Salam kenal.

19 5 9
                                    

07.17 WIB.

Lelaki bersurai hitam kecoklatan mengerjapkan matanya ketika suara nyaring alarm berhasil menembus mimpinya, tangan besarnya meraih ponsel putih dan mematikannya dengan cepat. Sebelum ia bangkit dari kasurnya, Haikal menghela nafas berat. Bukan suatu hal yang serius, hanya saja ia malas bertemu dengan dosen killer yang melemparnya dengan spidol tempo hari lalu sampai jidatnya memunculkan lebam biru. Salahkan saja Haikal karena ia tertidur disaat jam pelajaran berlangsung.

Haikal tenggelam dalam lamunannya hingga tak sadar ada seseorang yang membuka pintunya dan mengendap-endap mendekatinya.

"WOI!"

"ANJ*NG KAYANG!"

Degup jantung Haikal berdetak kencang sebab terkejut, ia memegangi dadanya dan kedua matanya membulat sempurna. Bantal bercorak kotak-kotak tersebut reflek ia genggam untuk dilemparnya kepada sang tersangka, yaitu Nathan.

"Masih pagi kehed! Kaga usah ganggu pagi gue yang indah napa? Lo mau gue mati muda gara-gara jantungan tiap pagi lo beginiin? Ngahajakeun pisan." Seru Haikal seraya melemparkan bantalnya pada Nathan dengan penuh rasa emosi.

Nathan menangkap bantal tersebut "lagian lo masih pagi udah ngelamun, gua tuh perhatian sama lo Kal. Gue ga mau lo kesurupan pagi-pagi.."

"Nanti malem aja biar vibesnya ngena." Lanjutnya.

"Congornya minta dikepret emang!"

Terjadilah keributan antar dua species orangutan yang mengelilingi seisi rumah dengan penuh teriakan yang lantang.

"SINI LO MONYET!"

"MONYET KOK TERIAK MONYET?!"

"BAG*NG LO YA NAT! GA USAH LARI LO!"

"JADI GUA MONYET APA BAG*NG?! MARUK AMAT!"

Mereka berlari mengitari sofa ruang tamu yang terdapat Jenandra disana sedang bersantai dengan kopi ditangannya penuh kedamaian sampai kedua lelaki itu datang. Jenandra meneguk kopinya pasrah saat sofa yang didudukinya bergerak tak beraturan membuat tubuhnya ikut sempoyongan.

'Please God, help me..'

Tak sampai dua menit mereka disana, baju putih Jenandra berubah warna menjadi kecoklatan akibat kopi yang tumpah ulah kedua lelaki yang kini masih beradu mulut. Ia hanya bisa tersenyum penuh umpatan.

"AWAS AJA BESOK GUE BAKAR BONEKA KELINCI LO!"

"SAMPAI BERANI LO NYENTUH AYANG GUA, LO YANG GUE BAKAR KAL!"

"BODOAMAT! NTAR DINERAKA JUGA LO IKUT KEBAKAR NYET!"

"YA KAN NTAR! LO DULUAN YANG GUE PANGGANG! LUMAYAN BIKIN HARI LEBARAN BUAT SERIGALA SI JENAN MAKAN RENDANG DARI DAGING LO WALAUPUN ALOT!"

"GUE BENERAN BAKAR KELIN-"

"Diem atau lo berdua gua bakar!"

Hanya satu gertakan dari Arjuna mampu membuat keduanya terdiam mematung, sebab kini Arjuna sedang memegang sebuah pisau daging dilengkapi dengan celemek yang melekat ditubuhnya. Haikal mati-matian menelan salivanya begitupun dengan Nathan. Cengengesan dan dua buah bentuk jari menandakan damai terpampang jelas dimata Arjuna.

"Sorry hehehehe."

"Noh liat baju si Jenan abis gara-gara lo berdua! 'Sorry' doang ga akan ngebuat tu baju bersih sendiri!"

Seakan-akan paham apa yang Arjuna katakan, mereka berdua melirik Jenandra yang juga sedang meliriknya. Jenandra menatap keduanya bergantian sambil menaikan satu alisnya.

"Em.. sorry ya Jen baju lo jadi kotor gara-gara kita, nanti bakal kita cuci kok! Tenang aja."

"Kita?" Haikal tertawa remeh. "Lo aja kali gue engga. Sorry ya Jen nanti gue traktir baso!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CANDIKALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang