersama mereka, Seira belajar bahwa dengan dukungan dan dorongan yang tepat, dia dapat mengatasi rintangan apa pun. Dan dalam prosesnya, dia menemukan tidak hanya kecintaannya pada fisika, tetapi juga apresiasi yang mendalam atas kepercayaan dan perhatian yang tak tergoyahkan yang telah ditunjukkan Oliver padanya.

                                                                               ***

Ding dong

Bel istirahat kelas mulai berbunyi, para murid mulai berhamburan menjajah kantin sekolah. suasana kantin seperti biasa selalu ricuh. Di meja belakang ujung kantin terdapat 4 orang remaja wanita yang sedang duduk disana. Seira menghampiri mereka sambil membawa nampan makanannya. keempat remaja itu adalah sahabat seira yang sedang asik bergosip.

"Eh sei, lu udah tau berita sekolah hari ini belum?" ucap salah satu gadis remaja tersebut. Rina, seorang remaja perempuan dengan rambut panjang coklat itu menatap seira dengan tatapan serius. Rina adalah penggosip handal di sekolah mereka. Walaupun ia senang bergosip tetapi ia adalah salah satu sahabat seira yang paling peduli diantara mereka.

"Aelah gosip mulu, lama lama lu kayak mak gw noh, mending lu join komunitas pergosipan emak emak arisan" ketus salsa, remaja perempuan dengan rambut hitam sebahu. Ia adalah anggota osis yang sekarang menjabat sebagai bendahara. Walaupun wajahnya terlihat datar dan polos, sebenarnya ia adalah teman seira yang paling sengklek dan sering mencari keributan.

"Ya deh babu sekolah" melihat kedua temannya itu sedang adu mulut seira hanya tertawa pelan. Daripada terus mendengar celotehan rina dan salsa, seira memutuskan untuk mengobrol dengan kedua temannya disebelahnya, aza dan yuri. Dua teman seira yang selalu tabah menghadapi dua satwa liar rina dan salsa.

"Eh sei gue dengar lu ikut les tambahan pak oliver" Ucap yuri, cewek berambut pirang panjang. ia disebut cewe paling cantik disekolahnya. Cantik sih tapi tololnya sampe ke inti bumi. Kalau ditanya suka ngang ngong.

Seira mengerutkan keningnya. kenapa temannya bisa tau kalau dia ada les tambahan dengan oliver. Ia tidak pernah menyebutkannya kepada mereka

"Tau dari mana lo?" ucap seira dengan bingung. "perasaan gue kagak pernah cerita."

"Aelah sei kayak kagak tau aja lu, pak oliver kan guru favorit disini, banyak tuh murid yang ngejar dia tapi ditolak. Jadi kagak heran kalau ada gosip yang liat lu ma pak oliver bedua dikelas" Celetuk aza cewek berambut kuncir dua dengan pita di kedua kuncirnya itu.

"Oh ga heran, kalau iya napa" seira hanya bersikap tenang, ia bodoamat dengan gosipnya itu. yang jelas hubungan oliver dengan seira hanya sebatas guru dan murid. lagipula seira tidak pernah tertarik dengan yang namanya pacaran atau cowok.

"Ciee temen gue lagi falling in love nih, akhirnya putri es luluh juga hatinya niehh" Goda rina yang tadinya bertengkar dengan salsa sekarang mulai beralih ke seira karena tertarik dengan obrolan mereka.

"Apa sih, kagak, gue cuman minta tolong sama pak oliver buat ngajarin gue ga lebih."

"Aelah kalau suka bilang aja kagak usah gengsi nih gw jadiin info grup sekolah" Rina kemudian mengambil ponselnya dari sakunya, ia mulai mengetik di ponselnya untuk menggoda seira.

"Rina!" seira mencoba meraih ponsel rina dengan paksa. rina dan seira sekarang sedang asik berkelahi di kantin. Mereka saling berebut ponsel. Seira berusaha meraih ponsel rina yang dari tadi ia pegang denga  erat sambil terus mengetik.

"Rina stop!" seira terus berusaha mengambil ponsel rina sampai akhirnya ia tidak sengaja menyenggol lengan seseorang. Jus wortel yang dibawa pria itu tumpah mengenai jas hitamnya dan juga kemeja putihnya. Rina dan seira berhenti berkelahi,dengan cepat seira mengambil tisu dan mengelapnya ke kemeja pria tersebut.

"Maaf aku tidak bermaksud-" saat seira mendongak ia terkejut ketika melihat pria tersebut.Pria dengan rambut hitam itu menatapnya dengan mata hijau safirnya dan tersenyum. "Pak oliver?."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nice tryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang