"Sekolah yang bener! Jangan ngerjain orang terus!"
Sora spontan hormat dengan wajah dibuat sok serius. Namun sedetik kemudian, ia tersenyum lebar pada petugas loket yang tadi menyapanya.
"Siap, Pak Bos!"
"Hati-hati, ya!"
Sora mengacungkan kedua ibu jarinya sebagai balasan, sembari berjalan mundur ke arah pintu keluar shelter.
"Have a nice day, Pak!" pamit Sora sambil melambaikan tangan.
"Semoga hari ini ketemu jodohnya, ya!" Bahkan Sora masih sempat menggoda si petugas loket tiket kereta sebelum berbalik, lalu berlari ke arah sekolahnya yang tidak terlalu jauh.
Berbeda dengan Reira yang kemana-mana naik mobil, kereta api lokal adalah sarana transportasi yang paling sering Sora pilih untuk bepergian, terutama untuk berangkat ke sekolah. Alasannya sederhana. Sora tidak suka sendirian dan ada shelter kereta api lokal yang berjarak kurang lebih seratus meter dari SMA Cita Bangsa.
Naik bus juga bisa menjadi alternatif, tetapi halte terdekat dari sekolah Sora, berjarak kurang lebih tiga ratus meter. Jadi, Sora memilih untuk naik kereta daripada menggunakan mobil yang sudah difasilitasi ayahnya.
Otomatis, Pak Diman yang sebenarnya dipekerjakan sebagai sopir pribadi Sora, kini beralih tugas menjadi tukang kebun sekaligus security karena jarangnya Sora minta diantar menggunakan mobil.
Begitu keluar dari area shelter kereta lokal, Sora kembali menatap langit di atasnya. Cerah, meskipun ada beberapa awan yang tipis yang melintas.
Netra coklat tuanya disipitkan saat memandang ke arah awan yang ditiup angin di atas sana. Setelah memperhatikan agak lama, gadis itu mendadak teringat permen kapas.
"Kalau nggak salah, ada penjual permen kapas di dekat SD di dekat sini kan ya?" tanyanya bermonolog seraya mengedarkan pandangan ke arah yang berlawanan arah dengan sekolahnya.
Benar saja. Di dekat gerbang sekolah dasar yang berjarak kurang lebih seratus meter dari tempatnya berdiri terlihat barisan penjaja makanan yang ramai dikelilingi oleh bocah-bocah berseragam merah-putih.
Gadis itu melihat jam tangannya. Masih ada cukup banyak waktu. Jadi, ia segera melangkah ke kanan, mengikuti bujukan perutnya untuk menikmati camilan manis di pagi hari.
Ia bahkan tidak peduli jika ia harus mengantri bersama anak-anak SD demi permen kapas yang tiba-tiba ia ingin makan karena melihat awan. Yah, memang semudah itu langit mempengaruhi sesamanya.
Setelah menunggu beberapa menit, ia berhasil mendapatkan permen kapas yang ia inginkan, plus kenalan beberapa anak SD yang ternyata punya kesamaan selera tontonan anime dan game saat ia mengantri tadi.
Bahkan, begitu akrabnya sampai-sampai Sora cukup lama melambaikan tangan ke arah beberapa bocah itu. Tepat ketika ia balik badan, gadis itu merasakan keberadaan seseorang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebing Sang Langit
Teen FictionTujuan Sora menetap di Indonesia hanya 2. 1. Memenangkan Liga Basket SMA dan menjadi MVP, 2. Menjaga sepupunya yang cantik jelita, Reira, hingga gadis itu bertemu dan hidup bahagia dengan "Pangeran"nya. Masalahnya, Chester, pemuda yang dipuja Reira...