"mereka orang yang tidak sengaja menabrak Ayah nona hingga meninggal. Oleh karena itu mereka ingin menebus dosa dengan mengadopsi nona." Ucapan kepala pelayan itu masih terngiang-ngiang di kepala Aruntala.
Hal yang paling mengejutkan adalah ketika seminggu yang lewat ibu panti asuhan berjalan tergesa-gesa ke arah Aruntala yang sibuk memasak lalu menariknya untuk duduk di sofa. Ia ingat Sofia alias ibu panti asuhan nampak terkejut dan terbata-bata mengatakan bahwa keluarga terpandang di kota ini ingin mengadopsi Aruntala.
Tentu seisi panti terkejut, apalagi keluarga itu berisikan orang-orang yang sangat diidolakan Aruntala.
Tapi sayang, mulai ia dijemput hingga sudah seminggu di rumah ini, ia masih belum pernah bertemu dengan keluarga angkatnya. Mereka semua adalah sekumpulan orang sibuk yang bahkan jarang pulang dan berkumpul di rumah.
Aruntala hanya bisa melihat wajah mereka di foto atau lukisan yang dipajang di rumah, terlihat mereka semua benar-benar wajah serbuk berlian. Tidak bosan untuk dipandang.
Salah satunya adalah putra tunggal atau anak satu-satunya di keluarga ini, keluarga Gutierrez. Ia mendengar dari pelayan bahwa lelaki itu adalah sosok yang gila kerja bahkan jarang dirumah, mendengar suaranya adalah suatu keberuntungan bagi penghuni rumah lantaran ia juga jarang berbicara.
Aruntala tertawa pelan ketika ia merasa salting saat pertama kali melihat foto Abang tirinya, Maxence Penn Gutierrez. Dia adalah lelaki dengan darah campuran Spanyol dan Tionghoa-indonesia, jadi tak heran bila marga keluarga ini terdengar aneh karena mereka adalah orang asing yang tinggal di Indonesia.
Kepala keluarga rumah ini berasal dari Spanyol asli bernama Devereaux Gutierrez yang bersanding dengan wanita keturunan Tionghoa-indonesia bernama Jia Li peach dan kini sudah resmi memakai marga Gutierrez semenjak menikah.
Dari informasi yang Aruntala ketahui, keluarga ini adalah pemilik Gtrz company perusahaan yang menghasilkan berbagai perhiasan, merek dan pakaian ternama yang terkenal dan sering dipakai oleh kalangan atas dimana Peach alias nyonya rumah ini bekerja sebagai desainer pakaian terkenal di perusahaan tersebut.
Dan hal yang paling tidak masuk akal adalah mengapa mereka mau mengadopsi Aruntala? Alasan yang diucapkan kepala pelayan karena Devereaux dan Peach adalah orang yang dulunya menabrak almarhum ayah Aruntala hingga meninggal, oleh karena itu keluarga ini menebus kesalahan dengan mengadopsi Aruntala.
Tapi alasan itu tidak masuk akal pada Aruntala. Karena faktanya gadis tersebut malahan sangat lega dengan meninggalnya sang ayah sebab ia tidak sanggup lagi jika ayahnya itu tetap hidup dan selalu membuat hidupnya dengan almarhum ibunya sengsara. Lelaki itu sering pulang mabuk, marah-marah, memukuli mereka bahkan mempunyai utang sembilan puluh lima juta untuk modal judi.
Dan dulu Aruntala sangat berterimakasih kepada keluarga Gutierrez karena sudah melunasi utang sang ayah dan membantu biaya operasi juga pengobatan sang ibu yang menderita kanker rahim meskipun dua tahun setelahnya penyakit berbahaya itu kembali membunuh ibunya.
"Permisi nona, anda dipanggil oleh nyonya Peach ke ruangannya." Suara pelayan berseru dibalik pintu kamar membuat Aruntala tidak bisa melanjutkan lamunannya.
"I-iya, aku akan segera datang." Balas gadis itu.
Degup jantung Aruntala berdetak kencang sebab ini akan menjadi momen pertama kali ia bertemu dengan sang ibu angkat.
"Aku harus manggil apa ya? Mamah? Tante? Mommy? Atau ibu?" Batin gadis tersebut berseru.
Perlahan ia melangkah keluar kamar menuju ruangan nyonya Peach yang diantar oleh pelayan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya lantaran masih belum sanggup bertemu dengan nyonya Peach.
"Silahkan masuk, nona." Pelayan membuka kan pintu dan mempersilahkan Aruntala masuk.
Berusaha untuk santai tapi malah gugup, Aruntala akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan.
Matanya terlihat sayu menatap kecantikan seorang wanita di hadapannya, bahkan jika dipikir-pikir wanita itu lebih cocok menjadi kakak angkat daripada ibu angkatnya. Nyonya Peach terlihat menatap layar tablet ditemani segelas air putih di atas meja.
"Orang kaya ternyata minum air putih juga ya." Kembali Aruntala membatin.
Tubuh Aruntala seakan tersetrum ketika Nyonya Peach mengalihkan perhatian kepadanya, ia melemparkan senyuman mahal kepada anak angkatnya membuat Aruntala meleleh.
"Hai!" Sapa nyonya Peach.
"Eh, i-iya, aduh, maksud aku ha-halo." Aruntala mengumpat dalam hati karena merasa malu menciptakan momen seperti ini ketika pertama bertemu.
Tawa renyah terdengar dari nyonya Peach, ia berdiri dan berjalan anggun kearah Aruntala lalu memeluk gadis itu membuat yang dipeluk membeku seketika.
"Sial, aku tadi gak semprotin parfum ke badan aku. Aku bau badan gak ya?" Batin Aruntala. Apalagi ia merasakan aroma parfum yang sangat menyenangkan indra penciuman.
"Sama seperti dugaan mommy, kau ternyata gadis yang sangat manis." Ujar nyonya Peach.
Bayangan Aruntala tentang ibu angkatnya yang ia pikir akan sinis, ketus dan sombong ternyata salah. Wanita dihadapannya itu benar-benar luar biasa, sudah cantik, pinter, elegan, baik dan juga ramah.
"Kemarilah." Nyonya Peach menarik tangan putri angkatnya untuk duduk di sofa.
"Bagaimana hari-hari mu semenjak tinggal di rumah ini? Apakah ada yang membuat mu kesal?" Tanya nyonya Peach.
Aruntala menggeleng kuat-kuat, ia malahan begitu kagum berlebihan semenjak tinggal di rumah ini.
"Tidak, nyonya. Bahkan aku_"
"Nyonya?" Potong nyonya Peach dengan alis terangkat.
"Apa kau pembantu ku?" Tanya wanita tersebut dengan nada yang sedikit berubah menjadi ketus.
Aruntala semakin gugup, apa ia salah memanggil?
"Panggil aku mommy. Karna sekarang kau adalah putri ku. Paham?" Ujar nyonya Peach dan dibalas Aruntala dengan mengangguk gugup.
Dalam sekejap aura nyonya Peach kembali berubah menjadi ceria. Ia mencubit pipi putrinya dan tersenyum manis. "Seminggu lagi adalah hari pertama mu masuk kampus. Mommy sudah mendaftarkan mu ke kampus terbaik di kota ini. Atau, apa kau ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri?"
"Ah, ti-tidak nyo, maksud ku mommy. Itu tidak perlu." Tolak Aruntala.
"Tidak perlu merasa takut, jawab sejujurnya, apa kau tertarik kuliah di luar negeri?"
"Tidak mommy, aku tidak terlalu lancar berbahasa Inggris." Jawab Aruntala jujur.
"Baiklah jika begitu, lagian universitas yang mommy pilih juga tidaklah buruk untuk mu." Balas nyonya Peach.
Wanita itu melirik jam di pergelangan tangannya sekilas. "Maafkan mommy, untuk saat ini kita tidak bisa berbicara banyak hal karna setengah jam lagi mommy ada jadwal. Ngomong-ngomong, kau sudah mengurus kartu ATM mu bukan?"
"Sudah, mommy." Jawab Aruntala.
"Baiklah, mommy akan transfer uang dan kau pergilah berbelanja pakaian juga keperluan kuliah mu hari ini." Perintah nyonya Peach seraya berdiri dan mengambil tas kecilnya.
"Terimakasih _"
"Tidak perlu berterimakasih, itu adalah kewajiban ku. Sampai jumpa gadis manis." Ujar nyonya Peach mengusap rambut Aruntala sekilas lalu pergi dari sana.
Setelah kepergian wanita itu, barulah Aruntala bisa bernafas lega.
🌷
🌷
🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
MAXENCE
Teen FictionDiangkat menjadi seorang anak dari keluarga pengusaha terkenal adalah suatu hal menakjubkan bagi Aruntala, kehidupan gadis yang selama ini mendekam di panti asuhan itu benar-benar berubah hampir seratus derajat. Ada banyak hal yang ia temukan d...