faya menatap ponselnya yang berdering dengan nama jeno di tampilan layar. menghela napas pelan, faya mengangkat panggilan jeno.
"udah di depan."
"gak terima tamu." ucap faya. berbalik dengan omongannya faya melangkahkan kaki menuju pintu.
terdengar helaan nafas disana, "gue dobrak nih pintunya."
"gausah nekat bisa?"
faya mematikan ponselnya dan segera membuka pintu. jeno berdiri dengan wajah lebam sehabis tawuran namun tidak menyurutkan ketampanan wajahnya.
sebelum faya mengucapkan sebuah kata, sebuah pelukan dengan kepala bersandar di bahunya, "sakit." peluhnya.
lantas selanjutnya teriakan kesakitan menggema terdengar dengan suara ringisan jeno. faya mencubitnya.
jeno melepaskan pelukannya, menatap sang pacar yang terlihat kesal. "sakit anjir."
"siapa suruh tawuran? lo kalo di bilangin gak pernah denger." omelnya. sudah beberapa kali dia selalu melarang jeno untuk tawuran. "sekarang kalau udah luka gini, larinya ke gue."
bibir jeno mengerucut. "bisa nanti dulu gak ngomelnya, sakit beneran ini ay."
"biarin, biar aja sekalian gak usah di obatin." lanjutnya mengomel namun tak urung tangan faya menarik jeno untuk duduk di sofa, tangannya bergerak mengambil kotak obat di lemari penyimpanan.
jeno terkekeh. "makin cantik lo kalo ngomel."
"bibir lo mau gue jahit juga sekalian?"
"cium aja boleh?"
sebuah ringisan terdengar begitu faya menekan kapas di luka jeno.
"bercanda." jeno menatap lekat faya, "tapi kalo serius juga boleh."
tekanan pada lukanya terjadi lagi namun kali ini lebih keras membuatnya berteriak, "shh fuck." faya melotot pad jeno yang di beri cengiran dengan eye smile.
setelah mengobatinya, faya menatap serius pada jeno. "berhenti ya jen. lo gak kasian sama tubuh lo?"
jeno menghela nafas, melirik ke sembarang arah. sesi mengomel dan nasihat telah dimulai.
"ya kasian makanya di obatin."
faya mencubit pinggang jeno. "shh fuck, anjir sakit jangan cubit dong ay."
"gitu aja lo sakit, tawuran gak ada lo mikirin kesana." faya mengomel penuh dengan kekesalan, tangannya kembali mengelus cubitan di pinggang jeno akibat ulahnya.
"cium dulu sini nanti gue berhenti."
faya tentu saja tidak percaya, anak itu tidak pernah berhenti. namun bukan yang sering kali tawuran setiap hari. dia hanya akan melakukan itu jika anggotanya di serang. faya tentu saja tidak habis pikir.
sibuk melamun, jeno mengambil kesempatan itu untuk mencium pipi faya. hanya dalam kesekian detik sebelum anak itu lebih dulu kabur darinya.
faya tercengang.
"tapi gak janji, pulang dulu."
sialan, jeno benar-benar datang untuk meminta mengobatinya saja.
-witagenks-
semoga jadi rajin update :))
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend | jeno
Fanfictionkalo depan cewenya soft banget, kalo depan orang lain abis lo sama dia