13 = Sebuah Perubahan

1K 94 20
                                    

Arkein terlalu rutin datang mengunjungi rumah kontrakannya. Setidaknya, itulah yang ada di pikiran Chareez saat hampir setiap hari Arkein datang—bahkan pernah hanya sekadar bertanya tentang keadaan ibunya. Bukannya Chareez tidak suka, hanya saja ia merasa bingung. Perubahan sikap Arkein terlalu jauh, menilik hubungan mereka selama ini hanya bermuara pada kesenangan pria itu di tempat tidur.

"Apa hari ini suamimu akan datang ke rumahmu lagi?"

"Kau bisa datang ke rumahku sekalipun Arkein ada di sana nanti, Cheryl," sahut Chareez sambil tetap fokus pada layar komputernya.

"Ck! Aku tidak terlalu nyaman jika ada suamimu yang ketus itu." Cheryl bahkan masih ingat bagaimana tanggapan tak acuh Arkein saat Chareez kecelakaan beberapa bulan lalu. Sekalipun seringkali menggoda Chareez soal hubungan pernikahan sang sahabat dengan Arkein, Cheryl tak menampik jika ia tak bisa melihat aura baik pada diri suami sahabatnya itu.

Chareez tentu paham dengan perasaan itu. Tetapi akhir-akhir ini, Chareez sepertinya tidak lagi merasakan perasaan yang Cheryl ungkapkan. Sekalipun ada momen-momen tertentu rasa sungkan itu datang, tapi akhir-akhir ini Chareez justru lebih merasa sedikit lepas saat bersama Arkein. Mungkin karena perubahan sikap Arkein yang tak lagi seketus dulu. "Sebenarnya, Arkein tidak seburuk itu, Cheryl."

Mendengar satu kalimat itu, kedua mata Cheryl menyipit menatap Chareez dengan senyum tertahan. "Ada apa ini? Apa baru saja kau memuji suami yang selama ini selalu kau katakan bermulut tajam itu?" godanya.

Kali ini, Chareez berdecak kecil, lalu mengalihkan perhatiaannya pada Cheryl yang masih menunjukkan raut menyebalkan. "Tidak seperti apa yang ada di kepalamu, Cheryl," ujarnya sambil menarik pelan ujung rambut sang Cheryl—yang langsung tertawa keras.

"Memangnya apa yang ada di kepalaku? Apa? Apa??" Cheryl semakin menggoda Chareez.

Mau tidak mau, akhirnya Chareez ikut tertawa karena sikap Cheryl barusan. "Hentikan, Cheryl! Aku harus menyelesaikan naskah ini."

"Ck!" Cheryl berdecak keras. "Kenapa yang ada di kepalamu hanya mencari uang, uang dan uang? Bahkan di jam istirahat pun, bisa-bisanya kau tetap bekerja paruh waktu dengan naskahmu itu," protesnya. "Sekali-kali nikmatilah hidupmu sendiri." Cheryl sudah cukup sering mengingatkan Chareez akan hal itu. Dalam mimpi sekalipun, Cheryl tak pernah membayangkan akan mencari uang hampir dua puluh jam dalam satu harinya. Seperti yang Chareez lakukan sejak Cheryl mengenal wanita itu.

"Karena hanya dengan memiliki uang, hidup bisa berjalan lebih lancar, Cheryl-ku sayang," sahut Chareez sambil lalu.

Cheryl terdiam sesaat. Sama sekali tidak ingin memberikan bantahan akan kalimat Chareez, karena Cheryl tahu kehidupan keras seperti apa yang sudah dilalui sahabatnya itu. "Apa kau masih mengerjakan desain web juga?"

"Kemarin sore baru saja ada yang mengirimkan email permintaan padaku. Nanti malam kami akan berdiskusi lewat telepon untuk membahas desain yang mereka mau."

"Kau merajut, kau memeriksa naskah, dan kau juga mengerjakan desain web. Apa kau bahkan tidur normal dalam sehari?" sarkas Cheryl, sambil memakan keripik kentangnya.

Chareez hanya tertawa saja. Enggan memberi tanggapan karena Cheryl tak perlu tahu jika ia bahkan tak merasa memerlukan jam tidur. Beruntung tubuh Chareez mudah beradaptasi dengan baik sampai akhirnya bisa membentuk jam tidur setidaknya empat jam dalam sehari.

"Padahal dibanding merajut, memasak jauh lebih tidak memakan waktu. Kau tidak perlu mencuri waktu istirahat seperti ini karena bisa kau kerjakan saat malam harinya."

"Aku tidak suka memasak lagi, Cheryl."

"Kenapa?"

"Karena tak suka saja. Aku bosan, dan ingin mencari pengalaman baru. Lagipula, penghasilan dari merajut sedikit lebih banyak dibandingkan memasak," jawab Chareez cepat. "Apa kau tahu, Arnold—orang divisi pemasaran—pernah memesan kardigan rajut untuk tunangannya yang selebgram itu? Kemarin malam, tunangan Arnold itu menandai akun media sosialku dan tadi pagi aku mendapatkan lima pesanan baru yang masuk lewat pesan media sosialku," ceritanya dengan menggebu diiringi senyuman lebar. "Aku mulai berpikir untuk memasarkan rajutanku di media sosial. Apa kau mau jadi modelku?"

The Truth Untold [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang